Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Dallas Mavericks dan San Antonio Spurs adalah rival di NBA. Memang, alasan utamanya ‘hanya’ alasan geografis. Dua tim ini berasal dari daerah yang sama, yaitu Texas. Namun, jangan salah, rivalitas antara Spurs dan Mavericks merupakan salah satu yang terpanas di NBA.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Spurs pada awalnya berbasis di Dallas dengan nama Dallas Chaparrals, saat NBA masih bernama ABA. Baru pada tahun 1973, mereka pindah ke San Antonio. Di awal 1980-an, Dallas akhirnya memiliki tim basketnya setelah Spurs, Dallas Mavericks. Di tahun debut Mavericks di NBA, mereka berhasil mengalahkan’, Spurs. Inilah yang menjadi awal rivalitas Spurs dan Mavericks.
Kendati begitu, rivalitas mereka baru benar-benar panas di akhir era 1990-an. Lebih tepatnya, setelah Dirk Nowitzki masuk ke NBA dan bergabung dengan Mavericks di tahun 1998.
Perlu diluruskan, Nowitzki, kendati hanya membela Mavericks sepanjang kariernya di NBA, pada dasarnya di-draft oleh Milwaukee Bucks. Namun, tepat seusai di-draft, Bucks memutuskan untuk mengirim Nowitzki ke Mavericks dalam satu pertukaran yang melibatkan beberapa tim.
ADVERTISEMENT
Lalu, mengapa kedatangan Nowitzki membuat persaingan antara Mavericks dan Spurs lebih panas? Simple saja, Nowitzki mampu, secara harfiah, membawa Mavericks benar-benar menyaingi Spurs.
Sebelum Nowitzki datang, Mavericks bukanlah tim yang benar-benar kuat. Kendati sempat konsisten masuk ke playoff di era 1980-an, Mavericks tak pernah mampu menjadi kandidat juara.
Pada era 1990-an, kondisi Mavericks justru memburuk. Mereka memasuki fase rebuilding, fase yang sebenarnya lumrah dalam NBA, dan kerap kali menghuni papan bawah klasemen. Jangankan di Wilayah Barat, di Divisi Barat Daya saja—tempat Spurs juga bernaung—Mavericks tidak diperhitungkan.
Sejak Nowitzki masuk, kedua tim ini mulai rutin bersaing menjadi yang terbaik di Divisi Barat Daya. Spurs memang masih menjadi tim yang lebih digdaya, tetapi Mavericks, dengan Nowitzki sebagai pemimpinnya, secara konsisten merangkak naik.
ADVERTISEMENT
Pada musim 2005/2006, Nowitzki pada akhirnya benar-benar menyakiti Spurs. Kali itu, pada Game 7 semifinal playoff Wilayah Barat, Nowitzki berhasil membawa laga berlanjut ke babak overtime lewat tembakannya pada 20 detik terakhir pertandingan. Mavericks pun menang dan terus melenggang sampai ke final.
Pada era Nowitzki , Mavericks setidaknya dua kali menjuarai Divisi Barat Daya. Masih tak sebanyak Spurs, memang, tetapi tetap lebih baik ketimbang sebelum kehadiran pemain berambut pirang ini. Yang terpenting sudah jelas, Nowitzki berhasil membawa Mavericks juara NBA di musim 2010/2011. Itu adalah pertama kalinya --sekaligus terakhir kalinya (sampai sejauh ini)--, Mavericks sukses menjadi juara.
Ada andil Nowitzki pada semua keberhasilan Mavericks tersebut, terutama untuk menyaingi Spurs. Yang menarik adalah, publik Spurs tak pernah benar-benar membenci pria asal Jerman ini seperti layaknya mereka membenci Mavericks. Ada respek besar yang diberikan suporter Spurs terhadap Nowitzki, dan ini benar-benar terlihat ketika sang power forward memainkan laga terakhirnya di NBA.
ADVERTISEMENT
Hari Kamis, 11 April 2019 pagi WIB, Nowitzki dan Mavericks bertandang ke AT&T Center, kandang Spurs. Pada hari terakhir musim reguler 2018/2019 itu, Nowitzki memainkan pertandingan terakhirnya di NBA setelah memutuskan untuk pensiun beberapa hari sebelumnya.
Tak seperti biasanya, pertandingan Spurs dan Mavericks saat itu berlangsung hangat. Alih-alih memanaskan pertandingan, panitia pertandingan justru memberikan video tribute kepada Nowitzki sebelum pertandingan dimulai.
Video yang berjudul “Thank You, Dirk!” tersebut berisi tentang aksi-aksi Nowitzki di NBA. Nowitzki, yang terkenal sebagai pemain yang dingin, secara mengejutkan tak mampu menahan emosinya. Tangis pria bertinggi tujuh kaki tersebut pun pecah melihat video tersebut, video tribute yang diberikan oleh tim yang kerap kali dibuatnya menangis.
ADVERTISEMENT
Pertandingan pun kemudian berlangsung, dan kali ini, Nowitzki kembali mengingatkan Spurs pemain seperti apa dirinya. 20 poin dan 10 rebound berhasil dicetak pemain yang identik dengan nomor punggung 41 itu.
Namun, suporter Spurs tidak kesal melihat apa yang dilakukan oleh pemain rivalnya tersebut. Setiap Nowitzki memegang bola, teriakan “MVP!” bergaung di AT&T Center.
Momen paling mengharukan terjadi 49,7 detik sebelum pertandingan usai. Nowitzki berhasil membuat lemparan masuk, lemparan terakhir yang ia masukkan di karier NBA-nya. Seusai lemparan tersebut, Nowitzki ditarik keluar, dan, tentu saja, teriakan “MVP!” dan “Dirk!” semakin kencang terdengar.
Segala sambutan dari suporter Spurs tersebut membuat Nowitzki tersanjung. Ia juga menyatakan bagaimana Spurs adalah tim yang menyulitkan, tetapi membuatnya berhasil memberikan performa terbaik bagi Mavericks.
ADVERTISEMENT
“Malam ini terasa fantastis. Rasanya seperti bermain di kandang. Spurs adalah tim yang seperti ’kakak’ bagi kami. Mereka selalu mengalahkan kami. Namun, kami berhasil mengalahkan mereka di tahun 2006 lalu. Buat saya, permainan terbaik saya ada pada kemenangan tersebut,” ujar Nowitzki, dikutip dari ESPN.
Spurs tetap menjadi sosok ‘kakak’ setelah menang atas Mavericks dengan skor 105-94 pada laga ini. Namun, kebahagiaan bagi kubu Spurs bukanlah kemenangan tersebut, tetapi bagaimana mereka mampu menggelar pertandingan terakhir yang menyenangkan bagi Nowitzki.
“Semua orang, pemain, pelatih, dan staf di sini menyaksikan sebuah sejarah, melihat Nowitzki memainkan laga terakhirnya. Ia bermain dengan baik. Itu tak mengejutkan. Ia juga terlihat senang, dan saya bahagia melihatnya,” ujar Gregg Popovich, pelatih Spurs.
ADVERTISEMENT
Adalah sebuah hal yang jarang satu pemain dari tim rival disambut dan diperlakukan dengan luar biasa seperti ini. Namun, tribute yang diberikan Spurs ini menunjukkan betapa agungnya seorang Dirk Nowitzki.