Memuji Cara Ashley Young Mengawetkan Masa Mudanya

9 November 2017 18:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ashley Young kembali dipercaya United.  (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Ashley Young kembali dipercaya United. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi muda, meski tidak seringkali, diidentikkan dengan hidup yang lebih bebas, belum terkendala berbagai tekanan yang tak henti-hentinya menerabas.
ADVERTISEMENT
Dalam sepak bola, Ashley Young adalah representasinya. Saat usianya belum genap menginjak 21 tahun, dia sudah menjadi pemain termahal Aston Villa. Delapan juta poundsterling dikeluarkan klub asal Birmingham itu untuk menggaetnya dari Watford.
Sebagai klub yang tak kaya-kaya amat, Villa tentu tak asal dalam melakukan transfer. Adalah kontribusi Young mengantar The Hornets promosi ke Premier League yang membuat mereka kepincut memboyongnya.
Benar saja, Young menjelma menjadi pemain penting bagi Villa. Delapan hari berselang setelah resmi mendarat di Villa Park, dirinya langsung mendulang gol perdana ke gawang Newcastle United. Timnya memang kalah, tapi Young jadi satu-satunya penggawa Villa yang berhasil mencatatkan namanya di papan skor yang terpampang di St James' Park.
ADVERTISEMENT
Kurang lebih demikian laga-laga selanjutnya yang dilakoni Young bersama Villa. Tampil ciamik, tapi tak mampu mengangkat performa klub ke level yang lebih tinggi. Namun, bila ingin berbangga, runner-up Piala Liga Inggris 2010 mungkin bisa dijadikan pilihan.
Kendati perolehan trofinya bersama Villa nihil, tak demikian dengan prestasi individu yang ditorehkan Young. Dia sempat masuk dalam skuat terbaik Premier League dalam dua musim beruntun, yakni 2007/2008 dan 2008/2009. Kala itu, mayoritas skuat diisi oleh pemain yang berasal dari tim Big Four macam Cristiano Ronaldo, Didier Drogba, Cesc Fabregas, dan Oliver Torres.
Hebatnya lagi, Young juga terpilih sebagai pemain muda terbaik di edisi 2008/2009. Titel yang juga pernah diraih Fàbregas, Ronaldo, dan Wayne Rooney di periode-periode sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Deretan anugerah tersebut yang kemudian membuat Manchester United mendatangkannya di musim 2011/2012. Terang saja Young dipilih, lagipula winger Inggris mana lagi yang potensial dalam skema 4-4-2 milik Sir Alex Ferguson selain dirinya?
Seiring berjalannya waktu, tuntutan pasar seorang winger makin meningkat. Tak hanya menyuplai bola melalui crossing saja, tapi seyogianya seorang winger kudu mahir untuk melakukan penetrasi ke jantung pertahanan lawan.
Young sesungguhnya tidak kesulitan sama sekali dengan tuntutan itu. Di musim terakhirnya bersama Villa, 2010/2011, Young diberikan posisi free role dalam formasi dasar 4-5-1. Ya, peran itu diberikan demi memudahkan dirinya untuk merangsek ke lini tengah pertahanan lawan. Hasilnya tak buruk: Young sukses menyumbangkan 10 assist plus 7 gol dari 34 laga yang dijalaninya.
ADVERTISEMENT
Namun, bukan berarti kariernya lancar-lancar saja setelah itu. Kala Ferguson memutuskan untuk mengubah formasi timnya dari 4-4-2 menjadi 4-2-3-1, Young sedikit tertepikan. Dalam format tersebut, Ferguson mulai mencoba hal lain: memainkan para gelandang serang dan pemain depan sebagai seorang gelandang sayap.
Menjelang pensiun, pria asal Skotlandia itu mulai menjajal pemain-pemain seperti Wayne Rooney, Danny Welbeck, hingga Shinji Kagawa untuk menjadi gelandang sayap. Young? Yah, dicadangkan dulu.
Repotnya lagi, perubahan formasi itu bukan satu-satunya kendala buat Young. Pada masa awalnya bersama United, ia juga mendapatkan julukan tak enak: "Si Tukang Diving". Pasalnya, bukan sekali dua kali dirinya melancarkan trik liciknya itu.
Salah satu aksinya adalah sewaktu United berhadapan dengan Real Socidead pada Liga Champions November 2013 silam. Belum lagi saat dengan tipu daya yang dibuatnya saat United meladeni Chelsea, Manchester City, Crystal Palace, dan juga mantan timnya, Aston Villa.
ADVERTISEMENT
Memang United diuntungkan dalam aksi teatrikalnya itu, tetapi bukan berarti Ferguson menghalalkan caranya. Sang manajer pernah mengatakan jika tindakan Young merupakan sebuah aksi yang tak bisa ditolerir.
Faktor lain yang menjadi warna dalam karier Young bersama United adalah pergantian tampuk kepelatihan ke tangan Louis van Gaal yang menerapkan skema anyar bagi United. Melihat kemampuan akselerasi di sisi sayap plus kelebihannya dalam mengakomodir umpan, Van Gaal kemudian memasang Young sebagai wing-back.
Keputusan Van Gaal itu nampak lewat tujuh assist yang berhasil dibukukannya dalam dua musim. Sejak saat itu, Young dikenal sebagai seorang bek sayap, tak lagi sebagai seorang winger. Di bawah arahan Jose Morinho, Young juga mendapatkan kepercayaan untuk mengisi bek sayap. Laga termutakhir kontra Chelsea buktinya, Young diturunkan sebagai wing-back kiri dalam format 3-4-1-2.
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai jalan hidup Young, tak jauh berbeda dengan lirik lagu milik Alphaville.
Van Gaal, figur penitng dalam transformasi Young.  (Foto: Michael Regan/Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Van Gaal, figur penitng dalam transformasi Young. (Foto: Michael Regan/Getty Images)
"Forever young
I want to be forever young
Do you really want to live forever?"
Young sendiri tak lagi muda, usianya juga sudah menginjak 32 tahun. Waktu yang bisa dibilang lambat untuk mengulangi indahnya torehan prestasi-prestasi yang dia raih selama masa mudanya.
Tapi, justru semangat masa muda itu yang memicu Young untuk terus "hidup". Buktinya, dia telah mendapatkan panggilan untuk memperkuat Tim Nasional Inggris dalam laga uji tanding kontra Jerman dan Brasil. Panggilan pertama setelah lebih dari empat tahun vakum dari The Three Lions.
"Saya sudah menunjukkan bahwa saya layak berada dalam skuat (Inggris)," ujar Young saat konferensi pers pra-laga kontra Jerman.
ADVERTISEMENT
Young akan selamanya menjadi Young. Ia bertahan dan menjadi "awet muda" dengan caranya sendiri: beradaptasi pada perubahan posisi dan menerimanya sebagai sebuah takdir.