Marc Marquez sebagai Jimi Hendrix

5 Agustus 2019 17:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marc Marquez di akhir GP Ceko 2019. Foto: REUTERS/David W Cerny
zoom-in-whitePerbesar
Marc Marquez di akhir GP Ceko 2019. Foto: REUTERS/David W Cerny
ADVERTISEMENT
Mat Oxley, penulis MotoGP legendaris itu, pernah menyebut Marc Marquez sebagai Jimi Hendrix-nya lintasan balap. Katanya, (Valentino) Rossi is a poet, Marquez is Hendrix.
ADVERTISEMENT
Marquez ibarat Hendrix yang memukau dunia dengan teknik menggigit senarnya. Tapi, bagaimana bila bukan itu yang membikin Marquez terlihat seperti Hendrix?
Oke, teknik menggigit senar itu memang tampak ekstravaganza setiap kali ia pertontonkan. Namun, teknik itu hanya digunakan untuk kebutuhan manggung. Gimmick semata.
Hendrix menjadi spesial karena ia terbiasa menggila dan memberontak dari pakem permainan gitar yang biasa. Salah satunya adalah menekan senar keenam dengan jempol.
Entah berapa banyak pengamat dan penikmat musik yang berpikir ‘Ngapain, sih, orang ini?' ketika Hendrix memperdengarkan teknik demikian di awal-awal kariernya. Namun, tanpa itu dunia tidak akan mengenal Little Wing atau Red House.
Lagu itu mungkin tidak akan membuatmu ingin menari segila yang kau bisa seperti Crosstown Traffic atau Voodoo Child. Tapi rasanya tak berlebihan untuk menyebut keduanya sebagai lagu dengan permainan gitar paling monumental.
ADVERTISEMENT
Jika di lagu itu Hendrix seperti sedang berbicara lirih dengan gitarnya, di atas Sirkuit Brno di GP Ceko 2019 Marquez seperti sedang menari dengan motornya.
Kemenangan Marquez pada Minggu (4/8/2019) itu tak selalu tentang mesin terbaik. MotoGP tidak seperti Formula 1. MotoGP adalah kompetisi balap yang berhasil menciptakan keseimbangan di antara beberapa motor--entah itu Honda, Yamaha, Suzuki, atau Ducati.
Keseimbangan itu memberikan ruang bagi para pebalap untuk terus menggali sampai ke kemungkinan terjauh dari pakem lintasan balap. Meski terus dipepet Dovizioso, Marquez tak kehilangan cara untuk mengeksploitasi kelincahan motornya demi menjaga jarak dari Andrea Dovizioso.
Marquez memang memulai balapan dengan keuntungan. Pole position menjadi bagiannya. Tetapi, yang menjadi lawan sengitnya di balapan kali ini adalah Dovizioso.
ADVERTISEMENT
Pebalap Repsol Honda, Marc Marquez. Foto: Tobias SCHWARZ/AFP
Berhitung mundur pada 2018, Dovi menutup GP Ceko dengan podium puncak. Sementara, Marquez menjadi pemenang pada 2017. Tak heran jika seri kali ini lebih terlihat sebagai balapan antara Marquez dan Dovizioso semata. Buktinya, keduanya acap terpaut dalam rentang 0,8 sampai 1 detik.
Lima putaran menjelang akhir, jarak itu melebar lagi menjadi 2,4 detik. Dari sini, Marquez mulai terlihat seperti balapan sendirian. Sementara Dovizioso dibuntuti oleh Alex Rins yang berada di posisi ketiga.
Barangkali Dovizioso kehilangan momentum untuk menyalip bukan karena ia pebalap yang payah. Situasi itu muncul karena manuver Marquez berhasil membuat Dovizioso cuma sanggup menggeber manuver yang mempertegas bahwa ia tengah frustrasi. Marquez bahkan tidak ragu untuk memiringkan motornya dengan super cepat seperti tanpa perhitungan di tikungan-tikungan krusial.
ADVERTISEMENT
Namun, bukan kontroversi yang mengantar Marquez ke puncak prestasi MotoGP. Itu adalah kegigihannya untuk memaksa hampir setiap pebalap bersaing dengannya.
Mengutip omongan Mick Doohan, Marquez adalah magnet MotoGP era modern. Kadang kejutan itu sudah hadir di awal-awal balapan, kadang publik mesti menunggu hingga putaran terakhir.
Marc Marquez merayakan kemenangan ke-10 di Sachsenring dalam GP Jerman 2019. Foto: Dok. Box Repsol
Mirip dengan Hendrix yang dikenal gitaris komplet karena ulung bermain solo dan rhythm, Marquez juga tak hanya dikenal sebagai pebalap berani, tapi juga jeli.
Ambil contoh di Sirkuit Assen musim ini. Walaupun sukses keluar sebagai pemenang pada seri serupa musim lalu, dia tak lantas berapi-api untuk mengulangi kesuksesannya.
Ketimbang ngotot menggunakan kompon soft yang memungkinnya melaju kencang, tapi juga cepat tergerus, Marquez memiliki untuk menggunakan kompon hard yang daya tahannya lebih lama.
ADVERTISEMENT
*** 4 Juni 1987, Rolling Stones tayang dengan gambar sampul yang menggunakan salah satu foto paling penting dalam sejarah rock n roll.
Hendrix bersimpuh di depan gitar Fender Stratocaster yang dibakarnya sambil mengangkat kedua tangan. Foto tersebut diambil oleh Ed Caraeff pada 18 Juni 1967 di atas panggung Monterey International Pop Music Festival.
Foto itu menjadi penting karena berbicara tentang Hendrix sendiri. Kisah panjang yang mewujud dalam potret.
Hanya gitaris urakan bukan kepalang yang mau membakar gitarnya sendiri kala mentas. Namun, jika menjadi remaja baik-baik, mungkin Hendrix tak akan menjadi musisi karena sibuk berkarier di ranah militer.
Api yang tertangkap kamera analog Caraeff tadi tidak besar. Bukan kobaran api yang memakan korban atau menyebabkan kerugian. Api yang tidak begitu besar dan lama itu mirip dengan perjalanan karier Hendrix.
ADVERTISEMENT
Meski sudah berkawan dengan gitar sejak 15 tahun, Hendrix baru masuk radar pada 1966. Ternyata Hendrix tidak perlu berumur panjang untuk menjadi legenda. Sekitar empat tahun melejit, Hendrix ditemukan tewas pada 18 September 1970.
Hendrix mati di usia 27 tahun. Meski disebut-sebut masih jadi misteri, tersedak muntahan sendiri dan asfiksia dipercaya sebagai penyebab kematiannya.
Penampilan Marc Marquez di Sachsenring. Foto: Dok. Box Repsol Honda
Sekitar 32 tahun setelah foto itu tayang, dunia melihat foto yang lain. Di motornya di atas Sirkuit Brno, Marquez berdiri tegak. Tangan kirinya memegang bendera bertuliskan angka 93, tangan kanannya terangkat bak binaragawan.
Foto itu penanda penting bahwa Marquez menjadi pebalap keempat yang mengemas 50 kemenangan di MotoGP. Ketiga pendahulunya adalah Rossi (89), Giacomo Agostini (68), dan Doohan (54).
ADVERTISEMENT
Foto yang diambil oleh David W. Cerny itu mungkin tidak akan sulit ditemukan di era modern macam sekarang. Tapi, jika suatu saat Marquez 'undur diri' lebih cepat dari jagat balap, bukannya tidak mungkin foto itu akan membuat banyak pebalap merasakan apa yang dialami Eric Clapton usai kematian Hendrix: Kesepian yang aneh karena kehilangan rival terbaik.