Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Robert Kubica, si Pebalap 70% Tangan Kanan dan 30% Tangan Kiri
22 November 2018 20:46 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Tengah melaju cepat, salah satu mobil di reli Ronde Andora, Italia, kehilangan arah dan tergelincir lalu menabrak besi pembatas jalan. Pembatas itu tak cukup kuat menahan benturan dan patah. Mobil pun tak cukup kuat menahan patahan yang menjulur dan hingga ditembus besi panjang itu.
ADVERTISEMENT
Di dalamnya, ada pebalap Formula 1 (F1) asal Polandia, Robert Kubica, yang tengah mengikuti reli. Posisinya sebagai pengemudi di kursi kiri adalah tempat di mana besi panjang itu mengoyak mobil. Kecelakaan itu begitu cepat, tapi Kubica yang terluka parah harus menunggu satu jam lebih hingga diangkut keluar dan dibawa dengan helikopter ke Rumah Sakit Santa Corona.
Dilansir Daily Mail, insiden yang terjadi 6 Februari 2011 itu membuat beberapa bagian tangan Kubica harus dipotong, belum lagi siku, bahu, dan kaki yang patah. Express melansir bahwa lengan bawah Kubica harus diamputasi dengan diikuti operasi selama tujuh jam untuk menyelamatkan tangan kanan sang driver. "Lukanya mengerikan, dokter saat itu menyebut bahwa Kubica sangat beruntung bisa selamat dari kecelakaan," tulis Express, dikutip Kamis (22/11/2018).
ADVERTISEMENT
Lalu, Kubica menghabiskan dua bulan masa pemulihannya di rumah sakit. Karena itu, start Grand Prix (GP) 2011 tak pernah hadir dalam kehidupan Kubica. Renault —yang menjelma jadi Lotus di 2011— mengganti Kubica dengan Nick Heidfeld, lalu pebalapnya berganti lagi menjadi Bruno Senna.
Kecelakaan Kubica sendiri terjadi empat hari setelah dia menguji mobil versi terbaru Renault, R31, di Valencia pada 2 Februari. Di akhir tes, dia bahkan menjadi yang tercepat. Sayang, Kubica tak pernah bisa memulai musim barunya setelah itu.
Karier Balap Kubica
Kubica keluar dari rumah sakit pada 24 April 2011. Di akhir tahun yang sama, publik mendengar pengumuman bahwa Kubica tetap belum bisa berlaga dengan mobil Renault dan Tim Lotus untuk F1 2012. Kimi Raikkonen dan Romain Grosjean-lah pebalap Lotus untuk musim tersebut.
ADVERTISEMENT
Di sela hiatus balapan, Kubica kembali membuat kaki kanannya retak usai terpeleset di es dekat rumahnya di Italia pada 11 Januari 2012. Namun, dia masih bisa membuat comeback gemilang pada 9 September 2012. Pebalap kelahiran 7 Desember 1984 itu mengikuti reli Ronde Gomitolo Di Lana, dan menang.
"Sorotan orang tertuju kepada tangan saya, karena itulah limit saya. Padahal tulang saya juga patah di berbagai bagian. Itulah mengapa saya butuh waktu lama untuk pulih. Dua bulan pertama sangat sulit, saya beruntung punya jiwa sebagai pebalap F1. Mungkin karena itu juga tangan saya masih ada," kata Kubica, dimuat dalam artikel Express, 5 Desember 2017.
Pada 2013, ambisi Kubica untuk kembali menjadi pebalap profesional semakin mantap. Kejuaraan reli masih menjadi fokusnya: European Rally Championship, World Rally-2 Championship, serta World Rally Championship. Itulah panggung Kubica hingga 2016. Selama itu, dia bisa menjaga eksistensi di dunia balap.
ADVERTISEMENT
Lantas pada medio 2017, Kubica membuka kembali lembaran karier di Formula 1 saat mendapat kesempatan mengetes mobil Renault, Lotus E20. Fakta bahwa kondisi tangan kanannya tak seperti sediakala bukan menjadi akhir bagi Kubica.
Mencoba mobil versi 2012 di tes saat itu, Kubica sukses di panggung comeback resminya dan bisa melahap lebih dari 100 putaran. Semua kekhawatiran Tim Renault luntur berkat kepercayaan diri dan performa sang pebalap.
Dia digadang-gadang bisa kembali ke F1 pada 2017 itu. Meski begitu, cerita Kubica masih harus berlanjut di luar kompetisi balap dengan berperan sebagai pebalap cadangan. Kali ini, dimulailah perjalanannya bersama Tim Williams.
Kembali ke Formula 1
Awal kerja sama Kubica dengan Williams adalah ketika dia mengikuti tes di Sirkuit Silverstone pada 11 Oktober 2017. Setelah itu, dia beberapa kali mengikuti berbagai tes dan mendapat kesempatan emas untuk beradaptasi dengan mobil Formula 1 . Modifikasi untuk Kubica adalah ruang ekstra di kokpit mobil untuk tangan kanannya.
ADVERTISEMENT
Setelah berbagai tes dijalani, pujian menghujani Kubica. "Robert melakukan pekerjaan yang hebat. Kami sangat senang, tentu dengan melihat jumlah putarannya. Juga tak ada masalah dengan kondisi fisik Robert," kata Ketua Tim, Paddy Lowe, dilansir Express.
Kisahnya bersama Tim Williams pun menguat, dari sekadar ikut tes pada 2017 hingga menjadi pebalap cadangan mulai 2018. Status resminya: Reserve & Development Driver, begitu dikutip dari laman resmi tim. Selama menjadi pebalap cadangan Williams, Kubica berkesempatan menguji mobil FW41 dan segelintir sesi latihan bebas satu atau Free Practice 1 (FP1).
Kini, Kubica memang sudah beraktivitas seperti biasa. Jejak kecelakaan nahas pada 2011 silam akan selalu ada: Tangan kanannya yang penuh luka dan lebih kurus ketimbang tangan kirinya. Dan mulai 2019, Kubica kembali meningkatkan statusnya, dari pebalap cadangan menjadi pebalap utama alias resmi berkompetisi.
ADVERTISEMENT
Ya, selamat datang di F1, Kubica! Seperti diumumkan di laman resmi F1 pada Kamis, 22 November 2018, pebalap yang kini berusia 33 tahun itu akan menjalani kompetisi F1 2019 secara penuh bersama Williams. Setelah delapan tahun, Kubica pun bisa kembali berlaga di lintasan F1. Untuk GP 2019, debutan asal Inggris, George Russell, akan menjadi rekan setimnya.
"Kembali ke F1 adalah petualangan yang menantang. Apa yang terasa tidak mungkin kini menjadi mungkin. Saya tak sabar memulai F1 2019," ujar Kubica dilansir situs resmi F1.
Dilansir Autosport, Kubica sendiri menjabarkan gaya balapnya adalah '70% tangan kiri dan 30% tangan kanan'. "Beberapa tahun lalu saya tes dengan simulator. Saya tanya dokter: Mungkinkah tangan kiri saya sensitif? Hasilnya, presisi dan kecepatan tangan kiri saya 35% lebih baik ketimbang yang selama ini pernah mereka tangani," katanya.
ADVERTISEMENT
"Jika saya balapan 50:50 seperti dulu, saya tak akan bisa. Ini (70% tangan kiri dan 30% tangan kanan) datang secara natural, karena itulah yang saya bisa. Saya tak memaksa harus seperti dulu," tambah Kubica.
Sebelum karier F1 terputus akibat kecelakaan parahnya, Kubica yang debut pada 2006 itu sudah mengantongi 12 podium di kelas balap mobil tertinggi ini, termasuk kemenangan pertamanya di GP Kanada 2008.
Di musim yang sama pula, Kubica membukukan hasil terbaik yakni finis keempat di klasemen pebalap. Saat itu, dia berseragam BMW Sauber, yang juga tim pertamanya, sebelum hijrah ke Renault pada 2010.
Well, meski dalam lima musim di Formula 1 itu tak ada gelar juara atau puluhan podium bagi Kubica, sang pebalap punya bekal mumpuni dengan podium ketiga di balapan keduanya. Di GP 2019 nanti, akankah Kubica bisa meneruskan kembali perjalanan apiknya bersama jet darat F1? Kita nantikan!
ADVERTISEMENT
Live Update