Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kira-kira sekitar 51 hari lalu seorang anak muda bernama Luis Leeds berkunjung ke Indonesia. Tujuannya? Meminta dukungan dari pemerintah untuk bisa mewakili Indonesia di ajang balap mobil dunia, Formula 1 (F1).
ADVERTISEMENT
Hal tersebut Luis lakukan lantaran hingga kini statusnya masih berkewarganegaraan ganda: Australia dan Indonesia --hal yang tak diperbolehkan sesuai hukum Indonesia. Namun, Luis sudah menetapkan pilihan. Ia hendak menjadi Indonesia seutuhnya.
Yang disayangkan, belum ada kejelasan perihal kunjungannya yang pertama beberapa waktu lalu. Atas dasar itulah, baru-baru ini, Luis kembali mendatangi Tanah Air. Ia ingin membuat segala sesuatunya menjadi lebih terang.
Kepada kumparan dalam sebuah wawancara khusus pada Rabu (20/11/2019), Luis kemudian menjelaskan bahwa kunjungannya kali ini berisiko. Pasalnya, hal tersebut membuat sejumlah persiapannya untuk musim balapan berikutnya terhambat.
"Semua latihan dijalankan di Eropa sebagaimana yang kita bicarakan. Jadi, kamu tahu bahwa saya berada di sini bukan sesuatu yang bagus. Saya enggak bisa mempersiapkan musim 2020 dan 2021," tutur Luis.
ADVERTISEMENT
Luis sebetulnya belum berlaga di F1. Selama ini ia cuma berkarier di F4 --ajang balap regional-- dengan membawa bendera Australia. Tapi, kariernya di ajang tersebut tak bisa dipandang biasa. Pada musim terakhir Luis berhasil menjadi juara umum dengan menaiki 18 dari 19 podium.
Di luar itu, Luis yang masih berusia 19 tahun ini juga punya target yang amat jelas dan terarah. Ia ingin memulai latihan untuk F2 pada musim 2020 dan setidaknya bisa mulai beradu cepat di lintasan balap F1 setahun berselang.
Tapi, satu yang pasti: Luis ingin secara perlahan mencapai target-target tersebut dengan status sebagai seorang WNI. Ia memiliki darah Indonesia yang berasal dari sang ibu, Maria Leeds, dan hal tersebut tak ingin ia mungkiri. Hanya, keberadaan ibunya itu bukanlah alasan utama.
ADVERTISEMENT
"Saya bisa duduk di sini seharian dan berbicara tentang mengapa saya mencintai Indonesia dan mengapa saya terinspirasi untuk pulang ke rumah. Nah, yang terbesar adalah ketika kakek saya sakit beberapa tahun lalu," kata Luis.
"Itu momen yang sangat pribadi dan bikin saya berpikir bahwa dalam seluruh karier balap saya: Saya memang selalu memiliki bendera Indonesia, tetapi saya tidak pernah berdiri di podium dengan bendera Indonesia membentang di belakang."
"Maka saat itu saya bilang: Oke, saya akan menjadi juara dunia, saya akan berdiri lagi di atas podium itu, dan kali ini ada bendera Indonesia di belakang saya," tegasnya.
Soal keinginan Luis ini, ibunya yang juga hadir dalam sesi wawancara bersama kumparan bahkan mengaku sempat kaget. Hal yang amat beralasan karena di Australia, Luis hampir punya segala sesuatu untuk menyokong karier balapnya.
ADVERTISEMENT
"Lah, ini anak saya kok malah pengin jadi Indonesia? Saya jujur saja kaget. Banyak yang kemudian bertanya apakah mama yang memaksa kamu (Luis )?" ungkap Maria.
"Saya malah yang kaget. Saya malah yang tanya sama dia, 'are you sure about this?' Tapi, nasionalisme Luis ini lebih tinggi dibandingkan dengan saya, walaupun saya juga cinta Indonesia," lanjutnya.
Luis sendiri tahu bahwa keputusannya ini bukan tanpa risiko. Proses latihannya tadi yang terhambat adalah sedikit bukti. Ini belum bicara soal fasilitas untuk menunjang kariernya serta fakta bahwa balap mobil bukan sesuatu yang begitu digemari masyarakat Indonesia.
"Ketika saya bepergian ke Jakarta, saya tidak percaya betapa indahnya kota ini. Saya berjalan di sekitar dan melihat orang-orang di sini menyenangkan, jalanan juga terlihat bersih," Luis bercerita.
ADVERTISEMENT
"Dalam hal fasilitas untuk latihan saya, untuk pengembangan karier balap, hmm, saya belum tahu. Tetapi itu adalah risiko yang harus saya terima dan jalani," papar Luis .