Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Tantangan Fadillah Arbi di Eropa: Flu Jadi Kendala hingga Harus Sedia Balsem
25 Juli 2023 10:06 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Arbi kini telah mencetak sejarah. Pebalap Astra Honda Racing Team (AHRT ) itu menjadi orang Indonesia pertama yang mampu memenangi balapan FIM JuniorGP, salah satu balapan motor bergengsi untuk kelompok usia muda.
Namun, di balik prestasinya itu, pebalap yang masih duduk di bangku SMA ini bercerita bawah FIM JuniorGP penuh dengan tantangan. Apalagi, Arbi harus berkelana jauh dari kota kelahirannya di Purworejo ke Eropa.
Tantangan utama adalah cuaca dan bahasa. Arbi mengaku sempat sakit saat awal-awal berada di Eropa, sebelum akhirnya mulai terbiasa. Salah satu caranya meredakan dingin dan flu adalah dengan balsem. Sementara untuk masalah yang terakhir, dia mengatasinya dengan mengambil kelas Bahasa Spanyol.
"Kalau dari saya kendala di sana [Eropa] cuaca, kalau di sini [Indonesia] kan panas. Kalau lagi awal season kayak bulan Maret, April, itu kan masih dingin ya. Jadi waktu ke sana juga perpindahan suhunya drastis," begitu kata Arbi kepada wartawan di Jakarta, Senin (24/7).
ADVERTISEMENT
"Waktu tahun pertama iya [sakit-sakitan] soalnya kebetulan juga kalau kena dingin pasti flu. Cuma, pasti sedia kayak balsem. Tapi alhamdulillah di musim kedua mungkin karena tubuhnya mulai terbiasa jadi bisa adaptasinya lebih cepat," sambungnya.
Fisik Fadillah Arbi pun kian kuat karena menu latihan yang dijalaninya. Jadwalnya cukup padat, tetapi ia mulai belajar bagaimana cara mengimbanginya dengan istirahat cukup dan diet yang baik.
"Jadi kalau di sana [Spanyol], saya tinggal sama Tatchakorn Buasri [pebalap Thailand] dan Danial Sharil [pebalap Malaysia] di satu apartemen. Setiap pagi, tergantung harinya, kami kadang ada aktivitas sepedaan, roadbike, motobike, atau nge-gym pagi biasanya jam 8-12 siang," kisahnya.
"Nanti jam 12-14 istirahat dan makan siang. Setelahnya nanti jam 3 sore sampai 6 itu, ada latih kardio atau fisik. Kalau enggak, biasanya stretching untuk kelenturan tubuh. Nanti setelah olahraga sore, biasanya malam hari ada kelas Bahasa Spanyol," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Terkait hal teknis di atas aspal, tantangan terbesar yang perlu dihadapinya tentu saja persaingan untuk menjadi yang terdepan. Pebalap yang mengidolakan Marc Marquez ini mengaku kesulitan saat adu salip dengan pebalap asal Spanyol. Namun, ia tetap menjaga optimismenya.
"Memang terasa, tertekan sih tidak, tapi saya justru yang menekan karena mereka tidak menyangka saya ada di sana juga," ungkapnya.
"Keyakinan saja, saya yakin punya pace [laju] yang kuat. Dari situ, saya bisa menenangkan diri. Jadi ketika disenggol tidak apa-apa tinggal saya overtake lagi di depan," lanjut Arbi.
Dan hal paling penting bagi Arbi adalah menjadikan setiap balapan sebagai pelajaran. Terlebih ada beberapa lintasan yang masih baru bagi dirinya.
"Kalau di balap, ada beberapa sirkuit yang Arbi masih perlu banyak belajar. Kayak di Estoril yang cuma satu tahun itu satu kali. Terus di sirkuit-sirkuit World Grand Prix lainnya yang Arbi belum pernah ngerasain. Itu cukup sudah buat mempelajari," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Kini, pebalap asal Purworejo, Jawa Tengah, itu sudah menunjukkan kualitasnya. Kemenangan perdananya itu menjadi pelecut semangat untuk terus bersinar. Dia bahkan sudah mengincar posisi top five di setiap seri balapan FIM JuniorGP musim ini serta membuat target untuk tampil di Moto3 tahun depan.
Live Update