Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pertaruhan Buntung Federer, Permainan Minim Kreativitas Stephens
6 September 2018 21:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Tidak ada nama Roger Federer dan Sloane Stephens di nomor tunggal Amerika Serikat (AS) Terbuka 2018. Pada kenyataannya, memasuki turnamen sebagai unggulan kedua tidak melepaskan Roger Federer dari kekalahan. Langkah juara Australia Terbuka 2018 ini bahkan kandas di babak keempat.
ADVERTISEMENT
Kejutannya, lawan yang menghabisi asa Federer untuk menutup musim 2018 dengan raihan Grand Slam ini adalah petenis non-unggulan, John Millman. Bertanding di Arthur Ashe Stadium yang menjadi lapangan utama Billie Jean King National Tennis Center, pada Selasa (4/9/2018), Millman berhasil merebut tiket semifinal berkat kemenangan 3-6, 7-5, 7-6 (9-7), 7-6 (7-3).
Sementara, langkah Stephens yang berstatus sebagai juara bertahan kandas di perempat final. Melawan petenis asal Latvia, Anastasija Sevastova, Stephens kalah dua set langsung 2-6, 3-6. Kejutan-kejutan berupa tersingkirnya para unggulan memang bukan cerita baru di ranah kompetisi Grand Slam. Namun, selalu ada delik di balik kekalahan nama-nama tangguh.
Hanya Ada Satu Gelar Grand Slam untuk Federer di musim 2018
ADVERTISEMENT
Pertandingan set pertama dimenangi dengan meyakinkan oleh Federer. Permainan ofensifnya ditunjukkan lewat lesakan 15 winner (berbanding 5 winner milik Millman). Namun, yang menjadi masalah, permainan Federer bahkan sudah cukup ‘jorok’ di set pembuka ini. Bila Millman hanya mencatatkan 8 unforced error, Federer membuang-buang poin dengan 15 unforced error-nya. Itu belum ditambah dengan 3 double default yang dibukukannya di set awal.
Permainan Federer yang demikian pada akhirnya dimanfaatkan oleh Millman di set kedua. Dari lima break point-nya di set kedua, hanya satu yang berhasil dikonversi Federer menjadi kemenangan. Catatan 20 unforced error perengkuh 20 gelar Grand Slam di nomor tunggal putra ini di sepanjang set kedua menjadi hal yang begitu memprihatinkan. Begitu pula dengan set ketiga. Kecenderungannya, Federer selalu berhasil unggul di beberapa gim awal. Lantas, penyelesaian akhir yang terburu-buru pada akhirnya justru mengalirkan poin demi poin ke kantong lawan.
ADVERTISEMENT
Di set keempat, Federer bermain lebih gila lagi. Gila di sini bukan gila dalam konotasi positif, tapi negatif. Risiko yang diambil oleh Federer kelewat besar. Saking besarnya, kemampuannya di pertandingan itu tak cukup baik untuk menampung apa-apa yang menjadi risiko.
Federer sadar bahwa set keempat punya dua arti berbeda. Bagi Millman, ini bisa menjadi set pamungkas. Untuk Federer, ini bisa menjadi perpanjangan napas. Berangkat dari pengertian seperti itu, Federer mulai bermain dengan pertaruhan. Di set keempat, Federer sempat unggul 4-2. Keunggulan ini didapatnya dengan permainan net point. Caranya, servis Millman dikembalikan dengan pukulan forehand dari area baseline.
Tujuan Federer adalah untuk menjebak Millman yang memang nyaman bermain di area baseline. Federer berusaha membawa laga ke pola permainan yang begitu disukai lawannya. Saat Federer menemukan celah, maka permainan reli itu ditutupnya dengan satu lesakan dari depan net. Alhasil, Millman yang sering mengambil posisi dekat garis tepi harus berlari ke depan net.
ADVERTISEMENT
Kemungkinan yang menguntungkan Federer ada dua lewat strategi ini. Yang pertama, Millman tak berhasil mencapai bola. Yang kedua, Millman bisa mencapai, tapi tenaga pukulannya jadi tak maksimal karena ia tak siap. Cara ini cukup berhasil. Keunggulan 4-2 itu menjadi bukti.
Memaksa permainan net mau tak mau membikin Federer mesti memutar otak bagaimana caranya memberikan bola-bola tanggung saat mengembalikan pukulan Millman yang berenergi. Cara yang diambil Federer cukup cerdik, tapi riskan. Ia mengembalikan pukulan Millman dengan pukulan backhand. Harapannya, bola jatuh di area yang tak terjangkau Millman.
Sialnya, permainan ini tidak aman. Permainan backhand dari ujung lapangan, ditambah dengan kondisi yang tak prima, juga memengaruhi akurasi pukulan Federer. Poin demi poin bukan diraih oleh Millman dari lesakan winner atau ace, tapi dari kegagalan Federer menyeberangkan bola ke area lawan.
ADVERTISEMENT
Bahkan saat di depan net, Federer tetap mengambil risiko yang tak perlu. Seharusnya, dominasi permainan net bisa menjadi cara Federer untuk mendulang angka. Apalagi, secara hitung-hitungan angka, Federer memang lebih unggul dalam permainan net. Dari 81 net point, ia berhasil memenangi 50. Bandingkan dengan 17 kemenangan dari 30 net point yang ditorehkan Millman.
Namun, alih-alih mengembalikan bola dengan cara aman, Federer justru melepaskan dropshot voli. Bukannya berbuah angka, manuver itu malah memberikan angka bagi lawan. Terlebih, pertaruhan-pertaruhan macam itu tetap dilakukan Federer di tie-break set keempat.
Tidak amannya pertaruhan Federer terlihat jelas dari statistik pertandingan. Di sepanjang laga, Federer, mencatatkan 77 unforced error, sementara Millman hanya 28 unforced error. Itu belum ditambah dengan 10 double fault yang dibuat oleh Federer. Padahal, dari segi agresivitas permainan, Federer unggul. Ia melepaskan 65 winner dan 13 ace saat Millman membukukan 47 winner dan 8 ace.
ADVERTISEMENT
Intinya, Millman memenangi pertarungan ini karena ia berani bermain aman. Sementara, Federer kalah karena pertaruhannya berujung buntung.
Minimnya Variasi Permainan jadi Masalah Stephens
Di laga perempat perempat final yang dihelat pada Selasa (4/9/2018) di Arthur Ashe Stadium, Stephens tetap bermain Stephens. Ia tidak tampil kelewat menggebu-gebu. Ia tak berusaha merebut kemenangan, tapi mencuri kemenangan. Sayangya, Sevastova juga tipe pemain yang sabar dan punya pertahanan baik. Dropshot-dropshot yang dilesakkan Stephen dengan tujuan menutup permainan reli panjang berhasil diterima oleh Sevastova.
Yang menjadi keunggulan Sevastova adalah kreativitas permainan. Dibandingkan dengan serangan-serangan monoton Stephens yang berbentuk forehand panjang dari area baseline, serangan Sevastova lebih bervariasi. Mulai dari dropshot depan net, hingga pukulan panjang dari area belakang, semuanya dilakukan demi merengkuh poin.
ADVERTISEMENT
Permainan Stephens yang monoton dapat dipahami. Stephens adalah petenis defensif yang ulung. Ia mampu mengejar bola hingga ke sudut dan melepaskan pukulan yang tinggi dan dalam (baik dengan forehand maupun backhand) sehingga memberinya banyak waktu untuk kembali posisinya.
Namun, permainan seperti ini hanya akan menjadi senjata pamungkas saat berlaga melawan petenis yang tidak bermain teknis -misalnya seperti yang ditunjukkan Madison Keys dalam babak semifinal Prancis Terbuka 2018. Sementara, Sevastova adalah pemain yang cukup tricky, setidaknya di laga ini. Ia sanggup melancarkan manuver yang membobol pertahanan yang dibangun Stephens dengan serangan-serangan tak terduga.
Di gim pertama, ia bisa merengkuh angka dengan smes kencang dari area belakang. Di gim selanjutnya, ia melesakkan topspin dari tengah lapangan yang memaksa Stephens berlari dari area baseline ke tengah. Karena terlambat, Stephens jadi kehilangan angka.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kreativitas dan keberanian Sevastova, cuaca yang kelewat panas juga disebut Stephens sebagai faktor yang merusak permainannya di laga ini. Footwork-footwork dinamis yang menjadi senjata andalan Stephens pun tak tampak akibat kelelahan. Alhasil, permainannya dengan mudah dimatikan oleh lawannya.
Sederhananya, saat Stephens masih sibuk bertahan, Sevastova sudah berhasil melesakkan serangan. Apalagi, permainan bersih yang menjadi ciri Stephens tidak muncul di laga ini. Serupa Sevastova, petenis kelahiran Florida ini pun mencatakan 25 unforced error di sepanjang laga. Kalau permainannya jauh lebih bersih, bukannya tidak mungkin Stephens dapat mencuri angka, bahkan kemenangan, lewat permainan amannya.