Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Laga Gila 5 Jam 5 Menit untuk Nishikori dan Busta
22 Januari 2019 9:06 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
ADVERTISEMENT
Tegak lurus dengan langit Australia, Kei Nishikori berdiri di atas lapangan Margaret Court Arena. Melbourne Park tak lagi bercerita tentang kejayaan nama-nama besar yang acap ia ucap setiap kali kedua tungkai kakinya lemas minta ampun dihajar lelah.
ADVERTISEMENT
Di benak Nishikori, Melbourne Park berubah menjadi tempat yang membuatnya ingin mengajak siapa saja yang menyukai pertarungan untuk datang ke sana. Di tempat inilah mereka akan menyaksikan laga sengit yang tak hanya menguras tenaga, tapi juga memakan waktu seolah tak bisa kenyang.
Coba bayangkan kawan jahil yang kerap menjahilimu. Ia akan tertawa-tawa saat melihatmu kesal dan segera menepuk pundakmu sebagai tanda bahwa ia cuma bercanda. Pada akhirnya kalian tetap menjadi kawan, lalu bercerita soal hal-hal menyebalkan yang kalian lakukan. Seperti itulah Australia Terbuka 2019 bersikap kepada Nishikori.
Baru bertanding empat kali saja, Nishikori kerap diperhadapkan dengan pertandingan sengit. Ia membutuhkan waktu 2 jam 48 menit untuk mengalahkan Kamil Majchrzak yang memberikan perlawanan sengit di babak pertama dalam laga lima set. Kalau tak cedera, bukannya tak mungkin Majchrzak keluar sebagai pemenang.
ADVERTISEMENT
Tensi pertandingan tak menurun di babak kedua. Ivo Karlovic yang berasal dari Kroasia itu memberikan perlawanan habis-habisan selama '3 jam 48 menit. Nishikori sebenarnya sudah menang 6-3, 7-6 (8-6) di dua set pertama. Tapi, saat orang-orang berpikir laga akan tuntas dengan kemenangan Nishikori di set ketiga, Karlovic bangkit. Ia menghajar Nishikori dengan kekalahan 5-7, 5-7 di set ketiga dan keempat.
Itu artinya, pertandingan mesti berlanjut ke set kelima. Dan benar saja, set kelima benar-benar menjadi laga pamungkas. Pertandingan bahkan berlanjut ke babak tie-break dan baru tuntas saat Nishikori membukukan keunggulan 7-6 (10-7). Untungnya, babak ketiga memberikan sedikit kelonggaran bagi Nishikori. Joao Sousa mampu dikalahkannya tiga set langsung selama 2 jam 6 menit.
ADVERTISEMENT
Salah besar jika babak keempat memberikan skenario demikian. Di pertandingan memperebutkan tiket perempat final ini, Nishikori bertanding melawan wakil Spanyol, Pablo Carreno Busta. Kemenangan lima set memang menjadi milik Nishikori, tapi lihatlah skornya: 6-7 (8-10), 4-6, 7-6 (7-4), 6-4, 7-6 (10-8). Partai yang berlangsung di Margaret Court Arena pada Senin (22/1/2019) itu bahkan baru selesai setelah 5 jam 5 menit.
Entah apa yang dilakukan kedua manusia ini, yang jelas jika laga itu berlangsung 45 menit lebih lama lagi, maka catatan waktunya sudah sanggup memecahkan rekor pertandingan Australia Terbuka terlama yang dicetak dalam laga final tunggal putra 2012 antara Novak Djokovic dan Rafael Nadal.
Melihat baku-hantam yang terjadi di set pertama dan kekalahan 4-6 Nishikori di set kedua, kebanyakan penonton menyangka bahwa si penggawa Jepang sudah habis. Tenaganya sudah di titik nadir sehingga ia akan kehilangan set ketiga dan terhenti di babak keempat.
ADVERTISEMENT
Namun, set ketiga membuktikan bahwa kekuatan untuk bangkit itu ada dalam diri siapa saja, termasuk Nishikori. Situasi set ketiga memang ketat. Keunggulan 1-0 Nishikori disamakan 1-1 oleh Busta dan begitu seterusnya sampai 6-6 hingga babak tie-break menjadi solusi. Beruntung kemenangan set keempat bisa direngkuh Nishikori dalam gim normal. Walaupun ya, kegilaan laga tenis kembali muncul di set kelima.
Tapi, lawannya itu juga keras kepala. Entah tenaga dari mana, yang jelas ia bangkit dan menyamakan kedudukan menjadi 5-5 dan berlanjut ke 6-6. Skenario tie-break lagi-lagi harus diambil hingga puncaknya, lesakan ace Nishikori mengunci kemenangan set kelima sekaligus membukakan pintu baginya untuk berlaga di perempat final.
ADVERTISEMENT
Berhadapan dengan Busta, si kepala batu, Nihsikori memang masih mampu mempertahankan agresivitasnya. Ini dibuktikan dari torehan 81 winner dan 15 ace, berbanding dengan 57 winner dan lima ace milik Busta. Dengan agresivitas seperti itu, permainan Nishikori juga masih lebih bersih ketimbang Busta. Petenis peringkat kesembilan dunia ini membuat 44 unforced error, sementara Busta mencatatkan 67 unforced error.
"Oh, tenang. Saya malah merasa seperti belum cukup bermain, kok," seloroh Nishikori dalam wawancara usai laga.
Jawaban yang menyebalkan, bukan? Ini pertarungan 5 jam 5 menit, di tengah lapangan utama dengan atmosfer yang di satu sisi membangkitkan semangat, tapi di sisi lain membikin kakimu lemas karena gugup minta ampun, ditambah dengan cuaca ekstrem Australia. Segala hal yang terjadi di laga itu benar-benar membuktikan bahwa saat berlaga, seorang petenis harus bertanding sendirian melawan diri sendiri, lawan, dan gurat nasib.
ADVERTISEMENT
"Tentu saja ini bukan laga yang mudah. Saya baru melakoni tie-break super melawan Karlovic (di babak kedua), tapi ternyata hari ini kami melakoni reli yang lebih panjang. Sebenarnya saya juga tidak tahu harus bicara apa, ini pertandingan terberat yang pernah saya lakoni. Saya sendiri tidak habis pikir bagaimana caranya saya bisa bangkit seperti tadi. Ini benar-benar laga yang luar biasa," jelas Nishikori , dikutip dari laman resmi Australia Terbuka.
Melihat kerasnya pertandingan, jelas Busta kecewa. Maka tak heran bila di akhir laga ia mengekspresikan kekesalannya itu dengan membanting tas yang berisi peralatan tenisnya. Bahkan ia juga berteriak dan menolak untuk menjabat tangan umpire karena merasa keputusannya di babak tie-break tidak adil.
ADVERTISEMENT
Ceritanya begini. Di babak tie-break dalam kedudukan 8-5, Busta melakukan protes (minta challenge) karena merasa winner yang dibuat Nishikori tidak sah. Sebabnya, ia menilai bola tersebut keluar, itulah sebabnya ia berpikir bahwa poin yang didapat Nishikori keliru. Oh ya, kenapa babak tie-break-nya belum selesai padahal kedudukannya sudah 8-5? Karena tie-break yang digunakan adalah 10 tie-break.
Berangkat dari tayangan ulang, beberapa pihak justru membenarkan argumen Busta bahwa bola tersebut keluar. Salah satu pundit tenis Australia, Todd Woodbridge, bahkan setuju bahwa seharusnya bahwa pukulan tersebut diulang. Namun, umpire tetap mengesahkan winner Nishikori dan poin itu tak melayang dari tangannya.
Di atas segalanya, Busta menyadari bahwa ia melakukan kesalahan. Emosi yang meledak-ledak seharusnya tidak muncul sebagai epilog laga hebat seperti ini.
ADVERTISEMENT
"Tentu saja saya sangat sedih. Setelah bertanding selama lima jam, setelah bertarung dalam lima set, cara saya meninggalkan lapangan tidak benar. Dan saya meminta maaf untuk itu," ucap Busta dalam konferensi persnya.
Terlepas dari apa pun hasilnya, Busta layak mendapat tabik. Ia membuktikan bahwa ia pun sanggup memberikan perlawanan kepada petenis papan atas macam Nishikori. Di sisi lain, Nishikori juga pantas gembira, merayakan keberhasilan melewati tantangan yang payahnya minta ampun.
Menyadur kaki dashi Daerah Salju karangan Yasunari Kawabata, kemenangan di satu laga ibarat kereta yang bergerak ke luar terowongan menuju kota baru. Bila kota baru adalah babak baru, maka di babak perempat final itu ada Novak Djokovic yang siap menjegal dengan segala kegilaannya.
ADVERTISEMENT