Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Saran Susy Susanti Agar Regenerasi Tunggal Putri RI Makin Baik untuk Olimpiade
14 September 2024 13:51 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Keberhasilan Gregoria Mariska Tunjung meraih medali perunggu Olimpiade Paris 2024 harusnya membuat PBSI semakin meningkatkan kualitas regenerasi tunggal putri. Legenda bulu tangkis Indonesia, Susy Susanti , memiliki pandangannya terkait apa yang mesti dilakukan PBSI.
ADVERTISEMENT
Jarak antara Gregoria dan Maria Kristin yang meraih perunggu Olimpiade Beijing 2008 terlampau jauh. Bahkan, dari Susy yang meraih emas Barcelona 1992 ke Maria juga sangat jauh. Menurut Susy, PBSI harus semakin menguatkan program pembinaan tunggal putri.
"Harus punya program pembinaan yang berkesinambungan, jangka panjang, pendek, menengah, itu harus mutlak. Dari zaman saya pun sama. Semakin banyak atlet yang disiapkan maka akan semakin baik karena persaingan lebih terselektif dan penyaringan itu bisa bikin atlet lebih waspada, enggak merasa aman bahwa sudah pasti terpilih," kata Susy kepada wartawan di Kudus, Jumat (13/9).
"PBSI harusnya sudah tahu bagaimana mempersiapkannya. Tapi bagaimana pelaksanaannya, bagaimana pemilihannya, dan bagaimana program yang harus diterapkan, kerja tim harus bagus, masukan-masukan, bisa belajar dari sebuah kesuksesan dan kegagalan, itu yang harus dilakukan PBSI untuk Olimpiade 2028," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Selain mengharapkan tunggal putri yang ada di pelatnas saat ini bisa menyamai Gregoria untuk Olimpiade 2028, ia juga melihat secara lebih jangka panjang ke masa depan. Sekarang, Susy Susanti menjadi bagian dari tim pencari bakat Audisi Umum PB Djarum 2024.
Susy menilai bahwa kemampuan dari dalam diri si atlet juga penting. Teknik hingga aspek lain di lapangan memang sangat penting, tetapi daya juang sejak dini juga krusial termasuk di sektor tunggal putri. Ini bisa berpengaruh ke masa ketika atlet lebih dewasa nantinya.
"Kita harus lihat dari background anak itu, cita-citanya apa, kalau jadi juara Indonesia saja berarti anak ini hanya setengah, kita harus bercita-cita yang tinggi, jadi nomor satu, jangan jadi nomor 2 atau 3. Kita bisa tahu juga dari keseharian, disiplin, juara itu memang dilahirkan tapi juga ada bakat bawaan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Kita harus lihat di situ dari dia bagaimana mengatasi masalah, bagaimana dia belajar, itu banyak sekali, harus step by step. Kita di sini lihat basic dulu, nanti pelatih akan berkala melihat apa yang harus ditingkatkan, ada program-program bertahap, tidak bisa anak kecil dikasih semua, itu juga merusak. Pengalaman dari pelatih itu juga yang bisa diterapkan untuk me-manage anak," lanjutnya.