Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Profil Imane Khelif, Petinju yang Dituding Transgender di Olimpiade Paris 2024
2 Agustus 2024 11:57 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Imane Khelif mengalahkan Angela Carini dari Italia di babak 16 besar kelas 66 kg di North Paris Arena, Villepinte, Prancis, pada Kamis (1/8). Ia menang dalam waktu 46 detik saja karena Carini memutuskan mundur setelah menerima beberapa pukulan, termasuk yang paling telak pada bagian hidung.
Hasil ini membuat banyak pihak mencurigai Khelif adalah transgender. Apalagi, ia pernah dinyatakan kelayakan yang disyaratkan oleh International Boxing Association (IBA) untuk berkompetisi dalam kategori putri di Kejuaraan Dunia 2023.
Namun, bagaimana sebenarnya sepak terjang Imane Khelif selama ini? Silakan disimak profil dirinya berikut ini.
Profil Imane Khelif
Imane Khelif lahir di Tiaret, Aljazair, pada 2 Mei 1999. Ia awalnya bermain sepak bola sebelum beralih ke tinju. Pada masa mudanya, ia harus pergi ke desa tetangga untuk menghadiri sesi pelatihan, dan menjual besi tua untuk membayar ongkos bus.
ADVERTISEMENT
Khelif menyebutkan bahwa ayahnya awalnya tidak mengizinkannya untuk bertinju. Ayahnya tidak senang dengan konsep tinju perempuan. Namun singkat cerita, ia kemudian menjadi petinju yang mewakili negaranya di banyak event internasional.
Belum ada catatan medis atau dokumen lain yang bisa membuktikan bahwa Khelif pernah melakukan pergantian kelamin dengan cara operasi alias transgender. Ia diyakini merupakan perempuan sejak lahir oleh orang-orang di negaranya.
Terkait karier tinju amatirnya, Imane Khelif memulainya pada 2018 di AIBA Women's World Boxing Championships. Bermain di kelas ringan, ia langsung kalah di pertarungan pertama dalam turnamen yang digelar di India itu.
Khelif pernah mewakili Aljazair di Olimpiade Tokyo 2020. Namun, ia tak bisa berbicara banyak usai keok dari Kellie Harrington asal Irlandia di perempat final.
ADVERTISEMENT
Kerap turun ke kelas welter ringan, Imane Khelif baru panen prestasi sejak 2022. Ia meraih perak Kejuaraan Dunia di Turki, menjadi juara Afrika di Mozambique, dan menjadi juara Mediterranean Games di Aljazair. Teranyar pada 2023, ia menjadi juara kelas welter Arab Games di Aljazair.
Polemik lalu terjadi saat Khelif hendak mengikuti Kejuaraan Dunia 2023 di India. Ia didiskualifikasi setelah gagal memenuhi aturan kelayakan Asosiasi Tinju Internasional atau International Boxing Association (IBA) yang melarang atlet dengan kromosom XY pria berkompetisi di nomor putri.
Namun, IOC tidak sejalan dengan IBA. IOC mengatakan, keputusan IBA untuk mendiskualifikasi dua petinju itu tahun lalu adalah sewenang-wenang.
Dan kini, masalah terkait Khelif merebak dan IOC kembali mengungkit keputusan IBA tersebut. IOC lalu menerangkan bahwa mereka mengizinkan Imane Khelif untuk bertinju karena sudah melakukan pengecekan paspor dan telah melakukan uji kelayakan sebagaimana di edisi Olimpiade sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Semua atlet yang berpartisipasi dalam turnamen tinju Olimpiade Paris 2024 mematuhi peraturan kelayakan dan pendaftaran kompetisi, serta semua peraturan medis yang berlaku yang ditetapkan oleh Unit Tinju Paris 2024 (PBU). Seperti halnya kompetisi tinju Olimpiade sebelumnya, jenis kelamin dan usia atlet didasarkan pada paspor mereka," terang IOC pada Jumat (2/8).
"Peraturan ini juga berlaku selama periode kualifikasi, termasuk turnamen tinju European Games 2023, Asian Games, Pan American Games, dan Pacific Games, turnamen kualifikasi Afrika ad hoc 2023 di Dakar (SEN), dan dua turnamen kualifikasi dunia yang diadakan di Busto Arsizio (ITA) dan Bangkok (THA) pada 2024, yang melibatkan total 1.471 petinju berbeda dari 172 Komite Olimpiade Nasional (NOC), Tim Tinju Pengungsi, dan Atlet Netral Perorangan, dan menampilkan lebih dari 2.000 pertandingan kualifikasi."
ADVERTISEMENT
"PBU menggunakan peraturan tinju Tokyo 2020 sebagai dasar untuk mengembangkan peraturannya untuk Paris 2024. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan dampak pada persiapan atlet dan menjamin konsistensi antar Olimpiade. Peraturan Tokyo 2020 ini didasarkan pada peraturan pasca-Rio 2016, yang berlaku sebelum penangguhan Federasi Tinju Internasional oleh IOC pada 2019 dan penarikan pengakuannya pada tahun 2023," tandas IOC.