Sejarah Wushu, Dari Tes Masuk Militer Hingga Cabang Olahraga

20 Agustus 2018 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet Wushu Indonesia kategori Nanquan Putra, Horatius Harris, Senin (20/8/2018). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet Wushu Indonesia kategori Nanquan Putra, Horatius Harris, Senin (20/8/2018). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indonesia meraih emas pada cabang olahraga wushu di Asian Games 2018. Wushu merupakan salah satu cabang olahraga yang populer di perhelatan Asian Games. Cabang olahraga ini resmi dipertandingkan pertama kali Asian Games pada tahun 1990 di Beijing, China. Ada cerita panjang di balik wushu menjadi cabang bela diri populer di pesta ajang Asia ini. Di sisi lain, pemerintah China juga gencar mempromosikan jenis bela diri ini sejak lama.
ADVERTISEMENT
Bagaimana sejarah wushu hingga menjadi tenar di Asian Games?
Awal mulanya, kelahiran wushu beriringan saat manusia di China menjalani kehidupan pada zaman meramu dan berburu. Gerakan-gerakan tubuh saat berburu binatang disesuaikan dengan alat yang mereka gunakan. Memang belum ada gerakan spesifik pada masa ini. Tetapi, gerakan-gerakan dengan alat sederhana itulah dipercaya oleh ahli sebagai awal mula wushu.
Perlahan-lahan, wushu naik ke permukaan masyarakat China ketika Confucius memerintahkan rakyatnya untuk mendalami tidak hanya bidang seni sastra tetapi juga bela diri. Hal ini terjadi pada tahun 771 sebelum masehi. Mulai dari masa inilah, wushu menjadi bagian dari hiburan masyarakat.
Kepopuleran wushu semakin meningkat semenjak ada perguruan Shaolin. Lewat perguruan ini, banyak anak-anak yang menjadi murid untuk belajar serius mengenai wushu melalui perguruan ini. Temple of Shaolin, nama perguruan tersebut didirikan karena perpecahan Dinasti Han dan Dinasti Tang yang adu tarung senjata perang. Sementara, perguruan ini mengenalkan pertarungan tanpa senjata yang canggih kala itu.
ADVERTISEMENT
Masa peperangan dengan senjata seperti mesiu pada kurun waktu 960 hingga 1644 setelah masehi ternyata memicu perkembangan wushu ke tahap lebih lanjut. Pemerintah China kala itu menggunakan wushu sebagai alat untuk menyeleksi bagi siapapun yang ingin menjadi tentara. Dari sinilah muncul tiga ragam wushu, gong fa (praktik dan pengembangan), taolu (gerakan dasar) dan ge dou (untuk bertarung). Gerakan serta jenis-jenis wushu mulai dibukukan pada Dinasti Ming pada tahun 1600an.
Atlet wushu Indonesia Lindswell beraksi dalam nomor Taijijian di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (20/8).  (Foto:  ANTARA FOTO/INASGOC/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet wushu Indonesia Lindswell beraksi dalam nomor Taijijian di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (20/8). (Foto: ANTARA FOTO/INASGOC/Akbar Nugroho Gumay)
Mulai abad 20an, pemerintah China dengan getol mengkampanyekan wushu yang diinisiasi oleh Shanghai Jing Wu Physical Culture Society dan Beijing Physical Culture Research. Kedua organisasi ini menekankan agar wushu diajarkan di sekolah-sekolah dan menjadi lomba di tingkat nasional. Hingga akhirnya wushu berhasil dipertandingkan seantero China pertama kali pada 1923. Beberapa tahun kemudian, tepatnya 1985, pertandingan wushu internasional diadakan di Nanjing. Lewat momen inilah akhirnya nama wushu resmi dikeluarkan untuk nama bela diri yang satu ini. Lima tahun kemudian, tahun 1990, Federasi Internasional Wushu akhirinya resmi didirikan serta dan wushu pertama kali dipertandingkan di Asian Games.
ADVERTISEMENT
Cabang Wushu di Asian Games
Kategori wushu yang dilombakan di Asian Games terdiri dari taolu dan sanda. Taolu ini lebih mengedepankan gerakan dan teknik-teknik khusus wushu baik menggunakan alat seperti pedang ataupun tangan kosong. Sedangkan, sanda merupakan cabang wushu yang fokus ke pertarungan.
Untuk taolu sendiri terbagi beberapa kategori seperti berikut ini:
Changquan (laki-laki dan perempuan): Gerakan wushu tanpa senjata (tangan kosong) yang lebih fokus pada gerakan tendangan, serangan panjang dan cepat, serta teknik loncat dan putaran yang indah. Tantangan berat pada kategori ini adalah fleksibilitas dari atlet sendiri.
Nanquan (laki-laki dan perempuan): lebih mengedepankan pukulan, gerakan kuda-kuda serta gerakan tangan yang rumit untuk serangan jarak dekat.
ADVERTISEMENT
Taijiquan (laki-laki dan perempuan): Dikenal dengan gerakan wushu yang lambat serta santai. Ciri khas gerakan yang mendominasi adalah lembut, memutar tetapi terus-menerus.
Gunshu (laki-laki): Cabang wushu ini menggunakan tongkat panjang yang terbuat dari kayu.
Jianshu (perempuan): Alat khusus yang digunakan dalam kategori wushu ini adalah pedang panjang.
Berbeda dengan taolu, wushu jenis sanda diperlombakan seperti halnya gulat, ada lawan tarungnya.Nomor yang diperlombakan untuk sanda laki-laki adalah 56kg, 60kg, 65kg, 70kg, sementara untuk perempuan hanya ada 52kg dan 60kg pada Asian Games tahun ini.
Atlet wushu Indonesia Felda Elvira Santoso  (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet wushu Indonesia Felda Elvira Santoso (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Penilaian Pertandingan Wushu
Dalam kategori taolu, kriteria yang dinilai meliputi gerakan kuda-kuda setelah melakukan loncatan, gerakan salto, memutar, kekuatan, dan kecepatan serta tingginya loncatan. Sedangkan untuk cabang sanda penilaian lebih menjurus teknik gulat yang digunakan selama pertarungan.
ADVERTISEMENT
Atlet Wushu Indonesia pada Asian Games
Meskipun sudah diperkenalkan pada 1990, Indonesia sendiri baru mengirimkan atlet wushu ke Asian Games pada 1994 di Hiroshima, Jepang. Sayangnya belum ada yang berhasil mempersembahkan medali. Barulah pada 1998, Jainab menghadiahkan perunggu untuk kategori Taijiquan.
Setelah absen medali pada 2002, Susyana Tjhan mendapatkan perak di Asian Games 2006 di Doha, Qatar. Nama Indonesia kembali bersinar saat di Asian Games 2010 di Guangzhou, China Susyana Tjhan berhasil merebut perunggu untuk kategori Changquan sedangkan Ivana Ardelia Irmanto berhasil mendapatkan perak untuk kategori nanquan.
Bagaimana dengan performa atlet wushu Indonesia pada Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan? Indonesia semakin berkibar karena Juwita Niza Wasni berhasil merebut emas pada kategori nanquan. Sementara itu, medali perak dipersembahkan oleh Lindswell Kwok pada kategori taijiquan. Sedangkan medali perunggu dihadiahkan oleh Ivana Ardelia Irmanto pada kategori nanquan.
ADVERTISEMENT
Saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018, Lindswell Kwok berhasil memberikan emas kepada merah putih untuk kategori taijiquan. Sedangkan Edgar Marvelo menyabet perak untuk kategori changquan.