Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Teddy Apriyana, Dia yang Bertahan Seorang Diri di Siliwangi Bandung
5 Januari 2018 21:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
![Teddy Apriyana di Britama Arena. (Foto: Aditia Rijki Nugraha/kumparan)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1515161894/jzjvtaox6e1behq6unii.jpg)
ADVERTISEMENT
I
Para pemain Siliwangi Bandung keluar dari ruang ganti, mereka baru saja melakoni laga melawan Stapac Jakarta. Di antara belasan orang yang keluar itu, berjalan satu sosok pemain yang sedari laga berlangsung tadi saya perhatikan gerak-geriknya.
ADVERTISEMENT
Tak butuh waktu lama bagi saya untuk memastikan bahwa sosok itu adalah Teddy Apriyana. Saya yang menunggunya sedari tadi, kemudian memulai percakapan ringan dengannya di depan ruang ganti.
Keringatnya masih terlihat membasahi tubuhnya. Meski ia sudah bersalin pakaian, bulir-bulir air keluar dari pori-pori kulit wajahnya, sesekali ia menyeka keringat dengan telapak tangannya. Ah, pertandingan itu sepertinya benar-benar menguras tenaganya.
Hari itu, ia memang baru saja memainkan laga yang cukup berat. Stapac adalah lawan yang cukup tangguh bagi Siliwangi. Di laga kali itu pun, Teddy sejatinya masih menyesuaikan diri dengan para rekan satu timnya. Hal ini, tidak terlepas dari suatu insiden yang kemudian membuat karier basket profesionalnya tersakiti.
II
Kasus match fixing (pengaturan skor) yang menjangkit di Siliwangi Bandung jelang perhelatan Indonesian Basketball League (IBL) musim 2017/18 beberapa waktu silam mengejutkan banyak pihak.
ADVERTISEMENT
Kasus itu mencoreng nama liga basket profesional tertinggi Tanah Air, melukai banyak pihak yang terlibat di dalamnya. Insiden itu pun pada akhirnya mengubah wajah Siliwangi di musim ini. Dari para pemain yang terdaftar di musim lalu, tercatat hanya ada nama Teddy Apriyana yang masih bertahan dan melanjutkan karier profesionalnya.
Kasus judi yang melibatkan beberapa rekan Teddy di Siliwangi (delapan pemain dan satu ofisial), membuat mereka harus menerima hukuman yang dikeluarkan oleh Perbasi selaku lembaga tertinggi bola basket Indonesia. Hukuman yang diberikan bervariasi, dari tiga tahun hingga lima tahun. Seolah tak cukup, IBL sendiri bahkan menjatuhkan hukuman yang lebih berat dengan melarang semua mereka tidak terlibat dalam basket Indonseia seumur hidup.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Teddy, yang tak terlibat dalam lingkaran judi itu, terbebas dari segala hukuman. Kini, ia menjadi satu-satunya pemain Siliwangi di musim lalu yang masih bertahan dan melanjutkan karier. Dengan wajah dan susunan tim baru, Teddy bahu-membahu bersama rekan-rekan anyarnya membangun kembali Siliwangi yang terluka.
Namun, jauh di lubuk hari terdalam Teddy, kasus pengaturan skor tersebut memberikan luka tersendiri baginya. Perasaan dikhianati oleh rekan-rekannya sempat membuat Teddy merasakan kekecewaan yang begitu mendalam.
III
Bagi Teddy yang mulai menggeluti olahraga basket sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP), ada sebuah rasa sedih yang kemudian disusul rasa kecewa saat pertama kali mendengar kasus ini merebak ke permukaan.
Ia tak percaya, rekan-rekannya yang dulu berjuang bersama, melewati susah dan senang bersama, serta menjalani berbagai bentuk latihan dan membuat mereka merasakan kelelahan yang sama, terlibat dalam kasus memalukan itu.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Teddy tak menampik bahwa para pemain yang berlaga di level profesional memang membutuhkan uang sebagai bentuk usaha mereka mencari nafkah. Teddy sendiri merupakan pemain yang juga seorang ayah dengan satu putri. Namun, menghalalkan segala cara hingga mencoreng olahraga yang selama ini membuat mereka bisa makan dan mencukupi kehidupan adalah hal yang tak masuk akal bagi Teddy.
"Pertama, saya kecewa dan sedih. Adanya match fixing ini mencoreng olahraga basket. Memang kita butuh uang untuk menghidupi kebutuhan kita. Namun, untuk mencoreng olahraga itu (basket), untuk saya, tidak masuk akal," kata Teddy.
"Karena kami dari dulu latihan, susah dan senang bareng-bareng. Tapi, di belakang ternyata ada permainan seperti itu, atur-mengatur skor," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kasus yang menyeret rekan-rekannya ini seolah memang menjadi anomali bagi karier Teddy. Di saat ia sedang berjuang meniti karier profesionalnya, sebuah tamparan keras menghantam lingkungan sekitarnya. Meluluh-lantakkan kepercayaan, mengubah susunan skuat tim, dan lebih menyakitkan adalah menyaksikan karier para rekannya berakhir dengan cara yang begitu memilukan.
![Teddy di tengah pemain-pemain Siliwangi. (Foto: Aditia Rijki Nugraha/kumparan)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1515162104/hfc211wzocpveezldfwy.jpg)
Meski begitu, ada sebuah rasa kekeluargaan dan rasa saling memiliki yang pernah Teddy dan mereka rasakan dulu. Hal yang membuat Teddy, pada akhirnya, tetap bersikap dewasa dan menjadikan hal ini sebagai pelajaran bagi karier basketnya. Terlebih, doa dan harapan terbaik selalu Teddy panjatkan agar rekan-rekannya tersebut mendapatkan jalan lain untuk mencari penghidupan usai karier mereka musnah.
Sebagai bentuk dukungan itu, Teddy mengaku masih berkomunikasi dengan para rekannya. Meski menurutnya ada beberapa rekan yang kemudian menghilang usai kasus itu meledak, Teddy urung menjadikan itu sebagai bahan pikiran. Niat dan usahanya mendukung para rekannya jauh lebih.
ADVERTISEMENT
"Semenjak kejadian itu, saya selalu mendoakan mereka agar semua baik-baik saja. Mereka ‘kan mendapatkan hukuman yang membuat karier mereka hancur. Saya berharap mereka segera mendapatkan jalan lain. Beberapa masih komunikasi, beberapa ada yang hilang. Saya nggak tahu, mereka yang menghilang. Tapi, sebenarnya saya sangat welcome dengan mereka," kata Teddy.
IV
Match fixing adalah kasus serius. Selain berlaku sebagai sebuah coreng untuk sportivitas, dampak dari hal ini adalah menghancurkan pemain dan tim yang terlibat dalam lingakaran setan tersebut.
Pada 2006, Juventus harus didemosi ke Serie B setelah terlibat skandal calciopoli. Kasus tersebut membuat, beberapa pilar utama mereka pun pergi. Juventus pun harus berjuang mengembalikan prestasi mereka dengan pemain-pemain yang masih setia menemani.
ADVERTISEMENT
Juventus pada akhirnya bisa kembali ke Serie A pada musim 2007/08. Namun, mereka butuh waktu hingga lima tahun lamanya untuk kembali mengukuhkan diri menjadi tim terkuat di Serie A sampai akhirnya menjadi kampiun di musim 2011/12.
Siliwangi yang baru saja mengalami luka akibat match fixing, juga membutuhkan waktu untuk kembali berprestasi, terlebih dengan susunan tim yang benar-benar baru. Sulitnya mereka membangun tim terlihat di musim ini, di mana mereka belum sekalipun meraih kemenangan di musim reguler.
Dari empat seri yang sudah berjalan sejauh ini, Siliwangi masih menjadi juru kunci klasemen Divisi Putih. Soal ini, Teddy pun mengungkapkan betapa sulitnya membangun kedekatan di antara pemain anyar.
![Teddy kini jadi satu-satunya yang tersisa. (Foto: Aditia Rijki/kumparan)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1515162225/ilnvjn8fhrupmzahdx4h.jpg)
"Sangat susah membangun chemistry dengan tim yang baru. Kami sudah enak dengan tim dulu, melewati banyak pertandingan bersama. Namun, setelah kejadian itu semua harus di mulai dari awal. Saya dulu merasakan sulitnya seperti apa membangun tim dan sekarang kami harus mengulangi lagi," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Nasi memang sudah menjadi bubur. Waktu pun tak bisa diputar kembali. Teddy maupun Siliwangi sendiri tak bisa mencegah kejadian yang lalu. Namun, mereka memiliki banyak waktu untuk mencegah kasus ini kembali mengerogoti. Teddy selaku pemain lawas punya peran besar menjadi pengingat bagi para rookie. Pun Siliwangi sudah punya tindakan preventif agar insiden itu tak pernah terulang.
"Dampak dari kasus ini, sekarang handphone para pemain dikumpulkan sebelum pertandingan. Selain itu, pihak manajemen dan coaching staff selalu mengingatkan agar para pemain tidak terlibat di kasus match fixing. Intinya kami harus mengambil pelajaran dari kejadian itu, ya, hal seperti ini nggak boleh. Dan saya yakin rookie di Siliwangi tidak akan terlibat di kasus ini," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Teddy punya keyakinan itu, ia memiliki kesenangan akan bola basket, lantas ia pun mewujudkannya dengan berkarier sebaik mungkin. Ia dan Siliwangi tak membiarkan luka yang menghinggapi membuat mereka berhenti. Mereka bergegas bangkit biarpun artinya, ia harus memulai kembali dari awal. Bahkan, kalau boleh jujur, mereka akan mengerjakannya dalam waktu yang cukup lama.