Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ayrton Senna selalu menjadi pebalap Formula 1 (F1) terbaik bagi Gerhard Berger --yang pernah setim dengan Senna di McLaren pada 1990 hingga 1992.
ADVERTISEMENT
Dengan status Senna sebagai juara dunia 1988, 1990, dan 1991, pujian dari Berger memang lebih dari sekadar tugasnya sebagai mantan rekan setim. Pujian Berger adalah penebalan dari status legenda untuk Senna itu sendiri.
Di panggung balap jet darat paling prestisius ini, Senna juga dijuluki 'Master of Monaco' karena memegang rekor terbanyak enam kali memenangi GP Monako di Monte Carlo.
Torehan lain bintang asal Brasil itu adalah rekor pole position sebanyak 65 kali dalam 161 race --rekor terbanyak dari 1989 hingga 2006, sebelum dipecahkan oleh Michael Schumacher.
Sampai akhirnya nasib Senna berakhir nahas di Sirkuit Imola, Italia. Pada 1 Mei 1994, sosok kebanggaan masyarakat Brasil itu meninggal akibat kecelakaan saat melakoni balapan GP San Marino.
ADVERTISEMENT
Lebih dari dua dekade semenjak meninggalnya Senna, Berger menemukan 'Senna' lain dalam penampilan Lewis Hamilton . Berger menyebut driver andalan Mercedes itu sudah berada pada level yang sama dengan Senna.
"Semua orang selalu bertanya, bagaimana pebalap ini bagaimana pebalap itu, dibanding Ayrton? Dan, bertahun-tahun, saya selalu jawab tidak ada yang bisa mendekati Ayrton," ucap Berger, dikutip dari Reuters.
"Namun, Lewis sekarang jadi pebalap pertama yang saya sandingkan di level yang sama dengan Ayrton," imbuh mantan pebalap McLaren dan Ferrari ini.
Berger menegaskan pernyataannya itu bukan hanya berdasarkan statistik penampilan Hamilton sang juara dunia lima kali. Selain catatan di atas kertas, ada faktor lain yang bisa mengantarkan seorang pebalap jadi yang terbaik.
ADVERTISEMENT
"Saya lebih menilai dari feeling dan performa seorang pebalap saat balapan. Bagi saya, ada beberapa nama hebat seperti Nelson (Piquet), Niki (Lauda), (Alain) Prost, dan Michael (Schumacher), dan hanya ada satu di atas mereka yakni Ayrton," kata Berger.
"Dan, kini saya melihat Lewis telah berada dalam level yang sama (dengan Ayrton)," tegasnya.
Hamilton sendiri menyegel titel pada 2008, 2014, 2015, 2017, dan 2018. Sejak debut bersama McLaren di F1 pada 2007, driver Inggris ini memegang rekor pole positions terbanyak --yakni 84--, mengubah rekor milik Schumacher.
Namun, 75 kemenangan Hamilton masih kalah dari rekor Schumacher dengan 91 kemenangan. Sementara Senna punya catatan 65 pole positions dan 41 kemenangan sebelum menutup karier di usia 34 tahun.
ADVERTISEMENT
"Perbandingannya? Saya tetap melihat Ayrton sebagai pemenangnya (dibanding Hamilton). Ayrton adalah pria berkharisma. Apalagi dia selalu menjadi legenda meski sudah kehilangan hidupnya, itu hal yang spesial," kata Berger.
Berger sendiri yakin, catatan 91 kemenangan terbanyak milik Michael Schumacher tinggal menunggu waktu untuk dilewati oleh Lewis Hamilton . Musim ini, setelah melalui tiga seri, Hamilton memimpin klasemen sementara dengan 68 poin.
"Saat ini dia (Hamilton) yang tidak terkalahkan. Michael (Schumacher) juga hebat, tapi melihat Hamilton, dia adalah pebalap spesial --selama saya melihat dan berada di F1," tutup Berger.