Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengapa Bonus Fauzan Noor Lebih Kecil dari Milik Lalu Muhammad Zohri?
23 Juli 2018 20:14 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Nama Fauzan Noor mencuat seiring ramainya pemberitaan tentang Lalu Muhammad Zohri . Fauzan dan Zohri sama-sama juara dunia, tetapi perlakuan kepada keduanya jauh berbeda.
ADVERTISEMENT
Zohri dielu-elukan seantero negeri berkat titel juara dunia U-20 lari 100 meter putra, sementara Fauzan yang juara dunia karate tradisional baru diungkit seiring masifnya perhatian pemerintah dan pihak lain kepada Zohri.
Kini, setelah nama Fauzan ikut digaungkan oleh publik, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga memberikan bonus kepada atlet karate asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu bersama dua juara dunia lainnya.
Bonus Rp40 juta kepada Fauzan diberikan Senin (23/7/2018) di Lantai 10 Gedung Kemenpora oleh Menpora Imam Nahrawi . Sementara itu, Mustafa, pelatih Fauzan, ikut mendapat bonus Rp25 juta.
Nah, yang menjadi persoalan, kejuaraan yang diikuti Fauzan itu dihelat setengah tahun lalu, tepatnya pada 28-29 Desember 2017 di Praha, Republik Ceko. Lantas, kemana Kemenpora saat itu hingga kucuran bonus baru diberikan tujuh bulan setelahnya?
ADVERTISEMENT
Menurut Sekretaris Kemenpora (Sesmenpora) Gatot S. Dewa Broto, telatnya pemberian bonus kepada Fauzan disebabkan karena Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI) tidak melaporkan turnamen yang diikuti Fauzan.
Berangkat tanpa diketahui Kemenpora, Gatot berujar pihaknya pun butuh waktu lebih untuk mengecek dan mendalami kejuaraan yang diikuti Fauzan hingga juara itu.
"Bukan (Kemenpora) tidak adil antara Zohri dan Fauzan, tapi karena (FKTI) tidak lapor ke kami. Jadi kami imbau ke atlet apa pun, lapor ke Kemenpora," kata Gatot kepada kumparanSPORT saat ditemui di Lantai 3 Gedung Kemenpora, Senin (23/7).
"Telat karena kami tidak tahu. Baru tahu setelah netizen bergerak. Kami cross-check ke mana-mana. Kenapa kami hadirkan Dubes RI untuk Republik Ceko (di seremoni pemberian bonus) pun bukti bahwa KBRI menemani Fauzan di sana," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, meski sama-sama juara dunia, bonus yang diberikan kepada Zohri dan Fauzan juga tak sama; berbeda Rp 160 juta. Penyebabnya, lagi-lagi soal status karate tradisional sebagai olahraga rekreasi, bukan olahraga prestasi.
Hal ini pun membuat FKTI -- yang saat ini dibawah naungan Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) -- berusaha diakui oleh KONI. Namun, Ketua FKTI, Zudan Arif Fakrulloh, mengatakan peleburan organisasinya dengan Federasi Karate Do Indonesia (Forki) di KONI bakal sulit.
"Negara ini berkewajiban untuk mengelola semua potensi, tanpa terkecuali. Jadi, biarkan semua cabang olahraga itu berkembang dan dinaungi negara. Di dunia itu ada karate tradisional, ada karate," kata Zudan.
"Di Indonesia harusnya keduanya di kembangkan dengan FORKI dan FKTI, semuanya masuk KONI. Bagaimana caranya agar organisasinya dibentuk gabungan Karate Nasional Indonesia yang membawahi karate umum dan karate tradisional."
ADVERTISEMENT
"Saya sudah mengajukan ke KONI, KONI untuk sementara mengatakan coba bicarakan dulu dengan FORKI. Tapi FORKI menolak. Mereka minta bergabung saja (satu federasi), tapi tidak bisa karena sistemnya berbeda. Jadi kami meminta kepada Menpora untuk memfasilitasi," pungkasnya.