Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tak Jodoh di Tenis, Arifin Risman Jadi Atlet Basket Kursi Roda
6 Oktober 2018 11:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Arifin Risman terpilih menjadi salah satu atlet basket kursi roda nasional. Arifin bersama timnya akan berlaga di ajang Asian Para Games 2018.
ADVERTISEMENT
Pria kelahiran 3 Maret 1979 ini mengalami kelumpuhan kaki saat usianya 3 tahun karena penyakit polio. Sejak saat itu Arifin beraktivitas dengan menggunakan kursi roda.
Meski begitu, Arifin tetap mensyukuri hidup. Dukungan dari Istri dan anaknya selalu menjadi penyemangat hidupnya.
Di tengah kesibukannya menjalankan bisnis dompet, Arifin juga menjadi atlet. Awalnya dia menjadi atlet tenis khusus penyandang disabilitas. Namun, karier Arifin di dunia tenis tidak begitu moncer, hingga akhirnya dia mendapat tawaran untuk seleksi atlet basket kursi roda pada Desember 2017.
Kala itu, proses seleksi tidak seperti basket pada umumnya seperti drible, shoot, ataupun lay up. Seleksi saat itu hanya sebatas kemahiran bergerak dengan kursi roda.
Lulus sudah bagi Arifin bila dihadapkan dengan tantangan bergerak dengan kursi roda itu. Dia berhasil mengalahkan 30 atlet lainnya dan terpilih menjadi atlet basket kursi roda nasional.
ADVERTISEMENT
Bermain basket sebenarnya bukan hal baru dalam hidup Arifin. Pada usianya yang saat itu masih tergolong muda ia kerap kali bermain basket secara otodidak tanpa mengetahui standar bermain basket yang benar seperti apa.
Ketakutan bermain basket dengan kursi roda sempat Arifin rasakan saat awal berlatih basket. Tak patah semangat, Arifin giat berlatih sampai pada akhirnya ia mampu bermain basket dengan teknik yang baik. Ia mengetahui teknik yang benar agar tidak terjatuh ataupun tertabrak dengan anggota tim lainnya.
Di tim basketnya, Arifin tergolong dalam kelas 2.5, yakni atlet di kelas ini bisa membungkukkan tubuhnya dan bisa berputar sehingga bisa memiliki jangkauan yang lebih besar untuk menangkap bola dari kelas 1.0.
ADVERTISEMENT
Menurut Arifin, tidak ada perbedaan signifikan saat bermain basket dengan bermain tenis dengan menggunakan kursi roda. Hanya saja dalam bermain basket harus memiliki fisik yang lebih ekstra.
"Cuma fisiknya memang kalau di basket harus lebih ekstra, karena latihannya kayak tadi itu harus lari dengan menggunakan kursi roda sekaligus ngeshoot, dribbling," ujar Arifin saat ditemui kumparan di Gor Punokawan, Karanganyar, Rabu (12/9).
Arifin mengaku beberapa teknik basket memiliki kesulitan tersendiri, tapi baginya teknik dribble-lah menjadi teknik paling sulit dalam bermain basket. Ia mengaku butuh waktu berbulan-bulan untuk menguasai semua teknik bermain basket.
Semua kesulitan bermain basket kursi roda dapat ia atasi karena semangatnya demi membela Indonesia pada pertandingan Asian Para Games 2018.
ADVERTISEMENT
"Setiap orang kan membela negara dengan cara yang berbeda-beda, kebetulan saya dengan kondisi seperti saya membela negara dengan olahraga yaitu basket kursi roda," ujarnya.
Arifin berharap basket kursi roda dapat berkembang dan menuai prestasi hingga kancah internasional.
kumparan menyajikan story soal atlet-atlet penyandang disabilitas kebanggaan Indonesia dan hal-hal terkait Asian Para Games 2018 selama 10 hari penuh, dari Kamis (27/9) hingga Sabtu (6/10). Saksikan selengkapnya konten spesial dalam topik ‘Para Penembus Batas ’.