Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hasil yang direngkuh Dovizioso di balapan 2019 seri ke-16 ini bukan pencapaian terbaiknya. Bagaimanapun, ia tidak menutup balapan di Sirkuit Twin Ring Motegi di posisi pertama. Ia ada di posisi ketiga, di belakang rookie asal Petronas Yamaha SRT, Fabio Quartararo.
Bukan berarti upaya Dovizioso main-main. Dovizioso tidak memulai balapan pada Minggu (20/10/2019) dari grid terdepan. Penggawa Ducati Corse ini start ketujuh.
Dovizioso menyadari tidak ada tempat yang lebih baik untuk membuat gebrakan daripada lap pertama. Ia langsung merangsek naik ke posisi lima di putaran pembuka.
Persoalannya begini. Merangsek ke lima besar tidak sama dengan tiga besar. Dovizioso baru mampu mampu ke tiga besar pada lap ke-11. Sayangnya, ia tak mampu mengejar Quartararo di posisi kedua, terlebih Marc Marquez di posisi terdepan.
ADVERTISEMENT
"Podium ke-100 itu memang angka yang penting, tetapi kami tidak membalap demi mengejar rekor. Yang kami kejar adalah kemenangan sehingga saya cukup kecewa dengan balapan hari ini," jelas Dovizioso, dikutip dari Crash.
"Untungnya, di awal-awal balapan saat kecepatan saya tidak bagus, saya tetap tenang. Saya bisa membalap dengan mulus sehingga saat motor bisa bekerja lebih baik, saya juga bisa tampil lebih cepat," lanjutnya.
Meski demikian, Dovizioso tak mau menganggap remeh pencapaiannya di GP Jepang. Tidak semua pebalap dapat naik podium sampai 100 kali.
"Perasaan di akhir balapan sangat hebat. Saya sangat gembira dengan akhirnya. Lap time kami juga bagus. Namun, tetap saja ada sejumlah persoalan yang harus kami pelajari dan bereskan setelah balapan ini," ujar Dovizioso.
ADVERTISEMENT
Ngomong-ngomong soal podium, Dovizioso menutup dua musim perdananya sebagai pebalap profesional dengan nir-podium. Ia baru berhasil naik podium di seri pembuka musim 125, tepatnya di Afrika Selatan.
Untungnya, perjalanan Dovizioso di MotoGP tidak seperti itu. Pebalap asal Italia ini berhasil menjejak ke podium ketiga di GP Malaysia pada 2008 alias tahun rookie-nya.
Sayangnya, hingga kini Dovizioso belum sanggup menutup musim sebagai juara dunia MotoGP. Pencapaian terbaiknya adalah runner up 2017 dan 2018.
Hasil yang demikian cukup mirip dengan torehannya di kelas 125 cc. Dovizioso baru berhasil menjadi juara di musim terakhirnya, tepatnya pada 2004.
Performanya di kelas 250 cc tidak jauh berbeda. Dovizioso tidak pernah menjadi juara dunia di kelas 250 cc. Paling banter, ya, jadi runner up pada 2006 dan 2007.
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang tahu pasti bakal seperti apa MotoGP 2020. Namun, rasanya Marquez akan tetap diperhitungkan sebagai calon juara. Pun dengan Quartararo. Bukannya tidak mungkin ia makin matang dan menjadi pebalap kelas kakap musim depan.
Dalam napas yang nyaris sama dengan dua kemungkinan itu, menjadi juara di MotoGP 2020 rasanya juga bukan misi mustahil bagi Dovizioso.