Saatnya Penyandang Disabilitas Jadi Atlet Berprestasi

5 Oktober 2018 15:40 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet Asian Para Games 2018, Agus Sutanto. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Asian Para Games 2018, Agus Sutanto. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Jangan pernah merasa salah bila menjadi penyandang disabilitas. Apalagi merasa malu bila kondisi fisik tak sama.
ADVERTISEMENT
Pun, bagi mereka yang tak menyandang disabilitas. Jangan memandang berbeda mereka yang tak sama. Selagi tinggal di bumi yang sama, mereka adalah saudara yang bisa diajak melangkah bersama.
kumparan berbincang dengan seorang penyandang disabilitas, namanya Agus Sutanto. Kendati dua kakinya tak bisa berjalan, dia telah menorehkan prestasi apik untuk Indonesia di bidang tenis meja. Agus adalah raja tenis meja kursi roda di Asia Tenggara dan Asia.
Atlet tenis meja, Agus Sutanto. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet tenis meja, Agus Sutanto. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Agus bercerita dukungan untuk menggali potensi para penyandang disabilitas masih kurang. Padahal mereka bisa berprestasi bila mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya.
“Seharusnya kalau sekarang itu orang-orang difabel itu jangan diumpetin sama orang tuanya. Banyak di daerah-daerah itu anaknya difabel, keluarga difabel diumpetin. Harusnya sekarang dikeluarin,” Agus bertutur kepada kumparan di Hartono Trade Center Solo Baru, Senin (10/9).
ADVERTISEMENT
Agus menyarankan supaya bakat-bakat terpendam para disabilitas dibina dengan dimasukkan ke National Paralympic Committee (NPC), induk olahraga nasional untuk penyandang disabilitas.
Pembinaan itu nantinya akan membantu regenerasi atlet-atlet disabilitas Indonesia. Agus menyebut, untuk cabang tenis meja yang dia tekuni saat ini belum berjalan regenerasinya. Atlet-atlet senior seperti dirinya masih menjadi andalan. Bisa disebut dalam hal ini Indonesia termasuk terlambat dalam hal regenerasi.
“Dapatnya sulit, baru satu. Kelas 4 lagi (kategori disabilitas). Kelas 5 seperti saya, Pak Hardianto sulit. Apalagi kalau yang kita ngebinanya dari nol. Itu sulit sekali. Harus benar-benar gitu, lama. Ya kayak orang normal aja, belum tentu kita latihan dari kecil juga begitu sampai dewasa, puluhan tahun belum tentu bisa jadi,” jelas Agus.
Atlet tenis meja difabel Agus Sutanto (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet tenis meja difabel Agus Sutanto (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Melihat kondisi tersebut, Agus berharap agar ada penanganan khusus dari pemerintah terkait pelatihan atlet-atlet penyandang disabilitas. Memang saat ini pemerintah sudah membangun sekolah khusus olahraga (SKO) untuk penyandang disabilitas. Namun sifatnya masih terpusat. Di daerah-daerah yang sebenarnya juga menyimpan-menyimpan talenta disabilitas belum terdapat SKO.
ADVERTISEMENT
“Jadi tiap-tiap kabupaten/kota tiap daerah itu bisa terjaring. Kira-kira yang bagus dibina bareng,” Agus menyebutkan.
Agus mencontohkan, salah satu negara yang memiliki pembinaan atlet penyandang disabilitas baik adalah China. Di sana pembinaan berjalan terus sehingga memiliki amunisi atlet yang tak ada habisnya. Atlet-atlet yang banyak turun di ajang internasional adalah mereka yang masih berusia muda.
Agus berharap akan muncul bibit-bibit baru saat dia akan pensiun nanti. Dia juga bersedia turut membina para atlet disabilitas saat dia sudah pensiun.
Atlet tenis meja difabel Agus Sutanto (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet tenis meja difabel Agus Sutanto (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Tak ada salahnya menjadi atlet disabilitas karena perhatian dan apresiasi dari pemerintah saat ini sudah sama. Tak ada diskriminasi bagi mereka yang disabilitas ataupun non-disabilitas. Sebagai atlet penyandang disabilitas Agus sudah merasakan hangatnya apresiasi itu.
ADVERTISEMENT
“Semangat sekarang. Satu (karena) barang kali pas kebetulan prestasinya lebih dari yang normal. Kedua kali sekarang bonusnya lebih besar-besaran lagi. Kemarin-kemarin kan zaman saya enggak terlalu besar sekarang,” tutup bapak 3 anak itu.
kumparan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas’.