Mantan Pebalap MotoGP Jelaskan Faktor yang Membuat Jonas Folger Mundur

23 Januari 2018 17:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jonas Folger di balapan MotoGP. (Foto: Robert MICHAEL / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Jonas Folger di balapan MotoGP. (Foto: Robert MICHAEL / AFP)
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu silam, kabar buruk datang dari pebalap Yamaha Tech3, Jonas Folger.
ADVERTISEMENT
Pebalap berusia 24 tahun itu memutuskan untuk tidak ikut serta dalam balapan di musim 2018 mendatang. Folger sendiri mengambil keputusan ini dikarenakan alasan kesehatan karena pada November 2017, Folger didiagnonsis mengindap Sindrom Gilbert atau penyakit gangguan hati ringan.
Oleh karena itu, pebalap asal Jerman itu memastikan tidak akan memaksakan diri, meski diperkirakan bisa fit pada awal tahun ini. Alasan Folger adalah penyaikit ini membuatnya tak siap secara fisik dan mental untuk mengarungi musim anyar nanti.
Hal ini dibenarkan juga oleh manajer Yamaha Tech3, Herve Poncharal, yang mengatakan masalah Folger bukan hanya soal fisiknya saja, melainkan masalah psikologis yang membuat Folger harus beristirahat cukup lama.
Meski Folger sudah menjelaskan alasan mundurnya di musim 2018, mantan pebalap MotoGP, Stefan Bradl memiliki pandangan lain soal alasan mengapa Folger sampai memutuskan tidak ikut balapan di kelas balapan premier ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Bradl yang memutuskan untuk pindah ke ajang Superbike pada 2017 lalu, tekanan membalap di MotoGP yang begitu besar bisa jadi adalah alasan mengapa Folger menarik diri di musim depan.
Selain itu, sebagai mantan pebalap MotoGP selama lima musim, Bradl yang juga berasal dari Jerman sadar betul ketika seorang pebalap terjun di MotoGP makan tuntutan yang datang menjadi berlipat ganda.
"Saya tidak dapat berbicara tentang situasi Folger karena saya tidak tahu semua alasan mundurnya. Mungkin tekanannya terlalu besar, atau mungkin masalah utamanya adalah kondisi fisiknya. Ini juga sangat memalukan," kata Bradl dilansir Speedweek.
"Saya menyadari bahwa MotoGP menuntut lebih banyak soal fisik daripada Moto2 dan tidak hanya itu saja, semua tekanan menjadi berlipat ganda. Di kelas atas (premier), akhir pekan Anda penuh dengan komitmen dari Kamis pagi hingga Minggu malam. Anda hampir tidak bisa berhenti sejenak selama setengah jam," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Stefan Bradl saat di tim Aprilia. (Foto: MOHD RASFAN / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Stefan Bradl saat di tim Aprilia. (Foto: MOHD RASFAN / AFP)
Bradl juga menambahkan tekanan itu tak hanya terjadi di lintasan saja, melainkan tekanan yang datang dari luar macam sponsor dan media juga cukup signifikan memengaruhi psikis pebalap. Terlebih, menurut Bradl lagi, untuk pebalap nomor dua macam Folger--dan Bradl sendiri saat di MotoGP--semua perhatian akan tertuju pada mereka.
Bradl memang bukan tanpa alasan mengutarakan ini. Pasalnya, pria asal Jerman ini menghabiskan lima musimnya di MotoGP lebih banyak sebagai pebalap di tim satelit. Pertama, ia berseragam LCR Honda, lalu ke Forward Racing, sebelum akhirnya di pindah ke tim pabrikan Aprilia.
Namun, Bradl hanya bertahan satu musim di Aprilia karena kalah berpendar dari Aleix Espargaro. Belum lagi, jelang musim 2017 dimulai, Aprilia lebih memilih Sam Lowes sebagai duet anyar Espargaro. Bradl pun akhirnya memutuskan pindah ke Superbike untuk bisa meraih podium bersama tim pabrikan Honda.
ADVERTISEMENT
Melihat kondisi Folger saat ini yang sama sepertinya karena memiliki rekan satu tim kuat, hal ini dirasa Bradl membuat Folger menjadi terbebani. Di Tech3, Johann Zarco yang juga seorang rookie ternyata mampu tampil menjanjikan--meski Folger juga tak jelek-jelek amat.
Musim lalu, Folger mengakhiri musim di posisi 10 dengan satu kali meraih podium kala finis posisi dua di Grand Prix Jerman. Namun, pendar Zarco memang kelewat terang. Tahun lalu, pebalap 27 tahun itu finis di urutan enam dengan meraih tiga podium dan finis lima besar sebanyak sembilan kali.
"Jonas memiliki rekan satu tim yang sangat kuat untuk dibandingkan dengannya. Zarco adalah pebalap yang hebat, Anda bisa mencoba mengabaikannya dan fokus pada diri sendiri. Namun, Anda selalu ingin menjadi yang terbaik dalam tim dan akan mencobanya. Terlepas dari itu semua, Folger memiliki musim yang hebat, saya harap dia bisa kembali bugar," pungkas Bradl.
ADVERTISEMENT
Kini dengan absennya Folger, Yamaha Tech 3 pun harus mencari pengganti. Sedangkan, untuk kelanjutan kariernya, akankah Folger mengikuti jejak Bradl dengan hijrah dari MotoGP dan kembali membalap di kelas lain? Menarik dinantikan.