Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Perjuangan Gusmalayanti: Melawan Sakit Polio demi Juara Renang
28 September 2018 11:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Rasa sakit itu terus mendera kaki Gusmalayanti. Perlahan kedua kakinya jatuh dan enggan mengambang di arena renang. Saat terjatuh dia tak lantas berhenti. Tak jemu-jemu dia terus berusaha melintas di sebuah kolam renang .
ADVERTISEMENT
Penggalan elegi itu membuka obrolan dengan si atlet renang. Ditemui di tempat latihannya di kolam renang Tirta Bhirawa Yudha Kopassus Kartasura, peraih medali emas ASEAN Para Games 2017 itu terus berkisah.
Sejak balita, perempuan yang akrab disapa Gusmala itu mengidap polio. Kakinya bisa berjalan tetapi cukup lemah untuk bertahan lama. Pun dari bentuknya, kaki perempuan kelahiran Bandung, 10 Agustus 1982, itu lebih kecil daripada kaki manusia pada umumnya.
Namun, Gusmala tak ingin terjerat keadaan. Dia tetap bermain bersama teman-temannya di sekitar rumah. Dia pun tak minder meskipun ada yang berbeda dari dirinya.
Di antara beberapa aktivitas yang biasa dilakukan anak-anak, Gusmala senang berenang di sungai. Aktivitas itu hampir selalu menjadi rutinitas selepas sekolah.
ADVERTISEMENT
“Saya dulu perenang sungai, renang sungai lalu saya dilatih di Bandung,” cerita Gusmala saat bersua kumparan.
Tahun demi tahun berlalu, Gusmala mulai menginjak dewasa. Dia tak lagi berenang di sungai dekat rumahnya.
Dia menjelma menjadi seorang pekerja di pabrik Garmen sejak 2003. Namun, pada suatu hari seseorang menghampiri Gusmala. Lewat orang yang bernama Sutopo, satu perubahan besar terjadi pada ibu satu anak itu. Rupanya, orang inilah yang mencium bakat terpendam yang dimiliki Gusmala.
“Dulu awalnya Sutopo yang ngenalin saya ke organisasi NPC (National Paralympic Committee),” sebut Gusmala.
Gusmala lantas mantap bergabung dengan NPC pada 2008. Dia pun didapuk menjadi salah satu anggota pemusatan latihan nasional (Pelatnas) renang Indonesia. Selang 3 tahun, dia dipercaya menjadi kontingen Indonesia di ASEAN Para Games, Solo.
Debut Gusmala di ajang terbesar se-Asia Tenggara itu berbuah manis. Dia berhasil menyabet medali emas di kandang sendiri. Tak tanggung-tanggung, bukan satu atau dua medali emas tapi 3 emas sekaligus dia raih.
ADVERTISEMENT
Dari gemilangnya capaian Gusmala, pedihnya rasa sakit terkadang harus dia lawan. Baginya itu tak mengapa, asal Indonesia bisa berjaya.
“Kalau di saat sprint itu kadang kan kaki saya kan polio jadi kalau sprint terlalu lama, jadi dia akan menurun. Kaki saya itu turun sendiri gitu, itu kendalanya,” tutur Gusmala.
Menahan terus rasa sakit itu nyatanya menjadi tabungan kebahagiaan bagi Gusmala. Di ajang internasional terakhirnya, Gusmala yang tak diprediksi mendapat medali emas justru mampu “menggondolnya” untuk Indonesia.
Gusmala meraih emas di ASEAN Para Games 2017 yang dihelat di Kuala Lumpur, Malaysia. Berkat satu emas darinya, Indonesia kala itu berhasil menjadi juara umum mengalahkan Malaysia selaku tuan rumah dan negara-negara ASEAN lainnya.
ADVERTISEMENT
Capaian itu adalah salah satu prestasi yang berkesan dalam hidupnya saat ini. Meski begitu, dia tak lantas cepat puas. Gusmala terus menempa diri demi capaian yang lebih gemilah ke depannya.
Tinggalkan Anak 5 tahun Demi Pelatnas Renang
Saat usianya memasuki kepala tiga, Gusmala masih terus berenang. Dia tak lantas pensiun kendati telah dimakan usia. Meski telah melahirkan seorang anak, dia tetap bertekad berjuang demi Merah Putih.
Ada rasa gamang yang sesungguhnya menyelimuti hati Gusmala. Sebagai seorang ibu, sudah sewajarnya dia mendampingi tumbuh kembang anaknya yang bernama Airlangga Satria Amali. Namun, apa boleh dikata panggilan untuk membela negara terus menggema di hatinya.
“Ya kalau saya pergi dia nangis,” ungkap Gusmala.
ADVERTISEMENT
Saat ini Satria diasuh oleh ayahnya. Ratusan kilometer dia terpisah dengan ibunya. Rindu adalah siksa hati yang kerap melanda anak 5 tahun itu.
“Pasti kangen lah walaupun enggak terucap di bibirnya,” tutur Gusmala mengungkap perasaan sang anak semata wayang.
Untuk melepas rindu dengan sang anak, Gusmala acap kali melakukan video call. Meski tak bertatap muka langsung, setidaknya sepatah dua patah kata rindu bisa tersampaikan.
Kini Gusmala tak mengambil risau rasa sakit dan rindu yang ada. Dia mantap melangkah ke depan demi Indonesia. Dari pagi hingga sore dia berlatih renang demi mencapai targetnya, yaitu emas di Asian Para Games 2018.
Anak dan suami rencananya bakal hadir menyaksikan langsung perjuangan Gusmala. Kehadiran mereka tentu menjadi stimulus tersendiri bagi perempuan 36 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Gusmala nantinya akan turun di nomor gaya dada. Dia mengharap dukungan dan doa dari segenap masyarakat Indonesia supaya bisa mencapai targetnya.
“Pengin mereka mendoakan ke kita support lebih banyak lagi, peduli sama kita. Yang jelasnya, kita memohon doa benar-benar memohon doa itu,” tutup Gusmala.
kumparan akan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.