Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Segala hal yang dilakukan Kei Nishikori di Wimbledon 2019 belum cukup untuk membuatnya menjadi sensasi. Kemenangan demi kemenangan serupa kunci yang membukakan pintu laga perempat final.
ADVERTISEMENT
Bagi petenis lain, fase ini adalah pencapaian yang menggembirakan. Tapi, untuk Nishikori, perempat final Grand Slam adalah perkara biasa. Selain di AS Terbuka 2014, langkahnya di kelas senior kompetisi Grand Slam--apa pun nomornya--tidak pernah lebih jauh dari perempat final. Spesialis delapan besar. Nishikori seperti sudah biasa terjegal di perempat final.
Tidak perlu berhitung mundur kepalang jauh. Lihat saja penampilannya di dua seri Grand Slam musim ini. Pertama, tentu Australia Terbuka. Nishikori yang kelelahan tidak sanggup melanjutkan pertandingan dan memilih mundur di set kedua babak perempat final ketika Novak Djokovic memimpin 4-1.
Kedua, apa lagi kalau bukan Prancis Terbuka? Melawan Nadal di perempat final, Nishikori cuma sanggup memenangi lima gim. Kekalahan 1-6 1-6 3-6 itu secara otomatis mengubur asanya untuk melangkah lebih jauh dari perempat final.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir, saya harus tetap berusaha untuk menyelesaikan laga dengan kemenangan straight set. Tapi, di sisi lain, mungkin kecerdasan dan mental saya sebagai petenis juga belum baik-baik amat. Makanya, saya perlu tetap bekerja keras," jelas Nishikori, dikutip dari laman resmi ATP.
Situasi tambah mencekam karena Roger Federer menjadi lawannya di duel perebutan tiket semifinal pada Rabu (10/7/2019). Terlebih, rekor pertemuan berpihak pada keunggulan Federer. Nishikori hanya tiga kali menang dalam 10 pertemuan.
"Saya menyadari bahwa selama ini langkah saya selalu selesai di perempat final. Tujuan jangka pendek saya tentu mencapai semifinal atau final. Saya tahu itu tidak bakal mudah karena bagaimanapun lawan saya nanti adalah petenis yang masuk peringkat tiga besar dunia. Saya juga paham betul bahwa dia begitu dominan," ucap Nishikori.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, bukan berarti Nishikori sah-sah saja datang ke hadapan Federer dengan mental kerdil. Harapan itu dibuktikan lewat keberhasilan Nishikori menutup pertemuan terakhir dengan Federer di babak grup ATP Finals 2018 dengan kemenangan straight set.
Modalnya keduanya adalah penampilan Nishikori dalam empat pertandingan terakhir di Wimbledon 2019. Petenis asal Jepang tersebut hanya sekali kehilangan set, tepatnya set ketiga babak empat melawan Mikhail Kukushkin. Itu berarti, tiga pertandingan lainnya tuntas dengan kemenangan tiga set langsung.
Catatan lainnya, Nishikori cenderung menyelesaikan pertandingannya dengan cepat. Bila ditotal, ia cuma menghabiskan waktu delapan jam 31 menit untuk menuntaskan empat laga. Yang terlama adalah pertandingan babak keempat tadi, 2 jam 43 menit.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari lawan-lawannya adalah petenis non unggulan, potensi kemenangan atas Federer itu tetap ada di sana. Rangkaian drop shot dan flat drive Nishikori tetap menjadi senjata mematikan. Rekaman pertandingan menunjukkan bahwa pukulan backhand Nishikori bisa menjadi tameng yang tangguh bahkan kala berhadapan dengan pukulan forehand petenis segarang Rafael Nadal.
Dalam beberapa kesempatan, usai melepaskan pukulan backhand itu Nishikori akan bergerak melebar hingga double alley (batas lapangan untuk pemain ganda). Dari sanalah ia menghentak dan melepaskan pukulan forehand yang agresif.
Pelatih Nishikori, Michael Chang, berkata bahwa kualitas terbaik Nishikori adalah daya tahan. Berkali-kali terhenti, berkali-kali menjajal untuk melangkah lebih jauh dari perempat final. Terkesan klise dan banal. Tapi, bagaimana bila perkara klise dan banal itu merupakan kualitas terpenting yang mesti dimiliki oleh setiap petenis?
ADVERTISEMENT