Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Keberhasilannya menjejak ke babak delapan besar tahun ini mematrikan rekor baru. Djokovic menjadi petenis pria pertama yang sampai ke perempat final Prancis Terbuka dalam 10 musim beruntun.
Tapi, Djokovic adalah Djokovic. Yang menjadi ambisinya bukan cuma rekor, tapi gelar juara. Apalagi jika Djokovic menjadi juara, trofinya di Prancis Terbuka akan bertambah menjadi dua. Prancis Terbuka adalah kompetisi Grand Slam yang paling sulit ditaklukkan Djokovic. Gelar juara pertama dan terakhirnya hingga sekarang lahir pada 2016.
"Saya sudah sampai ke perempat final dengan permainan tenis lapangan tanah liat terbaik saya. Tentu saja saya termotivasi untuk memenangi trofi. Itulah alasan mengapa saya ada di sini," jelas Djokovic.
Dominasi menjadi tajuk utama dalam setiap laga Djokovic di Roland Garros. Ambil contoh dalam laga babak keempat melawan petenis Jerman, Jan-Lennard Struff. Djokovic memenangi 85 poin yang di dalamnya terdapat lesakan 31 winner dan enam ace. Bahkan, Djokovic memenangi 84% dari servis pertamanya.
ADVERTISEMENT
Menyoal penampilan trengginasnya itu, Djokovic mengaku bahwa ia membaca kelemahan lawannya. Di mata Djokovic , Struff mulai kehilangan kepercayaan diri dan kendali atas permainannya sendiri setelah rehat gim pertama di set kedua.
"Setelah rehat gim pertama di set kedua, ia seperti tidak nyaman dengan permainannya sendiri. Ia kesulitan untuk mengendalikan permainannya. Ia memang mencoba, tapi saya juga berhasil meningkatkan permainan sehingga bisa lebih oke di set kedua dan ketiga," jelas Djokovic.
Tantangan sesungguhnya datang menghampiri Djokovic di babak perempat final. Langkah Djokovic di empat pertandingan awal boleh dibilang mulus karena ia tak melawan petenis unggulan. Nah, di babak delapan besar, Djokovic akan melawan Alexander Zverev yang berstatus sebagai unggulan kelima.
ADVERTISEMENT
Sebagai petenis, Zverev terkenal dengan permainan baseline yang tangguh. Servis-servisnya cenderung mematikan. Dibandingkan pukulan forehand, Zverev lebih dikenal sebagai pemain yang menggunakan double backhand. Bagi sebagian orang, gaya pukulannya ini mengingatkan akan legenda tenis Bjorn Borg.
Melihat rekam jejak pertemuan, keduanya menorehkan catatan imbang: Dua kali menang dan dua kali kalah dalam empat laga. Tapi, Zverev berhasil mengalahkan Djokovic di laga pemungkas ATP World Tour Finals 2018. Kala itu, Zverev menang dua set langsung 6-4, 6-3. Pertandingan ini pun menjadi pertemuan terakhir keduanya sebelum Roland Garros.
Segala catatan statistik ini membikin laga diprediksi bakal berlangsung alot. Dan bukannya tidak mungkin ambisi Djokovic untuk merengkuh trofi juara di empat kompetisi Grand Slam secara beruntun pupus dihajar Zverev.
ADVERTISEMENT