Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
ADVERTISEMENT

Bukan rahasia jika dunia gulat profesional adalah dunia yang gelap, dingin, dan keras. Di balik semburan kembang api yang meriah itu tersimpan banyak kisah tak mengenakkan.
ADVERTISEMENT
Kecanduan alkohol dan obat terlarang sudah merenggut hidup banyak sekali pegulat. Pasalnya, dunia satu ini memang bukan cuma sebatas olahraga saja. Gulat profesional, pada hakikatnya, adalah opera sabun yang dibungkus dengan kemasan olahraga.
Rasa sakit dan kekhawatiran akan cedera selalu menjadi momok yang ada di benak para pegulat. Selain itu, gulat profesional memang tak ubahnya sirkus keliling yang jelas memaksa para pelakunya untuk sering berada jauh dari rumah. Oleh karena itu, kesepian serta kesendirian tentu senantiasa mengiringi derap langkah mereka.
Dunia ini memang tidak dirancang untuk sembarang orang, dan untuk bertahan di dalamnya tanpa pernah tersandung masalah berarti dibutuhkan sosok yang benar-benar istimewa. Salah satu dari sosok istimewa itu adalah Mark William Calloway.
ADVERTISEMENT
Di dunia gulat profesional, Calloway dikenal dengan nama ring The Undertaker, dan kemarin, dia menyatakan pensiun dari dunia yang membesarkan namanya setelah bergelut selama 27 tahun di dalamnya.
Seperempat abad adalah waktu yang sangat, sangat panjang, apalagi untuk seorang atlet. Meski dalam beberapa tahun belakangan statusnya adalah pegulat paruh waktu, ketika tampil di ring, tak pernah sekali pun The Undertaker tampil mengecewakan.
Penggambaran karakternya selalu sama dari tahun ke tahun: gelap, kejam, dan tak kenal kompromi. Walau sempat sedikit dikacaukan oleh gimmick biker pada awal 2000-an, citra The Undertaker di mata para penggemar gulat profesional tidak pernah berubah.
Ada alasan kuat mengapa The Undertaker disebut juga sebagai The Deadman di ring gulat. Pertama, karena kayfabe-nya memang begitu, dan kedua, karena dia tak bisa dan tak akan mati di mata para penggemar.
ADVERTISEMENT

Kunci untuk bisa sukses besar di dunia gulat profesional adalah gimmick yang spektakuler tetapi tidak lebay. Untuk bisa memiliki itu, tentu ada banyak faktor yang dipertimbangkan, mulai dari paras dan perawakan, mic skill, sampai gaya bertarung si pegulat.
Nah, Mark Calloway, terlepas dari dedikasi dan loyalitasnya selama lebih dari seperempat abad, juga boleh dibilang beruntung. Pasalnya, gimmick ini benar-benar khas dan pas untuk dirinya.
Dengan paras yang menyeramkan, ditambah dengan kemampuannya untuk membuat bola matanya menjadi putih semua dan lidahnya yang menjulur panjang, dia memang cocok sekali memainkan sosok horor seperti itu. Kolomnis Complex, Luis Paez-Pumar, menyebut bahwa gimmick milik The Undertaker adalah yang terbaik sepanjang sejarah gulat profesional.
ADVERTISEMENT
Salah satu ciri khas dari gimmick The Undertaker adalah tak ada orang yang berhak memerintah dirinya, termasuk "saudaranya", Kane, dan "pawangnya", almarhum Paul Bearer. Tak banyak yang mengetahui kalau di dunia nyata, dalam kaitannya dengan WWE sebagai promotor, keistimewaan demikian juga dimiliki oleh dirinya.
Namun, keistimewaan ini tentu tak datang dengan sendirinya. Dedikasi dan loyalitasnya kepada WWE menjadi pertimbangan utama sang bos besar, Vince McMahon.
Sebelumnya sudah disebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, The Undertaker adalah pegulat paruh waktu. Akan tetapi, sebagai pegulat paruh waktu pun, dia tidak memiliki kewajiban yang sama dengan, katakanlah, Brock Lesnar.
Jika Lesnar harus selalu ada di ajang-ajang besar WWE, tidak demikian dengan The Undertaker. Oleh Vince McMahon, dia diberi kebebasan untuk tampil di ajang yang jadi pilihannya. Tentu faktor usia juga jadi pertimbangan tersendiri, tetapi itu soal lain. Poin utamanya di sini adalah, The Undertaker sudah meraih keistimewaan untuk menjadi pegulat yang diistimewakan setelah menjalani karier gemilang selama hampir tiga dasawarsa.
ADVERTISEMENT

The Undertaker memang bukan The Rock yang punya mic skill tanpa tanding. Dia juga bukan Stone Cold Steve Austin yang punya gimmick eksplosif dan urakan. Dia pun bukan Ric Flair yang punya rekor 16 gelar juara WWE atau John Cena yang bisa mendatangkan fulus dalam jumlah tak masuk akal ke pundi-pundi keluarga McMahon.
Bukan. The Undertaker lebih dari semua itu. Dia adalah satu-satunya konstanta dalam perjalanan sejarah WWE yang fluktuatif dan dinamis. Sejak mengawali kariernya tahun 1990, dia sudah mengalami tujuh era berbeda, mulai dari The Golden Era, Attitude Era, sampai era terbaru saat ini, The New Era. Hebatnya, dalam kurun waktu itu, dia tak pernah berhenti menjadi The Undertaker yang abadi dalam memori para penggemar.
ADVERTISEMENT
WWE memang tak pernah memberinya gelar juara melimpah. Sepanjang karier, The Undertaker "hanya" punya 14 gelar. 15, jika masa-masanya di World Championship Wrestling (WCW) mau dimasukkan hitungan. Dari semua gelar itu, delapan di antaranya adalah gelar juara tag team dan hardcore. Tentu hal tersebut tidak sebanding dengan apa yang sudah diberikan dirinya kepada WWE.
Namun, WWE bukannya sama sekali alpa dalam memberi penghargaan kepada dirinya. WrestleMania, ajang tahunan terbesar WWE, menjadi ajang bagi The Undertaker untuk benar-benar unjuk gigi. Hingga tahun 2014 lalu pada penyelenggaraan ke-30, tak sekali pun The Undertaker menelan kekalahan di ajang ini.
Kekalahan tersebut saat itu menjadi sinyal bahwa The Undertaker tak lama lagi bakal berhenti bergulat. Namun, baru tahun ini, dan lewat sebuah kekalahan lagi, dia akhirnya benar-benar menyudahi kariernya. Rekornya pun kini ternoda menjadi 23 kemenangan dan dua kekalahan. Dua kekalahan yang tidak bisa diterima oleh para penggemar setia WWE.
ADVERTISEMENT

Masalahnya adalah, WWE memilih orang yang salah untuk mengalahkan Undertaker. Alih-alih Shawn Michaels atau Triple H, misalnya, mereka memilih Brock Lesnar dan Roman Reigns, dua sosok yang dibenci khalayak.
Meski begitu, kembali pada sifat dasar gulat profesional yang merupakan olahraga hiburan, tentu dua kekalahan itu tidak akan terjadi tanpa persetujuan The Undertaker sendiri. Terlebih, ketika kalah, dia sudah menjadi sosok istimewa di WWE. Sehingga, boleh dibilang kalau kekalahan itu terjadi semata-mata karena The Undertaker memang sedang ingin kalah.
Kemarin, The Undertaker memutuskan untuk kalah lagi di ajang yang membuat namanya melegenda. Kemarin, The Undertaker akhirnya memilih untuk berhenti menjadi mayat hidup dan kembali menjadi Mark William Calloway.
Tak ada lagi sosok yang akan meneror dunia gulat profesional dengan ancaman-ancaman kematian. Tak ada lagi sosok menyeramkan yang entah mengapa justru memberi kedamaian tersendiri. Tak ada lagi sosok intimidatif yang siap mem-bully para berandal di atas ring. Tak ada lagi The Undertaker, tak ada lagi The Deadman, dan tak ada lagi yang bisa dikatakan para penggemar gulat profesional selain terima kasih yang sebesar-besarnya.
ADVERTISEMENT
Bonus: