Mengenal Refugee Olympic Team, Pembawa Pesan Solidaritas di Olimpiade

26 Juli 2021 12:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Refugee Olympic Team di Olimpiade 2020. Foto: Martin Bueeau/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Refugee Olympic Team di Olimpiade 2020. Foto: Martin Bueeau/AFP
ADVERTISEMENT
Ada 206 peserta yang tampil di Olimpiade 2020. Namun, ada satu peserta yang para kontingennya tidak mewakili negara tertentu, melainkan berada di bawah kelompok bernama Refugee Olympic Team (Tim Olimpiade Pengungsi). Siapa mereka?
ADVERTISEMENT
Terdapat sejumlah negara di dunia ini yang dilanda konflik hingga menyebabkan beberapa warganya kabur ke negara lain dan menjadi pengungsi. Beberapa dari mereka boleh jadi adalah orang-orang yang memiliki bakat olahraga.
Hal ini membuat Presiden IOC, Thomas Bach, mengambil inisiatif. Dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Oktober 2015, ia mengumumkan pembentukan Tim Olimpiade Pengungsi untuk mengikuti Olimpiade Rio 2016.
Sepuluh bulan setelahnya, ada 10 atlet yang diumumkan masuk ke dalam tim itu. Mereka berasal dari Ethiopia, Sudan Selatan, Suriah, dan Republik Demokratik Kongo. Mereka bersaing di Olimpiade yang dihelat di Brasil, tetapi gagal memenangkan medali.
Refugee Olympic Team di Olimpiade 2020. Foto: Odd Andersen/AFP
Meski gagal berprestasi di Olimpiade Rio 2016, tim ini tidak sepenuhnya gagal mengemban misi lainnya, yakni menunjukkan solidaritas Olimpiade. Dengan begitu, dapat terlihat bahwa siapa pun bisa melanjutkan karier olahraga mereka, walau berstatus sebagai pengungsi.
ADVERTISEMENT
"Ini akan menjadi simbol harapan bagi semua pengungsi di dunia dan akan membuat dunia lebih sadar akan besarnya krisis ini. Ini juga merupakan sinyal kepada komunitas internasional bahwa pengungsi adalah sesama manusia dan merupakan pengayaan bagi masyarakat," terang Bach, dikutip dari situs web resmi Olimpiade.
Refugee Olympic Team kembali hadir di Olimpiade 2020. Sebuah badan bernama Olympic Solidarity dipercaya menentukan identifikasi dan proses seleksi untuk tim yang akan diberangkatkan ke Tokyo, Jepang.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR), Komite Olimpiade Nasional (NOC), Federasi Olahraga Internasional, dan Komite Penyelenggara Olimpiade 2020 juga mendukung program ini. Total, ada 29 atlet Refugee Olympic Team untuk Olimpiade yang berlangsung selama 23 Juli-8 Agustus 2021 ini.
Refugee Olympic Team di Olimpiade 2020. Foto: Antonin Thuillier/AFP
Anggota kontingen atlet Refugee Olympic Team untuk Olimpiade 2020 berasal dari Afghanistan (3), Kamerun (1), Kongo (1), Republik Demokratik Kongo (1), Eritrea (2), Iran (5), Irak (1), Sudan Selatan (4), Sudan (1), Suriah (9), dan Venezuela (1).
ADVERTISEMENT
Saat upacara pembukaan Olimpiade 2020, Refugee Olympic Team berada di urutan kedua saat defile. Yusra Mardini (Suriah) dan Tachlowini Gabriyesos (Eritrea) menjadi pembawa bendera.
Salah satu atlet Refugee Olympic Team yang telah mencuri perhatian adalah Abdullah Sediqi. Atlet taekwondo asal Afghanistan ini nyaris membuat kejutan di kategori 68 kg putra.
Sediqi sempat membuat peraih medali emas Olimpiade Rio 2016, Zhao Shuai, kewalahan. Dalam laga perdananya itu, ia sanggup memberikan perlawanan yang amat sengit kepada Zhao.
Atlet Taekwondo Abdullah Sediqi di Olimpiade 2020 Foto: REUTERS/Murad Sezer
Momen terbaiknya di duel itu adalah saat melepaskan tendangan berputar ke tubuh Zhao untuk mendapatkan empat poin di detik-detik terakhir. Sediqi akhirnya kalah dari atlet taekwondo asal China itu, meski sempat unggul di ronde pertama.
ADVERTISEMENT
Ada pula atlet yang memiliki kisah mengerikan seperti Saeid Fazloula. Menurut laporan DW Sports, atlet kano asal Iran yang kini menetap di Jerman itu kabur dari negara asalnya karena dituding melawan rezim dan divonis hukuman mati.
Kompatriotnya, Kimia Alizadeh, mampu membuat kejutan di cabang olahraga taekwondo nomor 57 kg putri. Berdasarkan The Guardian, meski akhirnya gagal meraih medali, ia sanggup menumbangkan Jade Jones asal Inggris Raya (pemenang medali emas Olimpiade 2012 dan 2016).
Olimpiade 2020 masih panjang, masih ada waktu bagi Refugee Olympic Team untuk meraih medali. Namun sekali lagi, yang terpenting adalah eksistensi mereka menjadi bukti bahwa solidaritas bisa dibangun lewat olahraga.
***