Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Piala Sudirman Sama Sekali Bukan Perkara Mudah
22 Mei 2017 11:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT

Sudah hampir 30 tahun sejak Susy Susanti memimpin comeback fenomenal itu. Di usianya yang baru menginjak 18 tahun, Susy berhasil memenangi laga yang kemudian menjadi titik balik bagi keberhasilan Indonesia menjuarai Piala Sudirman 1989.
ADVERTISEMENT
Lawannya ketika itu adalah Lee Young-suk. Meski sempat tertinggal 10-12 di gim pertama, peraih medali emas Olimpiade 1992 itu kemudian membalas di dua gim berikut dengan kemenangan 12-10 dan 11-0.
Susy pun berhasil memperkecil ketertinggalan Indonesia dari Korea Selatan menjadi 1-2 dan akhirnya, lewat dua kemenangan selanjutnya yang diraih Eddy Kurniawan atas Sung Han-kook serta Eddy Hartono/Verawaty Fajrin atas Park Joo Bong/Chung So-young, Indonesia pun mengungguli Korsel dengan skor 3-2. Di gelaran Piala Sudirman pertama yang digelar di Jakarta itulah Indonesia meraih trofi pertama sekaligus terakhir.
Di tahun 2017 ini, Susy tentunya sudah tidak lagi aktif bermain. Kini, usia istri Alan Budikusuma itu telah menginjak 46 tahun dan tugasnya pun sudah berbeda.
ADVERTISEMENT
Awal tahun ini, Susy ditunjuk menjadi Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Piala Sudirman 2017 yang sudah dimulai kemarin (21/5) di Gold Coast, Australia, adalah turnamen beregu pertama Susy sebagai orang yang bertanggung jawab atas prestasi perbulutangkisan Indonesia.
Pada turnamen Piala Sudirman kali ini, PBSI telah menyiapkan 20 pebulu tangkis; 10 wanita dan 10 pria. Di antara 20 nama tersebut ada beberapa sosok yang pernah mengecap manisnya menjadi juara di berbagai ajang bergengsi seperti Kevin Sanjaya, Marcus Gideon, Tontowi Ahmad, Mohammad Ahsan, Praveen Jordan, Greysia Polii, dan Debby Susanto. Selain itu, nama-nama potensial macam Jonatan Christie, Anthony Ginting, dan Fitriani pun dibawa.
Hanya saja, meski ada nama Tontowi Ahmad di sana, pasangan ganda campurannya, Lilyana Natsir, tidak turut serta akibat cedera. Ada kemungkinan, posisi Butet -- sapaan akrab Lilyana -- sebagai pasangan Tontowi di turnamen ke-15 ini digantikan oleh Debby Susanto. Debby sendiri dipilih karena Praveen juga berangkat dalam kondisi tidak 100%.
ADVERTISEMENT

Piala Sudirman adalah ajang yang unik bagi Indonesia. Tak seperti Piala Thomas dan Uber di mana "Merah-Putih" mampu berbicara banyak, di Piala Sudirman, Indonesia kerap mejan. Padahal, nama turnamen satu ini diambil dari nama pendiri PBSI, Dick Sudirman.
Sebenarnya, prestasi Indonesia tidaklah buruk-buruk amat. Sampai tahun 1995 alias gelaran keempat, misalnya, Indonesia selalu mampu melaju hingga partai puncak. Kemudian, pada tahun 2001, 2005, dan 2007, Indonesia pun kembali menjejak final. Namun, dua kekalahan dari Korsel dan empat kekalahan dari China membuat jumlah gelar Indonesia tetap mentok di angka satu.
Pada gelaran 2007 di Glasgow, Skotlandia, itulah kali terakhir Indonesia melaju ke final. Artinya, sudah satu dasawarsa penuh Indonesia selalu gagal, meskipun pada 2009, 2011, dan 2015 kita berhasil masuk semifinal.
ADVERTISEMENT
Dalam 14 penyelenggaraan sebelumnya, selain Indonesia, hanya ada dua negara lain yang mampu keluar sebagai juara, yakni Korsel dan Republik Rakyat China. Korsel mampu menyabet tiga gelar, sementara China mendominasi dengan 10 gelarnya. Sejak 1995, China memang hampir selalu keluar sebagai juara, kecuali pada tahun 2003 di Eindhoven, Belanda, ketika mereka ditaklukkan Korsel.
Keberhasilan China mendominasi ajang ini memang tak bisa dilepaskan dari meratanya kekuatan mereka di semua nomor. Meski saat ini wakil China yang mampu menduduki peringkat teratas dunia hanya Zheng Siwei/Chen Qingchen di nomor ganda campuran, mereka tetap memiliki wakil-wakil papan atas di semua nomor.
Nah, di sinilah kelemahan Indonesia terlihat betul. Bukan rahasia lagi bahwa sejak era Susy Susanti dan Mia Audina, Indonesia selalu kesulitan menghasilkan pebulu tangkis wanita papan atas, kecuali untuk nomor ganda campuran. Selain itu, kini pun Indonesia belum juga memiliki pebulu tangkis tunggal putra papan atas. Nama-nama yang kini dibawa di gelaran kali ini adalah nama-nama muda yang jika dibandingkan dengan Lin Dan atau Lee Chong Wei, misalnya, tentu kalah pengalaman.
ADVERTISEMENT

Meski memiliki Marcus/Kevin dan Tontowi/Debby yang disegani di tingkat dunia, kans terbaik Indonesia untuk meraih poin di babak-babak krusial, ya, dari mereka-mereka saja. Sementara itu, mengandalkan para pemain tunggal putra, tunggal putri, dan ganda putri rasanya masih belum bisa dilakukan oleh Indonesia.
Besok (23/5), Indonesia bakal melakoni laga pertama Grup 1D melawan India. Jika peringkat Federasi Badminton Dunia (BWF) bisa dijadikan acuan, maka seharusnya, India hanya memiliki kans bagus melawan Indonesia pada nomor tunggal putri di mana mereka memiliki dua pemain papan atas dalam diri Pusarla Sindhu dan Saina Nehwal.
Sementara itu, di nomor ganda putra dan ganda campuran, Indonesia tentunya memiliki peluang lebih besar. Adapun, situasi 50:50 bakal dihadapi kedua tim saat para pemain tunggal putra dan ganda putri bertemu.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya (24/5), Indonesia bakal ditantang oleh lawan berat, Denmark. Negara asal sati dari Empat Kaisar Bulu Tangkis, Peter Høeg Gade, ini memiliki pemain-pemain papan atas di nomor tunggal putra, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Hanya di nomor tunggal putri Denmark, seperti halnya Indonesia, tidak memiliki pemain papan atas.
Pada gelaran tahun ini, Ketua Umum PBSI, Wiranto, membebankan target final kepada kontingen Indonesia. Target ini tentunya tidak mudah, mengingat semakin berkembangnya perbulutangkisan di negara-negara non-tradisional. Jepang, misalnya, mampu lolos ke final Piala Sudirman tahun 2015 lalu, meski akhirnya kalah dari China. Negara-negara ini, selain tentunya lawan-lawan klasik seperti China, Denmark, Korsel, dan Malaysia, harus benar-benar diwaspadai oleh Indonesia.
ADVERTISEMENT