Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pelatih Berharap Miftahul Jannah Tidak Pensiun dari Judo
10 Oktober 2018 19:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menanggapi kekecewaan anak asuhnya, pelatih judo Indonesia di Asian Para Games 2018, Stig Traavik, bisa memaklumi. Namun, pelatih asal Norwegia tersebut berharap agar Miftahul dapat menimbang kembali keputusan pensiun dari judo.
“Tentu saja Miftahul dapat membuat keputusannya sendiri. Saya paham dan dapat juga merasakan kekecewaan yang ia rasakan, Miftahul telah berjuang begitu keras selama 10 bulan, 2 kali setiap harinya, tentu saja kekecewaan yang ia rasakan begitu besar dan itu adalah perasaan yang menyeramkan,” ujar Traavik kepada kumparan di JiExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (10/10).
“Saya harap kita dapat segera menyelesaikan permasalahan (aturan hijab) dan Miftahul akan kembali bermain Judo,” tuturnya menambahkan.
Menurut Traavik, diskualifikasi yang dialami Miftahul dapat menjadi pelajaran untuk semua pihak. Ia berharap, berawal dari kasus tersebut pemangku kepentingan di Indonesia akan mengajukan perubahan aturan terkait dengan penggunaan hijab kepada Federasi Judo Internasional (IJF). Tujuannya agar atlet-atlet muslim lainnya tidak mengalami nasib yang sama dengan Miftahul.
ADVERTISEMENT
“Tentunya kita menginginkan untuk perempuan muslim dapat berpartisipasi dalam olahraga,” kata Traavik.
“Miftahul dapat membantu perempuan-perempuan muslim lainnya untuk mencari penyelesaian permasalahan (penggunaan hijab) ini, karena menurut saya ini perlu diselesaikan,” ujarnya lagi.
Memang tertulis di aturan judo internasional, tepatnya artikel 4 poin 4, bahwa tidak boleh ada benda apa pun yang menduduki atau melindungi kepala. Miftahul Jannah yang berusia 21 tahun itu didiskualifikasi karena enggan melepas hijab pada pertandingan nomor blind (tunanetra) kelas 52 kilogram.