Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Pemain-pemain Asia Tenggara yang Punya Kualitas "Marquee Player"
26 November 2017 14:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB

ADVERTISEMENT
Jika benar-benar hanya untuk menaikkan nilai jual Liga 1, kehadiran para marquee player memang sangat membantu. Namun, jika melihat kondisi klub-klub Liga 1 yang memiliki kesenjangan perihal finansial, bukan tidak mungkin, para pemain ini akan dianggap sebagai akal-akalan klub kaya untuk mendapatkan keuntungan menambah satu kuota pemain asing.
ADVERTISEMENT
Dengan marquee player, regulasi pemain asing di Liga 1 berubah menjadi 2+1+1, yaitu dua pemain non-Asia, satu pemain Asia, dan satu pemain lain, entah dari Asia ataupun bukan, yang pernah mencicipi ketatnya liga-liga elite dunia, seperti Premier League (Inggris), La Liga (Spanyol), ataupun Bundesliga (Jerman). Ini berbeda dengan regulasi 3+1 yang diterapkan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), di mana setiap klub boleh merekrut tiga pemain asing non-Asia dan satu pemain Asia.
Perdebatan terkait keberadaan marquee player ini pun tidak pernah surut dari awal musim hingga musim berakhir.
Bila melihat keberadaan marquee player di Liga 1 musim lalu, dapat disimpulkan bahwa kedatangan pemain berlabel istimewa ini tak lantas membuat Liga 1 lebih berkualitas. Ada pula beberapa pemain yang didatangkan dengan biaya fantastis tidak berhasil menampilkan permainan yang apik, salah satunya Carlton Cole.
ADVERTISEMENT
Melihat hal tersebut, manajer Arema FC, Rudi Widodo, menyarankan agar musim depan regulasi terkait marquee player dihapus dan kembali menerapkan regulasi 3+1 seperti yang ditetapkan AFC .
Terlepas dari itu semua, sebenarnya, klub-klub di Liga 1 harus pula melirik pemain-pemain berkualitas yang berasal dari Asia Tenggara. Pasalnya, pemain-pemain Asia Tenggara ini sebenarnya punya kualitasnya yang tidak berbeda jauh dengan marquee player. Apalagi, biasanya para marquee player itu didatangkan saat usianya tidak muda lagi.
Untuk itu, kumparan (kumparan.com) memilih lima pemain Asia Tenggara berkualitas yang sebenarnya lebih menguntungkan, baik dari segi finansial maupun kontribusi, bila didatangkan ke Indonesia.
1) Siroch Chatthong (Thailand)

Dua gol yang diciptakan pada laga final Piala AFF 2016 ke gawang Tim Nasional Indonesia membuat nama Siroch Chatthong akan mudah untuk diingat oleh pencinta sepak bola Tanah Air. Pemain yang memiliki postur besar ini dinilai dapat menjadi penyerang yang mengerikan.
ADVERTISEMENT
Dengan posturnya itu, Siroch bakal punya keunggulan dalam berduel udara di depan gawang. Selain itu, dia memiliki kemampuan menendang bola jarak jauh yang baik. Meski belum mampu menciptakan gol di tahun 2017 dengan kemampuan yang dimilikinya, pemain berusia 24 tahun ini layak untuk didatangkan ke Indonesia.
Beredar kabar, pemain Muangthong United ini akan bergabung dengan PSM Makassar. Semoga saja benar, dan apabila benar, tentunya kehadirannya layak untuk dinantikan.
2) Aung Thu (Myanmar)

Namanya memang tidak sebesar Siroch Chatthong, namun masalah kualitas, pemain Yadarnabon FC ini tidak kalah. Berposisi sebagai sama seperti Chatthong, Aung Thu tidak mengandalkan postur badan untuk mencetak gol.
Dengan tinggi 167 cm, ia memiliki kecepatan dan kemampuan menggiring bola yang baik. Di usianya yang masih muda, 21 tahun, tentunya akan sangat menjanjikan bagi klub Liga 1 yang berhasil mendatangkannya. Aung Thu sendiri telah mencatatkan delapan gol bersama Myanmar.
ADVERTISEMENT
3) Theerathon Bunmathan (Thailand)

Berposisi sebagai full-back kiri, pemain berusia 27 ini terbilang produktif, pada tahun 2017 saja, ia telah mencatatkan tujuh gol dan 14 assist bersama Muangthong United. Pemain yang berhasil mempersembahan trofi Piala AFF 2016 untuk Thailand ini memiliki kecepatan dan akurasi umpan silang yang baik. 14 assist yang berhasil dicatatkan di tahun 2017 menjadi salah satu buktinya.
Theerathon sendiri memulai debutnya bersama Timnas Thailand pada 1 Desember 2010 di saat usianya masih 20 tahun. Bersama "Tim Gajah Putih", ia berhasil mengoleksi lima gol. Dengan status pemain termahal ketiga di Asia Tenggara, kemungkinan Theerathon untuk bergabung dengan klub Indonesia memang kecil, namun bukan tidak mungkin ada klub kaya Liga 1 yang nantinya mampu merekrutnya.
ADVERTISEMENT
4) Hassan Abdullah Sunny (Singapura)

Namanya mulai melejit di Piala AFF 2016. Saat itu, Hassan yang berposisi sebagai penjaga gawang memperlihatkan performa yang menakjubkan. Ia pun menjadi kandidat untuk menjadi pemain terbaik di turnamen tersebut. Meski sudah berusia 33 tahun, pemain Home United ini masih terus memperlihatkan kematangannya dalam menjaga gawang.
Hassan memiliki postur tubuh yang ideal sebagai seorang penjaga gawang, 184 centimeter. Pengalaman serta kemampuan kiper asal Singapura ini bakal sangat berguna untuk tim-tim papan atas Liga Indonesia.
5) Luong Xuan Truong (Vietnam)

Di usianya yang masih muda, 22 tahun, pemain asal Vietnam ini sudah mulai berkelanadi kompetisi teratas Korea Selatan bersama Gangwon FC. Berposisi sebagai gelandang tengah, Luong memiliki kemampuan mengirimkan bola jauh di atas rata-rata. Ini dapat dilihat di beberapa cuplikan video yang memperlihatkan kemampuannya mengalirkan bola ke ke area pertahanan lawan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, ia juga memiliki kemampuan olah bola dan dapat mengatur ritme pertandingan dengan baik. Sayang, meski sudah berkarier di salah satu Liga terbaik di Asia, kesempatan bermainnya sangat minim. Di tahun 2017, ia hanya mendapat kesempatan bermain selama 106 menit. Minimnya kesempatan yang diberikan kepadanya menjadi kesempatan bagi klub besar Liga 1 untuk menggaetnya ke Indonesia.