Serena Williams: Misinya Jadi yang Terbaik Sepanjang Masa

13 Januari 2017 14:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Serena Williams di Australia Terbuka 2015 (Foto: Robert Prezioso/Stringer)
zoom-in-whitePerbesar
Serena Williams di Australia Terbuka 2015 (Foto: Robert Prezioso/Stringer)
Saginaw, Michigan, adalah sebuah kota kecil di Midwest Amerika yang dulu pernah berjaya berkat industri manufaktur. Sudah lama lewat, memang, masa kejayaan itu, dan kini, Saginaw adalah kota yang sedang sekarat. Tingginya angka pengangguran dan kriminalitas membuat populasi kota terus mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Meski terdengar suram, kota Saginaw boleh berbangga hati. Dari rahimnya, lahir cukup banyak nama-nama besar yang berhasil jadi protagonis di buku sejarah. Salah satu dari mereka adalah Serena Williams.
Dalam kisah agama Hindu, juggernaut adalah kendaraan Dewa Krisna yang sanggup untuk menghancurkan apa pun yang dilewatinya. Dalam dunia tenis, keberadan juggernaut itu terejawantahkan dalam diri Serena Williams.
Sudah lebih dari dua dekade sejak Serena Williams mulai turun berlaga di arena tenis profesional. Tepatnya, sudah 22 tahun. Ketika itu, adik Venus Williams ini baru berusia 14 tahun.
Sempat absen berlaga pada 1996, Serena kembali ke lapangan pada tahun berikutnya dan sudah mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa di kemudian hari, dia bakal menjadi legenda yang agung. Ketika itu, Serena yang masih berada di peringkat 304 dunia sanggup mengalahkan dua petenis papan atas, Mary Pierce dan Monica Seles.
ADVERTISEMENT
Dua puluh tahun telah berlalu sejak musim fenomenal itu dan kini, dunia tenis wanita hidup di bawah hegemoni seorang Serena Williams. 22 gelar Grand Slam tunggal,14 trofi Grand Slam ganda (bersama kakanya, Venus), serta dua trofi ganda campuran (bersama Max Mirnyi dari Belarusia) menjadi bukti tak terbantahkan bagi dominasi Serena.
Hanya tiga tahun setelah debut profesionalnya, Serena berhasil meraih tak hanya satu, tetapi dua gelar Grand Slam pada tahun 1998. Ketika itu, dia masih berpasangan dengan Mirnyi di nomor ganda campuran. Amerika Serikat Terbuka dan Wimbledon menjadi saksi kehebatan duet tersebut. Sebenarnya, ketika itu Serena berpeluang meraih tiga gelar ganda campuran. Akan tetapi, di final Prancis Terbuka, Serena-Mirnyi dikalahkan pasangan Venus Williams-Justin Gimelstob.
ADVERTISEMENT
Setahun berikutnya, barulah gelar Grand Slam di nomor tunggal dan ganda putri itu datang. Pada tahun 1999 itu, Serena berhasil mengalahkan Martina Hingis dua kali, yakni pada final tunggal putri Amerika Serikat Terbuka dan ganda putri Prancis Terbuka. Hingis sendiri ketika itu berpasangan dengan Anna Kournikova di nomor ganda.
Hingga tahun 2016, Serena Williams sudah merasakan 28 final Grand Slam nomor tunggal dan dia berhasil memenangi 22 di antaranya. Di 28 laga final itu, dia menghadapi 15 lawan yang berbeda. Dari mereka, hanya Venus Williams, Maria Sharapova, Samantha Stosur, Garbine Muguruza, dan Angelique Kerber yang berhasil menaklukkan Serena. Bahkan, dari lima petenis itu, hanya Venus yang mampu mengalahkan Serena lebih dari sekali, yakni pada final Amerika Serikat Terbuka 2001 dan Wimbledon 2008.
ADVERTISEMENT
Di nomor ganda, Serena pun lebih sulit lagi dihentikan. 14 kali Serena (dan Venus) bermain di final, tak ada satu pasangan pun yang bisa mengalahkan mereka. Duet Timea Babos (Hungaria) dan Yaroslava Shedova (Kazakhstan) menjadi korban teranyar Serena-Venus pada final Wimbledon tahun lalu.
Dari seluruh gelar yang pernah diraihnya, Wimbledon adalah ajang favorit petenis berusia 35 tahun tersebut. Tercatat sejak pertama kali menang atas sang kakak pada 2002, dia sudah berhasil mengumpulkan tujuh gelar Wimbledon. Sementara itu, di Australia dan Amerika Serikat, Serena sudah pernah mengangkat trofi masing-masing enam kali. Hanya di Roland Garros-lah prestasi Serena sedikit "seret". Di lapangan tanah liat itu, Serena "baru" pernah merasakan gelar juara sebanyak tiga kali.
ADVERTISEMENT
Di nomor ganda pun demikian. Enam dari 14 gelar nomor ganda Serena diraihnya di depan publik Inggris. Rod Laver Arena di Melboune menjadi venue favorit kedua Serena dengan raihan empat gelar, sementara Roland Garros dan Flushing Meadows masing-masing pernah jadi tempatnya mengangkat trofi sebanyak dua kali.
Apa yang diraih Serena sepanjang kariernya memang sangat, sangat fenomenal. Kini, di usia yang telah menginjak 35 tahun, Serena sedang berusaha untuk melewati catatan Steffi Graf sembari memburu rekor Margaret Court,
Serena dan Steffi Graf kini menjadi dua petenis putri dengan gelar Grand Slam terbanyak dengan 22 gelar. Sementara itu, Margaret Court adalah petenis putri dengan gelar Grand Slam terbanyak (24) meski prestasi itu diraihnya sebelum "Era Terbuka" dimulai pada 1968. Kolumnis tenis Alyssa Roenigck, dalam kolomnya di ESPN, menuliskan bahwa bagi Serena, perkara melewati Graf serta memburu rekor Court ini bukan soal "apakah dia mampu", melainkan soal "kapan dia akan melakukannya". Pasalnya, di usia yang seharusnya sudah terhitung senja itu, Serena masih belum juga melambat. Sama sekali belum.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2016 lalu, dominasinya memang agak goyah oleh kebangkitan seorang Angelique Kerber. Akan tetapi, rekor head-to-head Kerber atas Serena sebenarnya tidak bisa dibilang fenomenal. Dari delapan pertemuan, Kerber hanya mampu menang dua kali atas Serena. Pada tahun lalu pun, setelah kalah di final Australia Terbuka, Serena mampu membalasnya di final Wimbledon. Meski gelar Grand Slam Kerber tahun lalu lebih banyak (2), secara head-to-head, situasinya berimbang.
Selain Kerber, Serena juga perlu mewaspadai petenis berdarah Basque kelahiran Venezuela, Garbine Muguruza. Petenis berkewarganegaraan Spanyol berusia 23 tahun tersebut sudah mampu mengalahkan Serena sebanyak dua kali (termasuk satu kali di final Prancis Terbuka tahun lalu) dari lima pertemuan. Meski saat ini "terdampar" di peringkat ketujuh dunia, Muguruza adalah momok tersendiri khususnya jika bertanding di lapangan tanah liat.
ADVERTISEMENT
Meski tren prestasi Serena di kompetisi Grand Slam sedang mengalami penurunan, Serena Williams tetaplah Serena Williams. Jika final nomor ganda putri ikut dihitung, artinya Serena berhasil melaju ke empat final Grand Slam tahun lalu. Kerber yang merupakan petenis peringkat satu dunia saja "hanya" mampu melaju ke tiga final. Ini artinya, jika Kerber gagal mempertahankan performa apiknya, Serena akan kembali dengan mudah mengklaim takhta yang sempat 309 pekan dia pegang sebagai petenis putri terbaik dunia.
Serena Williams adalah juggernaut, dan juggernaut itu hanya akan berhenti jika ia memang mau berhenti; bukan dihentikan.