Marta Kostyuk, "Billy the Kid" dari Ukraina

18 Januari 2018 12:42 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bocah ajaib itu bernama Marta Kostyuk. (Foto: Reuters/Edgar Su)
zoom-in-whitePerbesar
Bocah ajaib itu bernama Marta Kostyuk. (Foto: Reuters/Edgar Su)
ADVERTISEMENT
Dunia tenis putri memang tak ubahnya Wild West. Sebetulnya, di sana ada satu sosok sheriff yang selama ini mampu menjaga ketertiban. Sheriff itu bernama Serena Williams.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, Serena harus absen di mayoritas turnamen pada musim 2017 lalu karena mengandung dan melahirkan. Bahkan, ketika dirinya menjuarai Australia Terbuka dengan mengalahkan kakak kandungnya, Venus, petenis 36 tahun itu ditengarai sudah hamil selama beberapa pekan. Setelah merengkuh trofi Grand Slam ke-23-nya itu, Serena praktis tak pernah lagi tampak.
Di tengah absennya sosok sheriff itulah jagat tenis berubah menjadi Wild West di mana setiap petenis berusaha untuk menjadi sheriff baru. Namun, tak ada sosok yang bisa benar-benar menancapkan kukunya dalam-dalam.
Pada gelaran Prancis Terbuka, muncul sosok serupa Billy the Kid dalam diri Jelena Ostapenko. Usianya baru 20 tahun dan dia datang entah dari mana. Namun, tiba-tiba saja Ostapenko tampil begitu mengejutkan. Petenis-petenis papan atas macam Samantha Stosur, Caroline Wozniacki, dan Simona Halep berhasil dikalahkannya dalam perjalanan menjadi kampiun di Stade Roland Garros.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, ada Wimbledon. Di tempat yang biasanya menjadi daerah kekuasaan Serena itu, Garbine Muguruza berhasil meraih titel Grand Slam keduanya setelah Prancis Terbuka pada 2017. Tampil sebagai unggulan ke-14, petenis Spanyol kelahiran Venezuela itu sukses menundukkan Venus Williams di partai puncak.
Terakhir, pada gelaran Amerika Serikat (AS) Terbuka, Sloane Stephens melakukan comeback sempurna setelah mengalami cedera dalam musim-musim sebelumnya. Di situ, Stephens bersama sahabatnya, Madison Keys, sukses mempersembahkan All-American Final bagi publik USTA Billie Jean King National Tennis Center. Seakan menjadi miniatur Serena Williams, Stephens sukses membuat Keys bertekuk lutut.
Demikianlah. Di jagat tenis putri itu, penguasa senantiasa berganti. Tak seperti di sektor putra di mana Roger Federer dan Rafael Nadal berhasil kembali mencuri spot teratas dari tangan Novak Djokovic dan Sir Andy Murray.
ADVERTISEMENT
Musim ini, kemungkinan jagat tenis putri untuk menjadi Wild West masih sangat besar. Contohnya, di Australia Terbuka kali ini. Pada babak pertama saja, dua jagoan Amerika, Venus Williams dan CoCo Vandeweghe, sudah gugur. Lalu, pada babak kedua, giliran tumpuan Inggris, Johanna Konta, yang masuk kotak. Artinya, selama Serena Williams belum benar-benar kembali, kemungkinan bagi siapa pun masih amat sangat terbuka lebar, termasuk bagi Marta Kostyuk.
Jika musim lalu Jelena Ostapenko adalah Billy the Kid-nya, pada musim ini, julukan itu layak diberikan kepada Kostyuk. Pasalnya, selain karena memang dia masih bocah, tembakan-tembakannya pun sudah sangat mematikan seperti halnya Billy the Kid.
Marta Kostyuk adalah petenis Ukraina yang baru berusia 15 tahun. Di Australia Terbuka kali ini, dia harus melakoni kualifikasi untuk bisa berlaga di babak utama. Tak mengherankan, memang, mengingat peringkat dunia Kostyuk sampai saat ini baru ada di angka 521. Dia pun bisa berlaga di Melbourne karena mendapat wild card hasil menjadi juara Australia Terbuka level junior musim lalu.
ADVERTISEMENT
Para suporter Marta Kostyuk di Melbourne. (Foto: Reuters/Edgar Su)
zoom-in-whitePerbesar
Para suporter Marta Kostyuk di Melbourne. (Foto: Reuters/Edgar Su)
Pada Rabu (17/1/2018), Kostyuk mencatatkan sejarah. Usai menundukkan petenis tuan rumah Olivia Rogowska 6-3 dan 7-5, Kostyuk berhasil menjadi petenis termuda yang mampu menembus babak ketiga turnamen Grand Slam dalam 21 tahun. Sebelum Kostyuk, sosok yang berhasil mencatatkan prestasi demikian adalah Mirjana Lucic-Baroni dari Kroasia pada 1997. Bedanya, Lucic-Baroni melakukan itu pada gelaran AS Terbuka.
Walau masih berusia 15 tahun, Kostyuk sudah mampu menunjukkan penampilan yang begitu matang. Hal ini disampaikan sendiri oleh Rogowska selepas pertandingan tersebut.
"Dia tidak terlihat seperti bocah 15 tahun. Kekuatan pukulannya benar-benar hebat dan serve-nya juga luar biasa," ujar Rogowska seperti dikutip dari New York Times.
Sebelum mengalahkan Rogowska, Kostyuk sudah lebih dulu menyingkirkan petenis China, Peng Shuai, yang berlaga sebagai unggulan ke-25. Shuai sendiri bukan petenis sembarangan karena sebelumnya, petenis 32 tahun ini pernah menjadi semifinalis AS Terbuka pada 2014. Hanya saja, petenis kelahiran Tianjin ini memang lebih berprestasi di nomor ganda.
ADVERTISEMENT
Marta Olehivna Kostyuk lahir di Chaiky, Ukraina, pada 28 Juni 2002. Kebetulan, dia memang lahir dari keluarga yang berkecimpung di dunia tenis. Ayahnya, Oleg, adalah mantan direktur teknik sebuah akademi tenis junior di ibu kota Ukraina, Kiev. Ibunya, Talina, dulunya merupakan petenis profesional yang sempat menembus peringkat 400-an dunia.
Dari ibunya inilah kesukaan Kostyuk terhadap tenis bermula. Namun, awalnya tidak sesederhana itu. Ketika berusia lima tahun, Marta Kostyuk hanya ingin menghabiskan banyak waktu dengan ibunya dan untuk itu, cara yang dia pilih adalah ikut berlatih tenis.
Kostyuk usai mengalahkan Olivia Rogowska. (Foto: Reuters/Edgar Su)
zoom-in-whitePerbesar
Kostyuk usai mengalahkan Olivia Rogowska. (Foto: Reuters/Edgar Su)
Selain ibunya, sang paman, Taras, yang juga mantan petenis era Uni Soviet, juga menjadi sosok penting di masa kecil Marta Kostyuk sebagai petenis. Akhirnya, dari sana berangkatlah Kostyuk ke dunia tenis junior. Puncaknya, tentu saja, adalah saat dia memenangi Australia Terbuka level junior.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan itu membuatnya kemudian mendapatkan wild card dan sekaligus, berhak untuk mengikuti 12 turnamen pada musim ini. Padahal, aturan sesungguhnya dari WTA adalah pemain di bawah 18 tahun tidak boleh mengikuti lebih dari 10 turnamen. Di jagat tenis, aturan ini disebut sebagai Aturan Capriati, merujuk pada nama eks-petenis Amerika Serikat, Jennifer Capriati.
Saat ini, Marta Kostyuk pun sudah memiliki sosok pelatih hebat dalam diri Ivan Ljubicic. Sebagai catatan, Ljubicic ini merupakan mantan petenis nomor tiga dunia dan di dalam daftar pemain yang dia latih, ada nama Roger Federer. Walau begitu, sosok Talina Beyko masih sangat, sangat krusial dalam hidup Kostyuk.
Pada pertandingan menghadapi Rogowska, Kostyuk sempat beberapa kali diberi peringatan oleh wasit karena dia dianggap menerima kode dari ibunya. Inilah yang sempat membuat juara AS Terbuka junior nomor ganda tahun 2016 ini sempat merasa kesal.
ADVERTISEMENT
"Apa-apaan? Aku saja tidak melihat apa yang diilakukan ibuku," kata Kostyuk seperti dilansir Reuters.
Pengaruh sang ibu tidak sampai di situ. Seusai pertandingan, Talina pun langsung menyita ponsel Kostyuk yang sedang sibuk menerima pesan WhatsApp. Alasannya? Supaya dia tidak terganggu saat makan.
Marta Kostyuk terinspirasi sang ibu. (Foto: Reuters/Edgar Su)
zoom-in-whitePerbesar
Marta Kostyuk terinspirasi sang ibu. (Foto: Reuters/Edgar Su)
"Aku memang tidak sempat sarapan tadi, sehingga di lapangan aku merasa agak tidak enak," tambah Kostyuk yang menurut saja apa yang diperintahkan ibunya.
Adapun, dunia tenis sendiri sebenarnya sudah tidak asing dengan keberadaan remaja-remaja ajaib. Martina Hingis, misalnya, pada Australia Terbuka 1996 berhasil menembus babak perempat final pada usia 16 tahun. Kemudian, ada pula rekor milik Anna Kournikova sebagai semifinalis Wimbledon termuda (15 tahun) yang sejak 1997 belum terpecahkan. Lalu, jangan lupakan pula keberhasilan Maria Sharapova menjuarai Wimbledon di usia 17 tahun pada 2004 silam.
ADVERTISEMENT
Artinya, meski harus diakui sebagai catatan yang spesial, apa yang dilakukan Kostyuk ini bukan barang baru dan segala kemungkinan, baik ataupun buruk, masih bisa menghampirinya. Seperti yang dikatakan Belinda Bencic, segala perhatian yang diterima remaja seperti Kostyuk tak selamanya bakal berbuah baik.
"Kamu mendapatkan begitu banyak eksposur ketika memenangi satu, dua laga," kata petenis Swiss berusia 20 tahun itu kepada New York Times. "Semua orang menjadi terfokus kepadamu dan tiba-tiba saja, kamu diharuskan untuk memenangi segalanya. Padahal, seharusnya tidak seperti itu dan bagiku, itulah yang tersulit."
Bagi Kostyuk, ekspektasi itu memang kemudian menjadi begitu besar dan celakanya, pada babak ketiga, Jumat (19/1), dirinya harus berhadapan dengan petenis nomor empat dunia, Elina Svitolina. Walau begitu, Svitolina sendiri selama ini tak pernah mampu lepas dari jerat babak ketiga di Australia Terbuka, yang artinya, kini tekanan tak cuma ada pada diri Kostyuk, tetapi juga kompatriotnya yang lebih tua delapan tahun tersebut.
ADVERTISEMENT