Langkah Pertama Kaki Lemah Ukun Menuju Gelar Juara

27 September 2018 11:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PARA PENEMBUS BATAS. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
PARA PENEMBUS BATAS. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Namanya Ukun Rukaendi. Dia adalah anak terakhir dari sebuah keluarga bahagia di Tasikmalaya.
ADVERTISEMENT
Semasa Sekolah Dasar, pulang sekolah dia rajin mengikuti kakak-kakaknya latihan bulu tangkis di dekat rumah. Kala itu dia tak ikut bermain. Ukun hanya duduk memandangi sang kakak bermain. Meski begitu, hatinya sudah cukup riang walau hanya sebatas menyaksikan.
Lantas, mengapa Ukun hanya memandang dan tak ikut bermain?
Ibu Ukun bercerita, kaki kanannya mengalami gangguan fungsional sejak usia dua tahun. Dia jatuh sakit dan kakinya pun perlahan tak tumbuh selayaknya anak-anak lainnya. Kaki Ukun kecil dan mati rasa. Oleh sebab itu, kaki kanan Ukun terasa sulit untuk digerakkan.
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Kiranya begitu dia bertutur. Sebuah kenangan masa kecil yang membuka perbincangan dengan kumparan.
Kala itu keringatnya masih mengucur dari ujung rambut. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir lapangan bulu tangkis Hartono Trade Center, Sukoharjo. Senyumnya terus bersemi saat bercerita dengan kumparan. Kala itu dia baru saja melakukan latihan tambahan bersama 4 rekannya.
ADVERTISEMENT
Ukun lalu berkata, pada suatu hari hatinya begitu bahagia. Dia diajak bermain bulu tangkis oleh kakak-kakaknya. Dia pun langsung bergegas ke lapangan.
“Ke lapangan ada kosong ikut pukul-pukulan, enggak lari gitu. Lama-lama di lapangan kurang satu saya diam di depan,” ujar Ukun berkisah, Selasa (11/9).
Dari pijakan pertama di lapangan bulu tangkis Ukun mulai ketagihan. Dia terus berlatih dan mematangkan pukulan. Dia pun merasa ada sebuah bakat terpendam yang dimiliki dari kebiasaannya itu.
“Lama-lama kok saya bisa mukul gitu dengan kaki seperti ini. Nah setelah itu karena terbawa oleh lingkungan keluarga sehingga saya itu jadi sebuah hobi,” Ukun melanjutkan.
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Hobi baru Ukun itu nyatanya didukung penuh oleh keluarganya. Keluarga Ukun berprinsip, olahraga dapat mengalihkannya dari pergaulan yang tidak baik. Pun dari kesehatan, bulu tangkis dinilai baik bagi jasmaninya.
ADVERTISEMENT
Namun, saat itu Ukun tak lantas terjun sebagai atlet penyandang disabilitas. Dia melalui hari-harinya sebagai seorang tenaga pendidik di SMP di Garut. Pria dua anak itu mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
Hari-hari dilalui Ukun di sekolah. Namun, pada suatu hari, jalan ke kehidupan anyar terjadi pada dirinya. Ukun mulai mengikuti kejuaraan bulu tangkis pertamanya.
Bermula Turun di Kelas Normal
Saat ikut kejuaraan bulu tangkis Ukun tidak turun di kelas untuk para penyandang disabilitas. Dia turun di nomor umum. Lawan-lawan yang dihadapinya adalah para pebulu tangkis dengan kaki “sempurna”. Mereka bisa bergerak ke sana ke mari dengan bebasnya, sebuah pemandangan yang kontradiktif dengan Ukun.
“Di kecamatan itu ada seleksi. Dan saya alhamdulillah mewakili kecamatan. Itu main di kabupaten,” sebut Ukun.
ADVERTISEMENT
Dari gemilang prestasinya itu, nyatanya ada satu orang yang memperhatikan kiprah Ukun. Dia adalah perwakilan dari Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC).
“Saya disamperin sama pengurus dan kebetulan saat itu akan ada Porcada ya kalau istilahnya di Jawa Barat ya. Pekan Olahraga Cacat Daerah tahun 2006,” kenang Ukun.
Atlet Bulutangkis Ukun Rukaendi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Bulutangkis Ukun Rukaendi. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Ukun pun baru tahu bahwa ada wadah untuk penyandang disabilitas seperti dirinya. Dia diminta mewakili kecamatannya di Porcada.
Pikirnya saat itu, kesempatan itu bagai sebuah peluang yang menarik. Tanpa pikir panjang, dia mengiyakan tawaran itu.
“Dan saya saat itu di antar guru sekabupaten itu alhamdulillah walaupun saya begini saya juara gitu,” kenang Ukun bahagia.
Ukun terbilang sudah cukup senior kala berkecimpung di kejuaraan bulu tangkis, yaitu saat usianya sudah memasuki kepala tiga. Meski begitu, semangatnya justru semakin berapi-api seiring bertambahnya usia.
ADVERTISEMENT
Pada 2011 Ukun turun di debut internasional perdananya, yaitu ASEAN Para Games yang dihelat di Kota Solo. Meski terbilang baru, dua medali emas berhasil disabet olehnya. Ukun turun di nomor tunggal putra setengah lapangan dan juga ganda putra.
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet bulu tangkis difabel Ukun Rukaendi (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Lepas dari gegap gempita ASEAN Para Games, Ukun terus mengukir kariernya. Sederaet ajang bergengsi pun telah berhasil dilahapnya. Sebut saja, Kejuaran Dunia, Kejuaraan Asia, Asian Para Games, Indonesia Open, dan sederet gelar individu lain.
Raihan prestasinya itu menurutnya karena kehendak sang Kuasa dan dukungan penuh dari keluarga. Kendati usianya kini sudah hampir setengah abad, Ukun mengaku akan terus berjuang demi Indonesia.
Dia kini tak lagi mengajar siswa SMP sebagaimana dulu. Ukun tengah fokus melejitkan kariernya di dunia bulu tangkis.
ADVERTISEMENT
“Saya rencana kalau saya masih kepakai saya masih ada prestasi. Saya ngejarnya sekarang, mudah-mudahan ini jadi doa ya, saya kejar Olimpiade. Karena yang belum pernah saya ikuti Olimpiade, penasaran,” tuturnya berharap.
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.