Tenis yang Membuat Anisimova Menjadi Manusia Paling Bahagia di Dunia

5 Juni 2019 20:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Amanda Anisimova, remaja Amerika Serikat yang menembus perempat final Prancis Terbuka 2019. Foto: Christophe ARCHAMBAULT / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Amanda Anisimova, remaja Amerika Serikat yang menembus perempat final Prancis Terbuka 2019. Foto: Christophe ARCHAMBAULT / AFP
ADVERTISEMENT
Prancis Terbuka melahirkan kisah baru dalam rupa Amanda Anisimova.
Nama Anisimova jauh dari ingar-bingar popularitas. Ia bahkan memasuki Prancis Terbuka 2019 tanpa status unggulan.
ADVERTISEMENT
Namun, jika predikat non-unggulan itu menghilangkan beban yang mempersulit langkahnya berlaga dari satu babak ke babak lain, mengapa tidak? Itulah yang sedapat-dapatnya dibuktikan Anisimova hingga melangkah ke perempat final.
Babak pertama tunggal putri mempertemukan Anisimova dengan petenis wild card asal Prancis, Harmony Tan. Laga itu dituntaskannya dengan kemenangan 6-3, 6-1 dalam kurun 56 menit.
Lega sejenak, tantangan berat mengadang di babak kedua. Bagaimana tidak? Anisimova mesti berhadapan dengan petenis unggulan ke-11, Aryna Sabalenka. Hebatnya, kemenangan dua set kembali direngkuh, kali ini dengan skor 6-4, 6-2.
Amanda Anisimova mencapai perempat final Prancis Terbuka 2019. Foto: Martin BUREAU / AFP
Di babak ketiga, giliran Irina-Camelia Begu yang dihajarnya 7-6 (8-6), 6-4. Langkahnya di babak keempat dituntaskan dengan kemenangan 6-3, 6-0 atas wakil Spanyol, Aliona Bolsova.
ADVERTISEMENT
Nah, gunung menjulang itu kembali muncul di laga perempat final. Tak tanggung-tanggung, juara tahun lalu, Simona Halep, yang menjadi lawan. Tapi, jika Maria Sharapova saja pernah merengkuh gelar juara Grand Slam sewaktu remaja--tepatnya 17 tahun--mengapa ia tidak bisa?
Berhitung mundur, gelar juara itu direnguh Sharapova pada Wimbledon 2004. Sharapova yang bertanding melawan Serena Williams menutup duel dengan kemenangan 6-4, 6-1. Padahal, Serena waktu itu datang ke Roland Garros berbekal enam gelar juara Grand Slam.
Sharapova jugalah yang menjadi inspirasi Anisimova yang kini berusia 17 tahun. Lagipula, kompetisi Grand Slam tetap memberi ruang bagi para petenis muda untuk berdiri di podium puncak mengangkat trofi.
Selain Sharapova, Serena pun demikian. Ia mengangkat trofi Grand Slam pertamanya kala berusia 17 tahun, 15 hari sebelum ulang tahunnya yang ke-18.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan mencapai perempat final juga mengantarkan Anisimova memecahkan rekor yang dibuat Nicole Vaidisova 13 tahun lalu. Kini, Anisimova adalah pemain termuda yang menjejak ke perempat final Roland Garros di sepanjang sejarah turnamen. Itu berarti, Anisimova menjadi pemain kelahiran tahun 2000-an pertama yang sampai ke perempat final Prancis Terbuka.
Amanda Anisimova, petenis termuda yang perempat final Prancis Terbuka. Foto: REUTERS/Vincent Kessler
"Saya benar-benar menjadikan Maria (Sharapova) sebagai teladan. Ia adalah atlet yang mengagumkan dan individu yang hebat. Saya ingin menjadi remaja selanjutnya yang merengkuh gelar juara Grand Slam," seperti itu omongan Anisimova saat berlaga di Australia Terbuka 2019.
Kecepatan untuk mempelajari gaya permainan rival adalah keunggulan Anisimova. Dalam wawancara usai laganya, ia mengaku mempelajari gaya permainan Halep saat bertanding melawan Iga Swiatek. Hebatnya, segala hal yang dipelajarinya itu langsung diaplikasikan dalam pertandingannya sendiri.
ADVERTISEMENT
"Saya menonton pertandingan Halep sebelum turun arena. Saat itu juga saya berpikir: Wah, pukulan backhand menukik Simona sangat hebat dan membuatnya mampu menguasai pertandingan. Dari situ, saya berpikir untuk mencobanya di pertandingan saya sendiri," jelas Anisimova.
Memperhatikan pertandingan Anisimova, maka kita akan menyaksikan laga khas anak muda. Meledak-ledak, penuh kejutan, cukup berantakan, tapi tak kehilangan taji.
Permainan Anisimova memang berkawan akrab dengan unforced error. Di laga babak ketiga melawan Begu saja, ia membuat 29 unforced error. Sementara, Begu mencatatkan 27 unforced error. Pun demikian saat melawan Bolsova. Anisimova membuat 22 unforced error, satu setrip lebih bersih ketimbang Bolsova.
Amanda Anisimova berlaga di babak keempat Prancis Terbuka 2019. Foto: Philippe LOPEZ / AFP
Meski demikian, daya ledak menjadi warna paling dominan dalam tenis ala Anisimova. Serangan-serangannya begitu tajam dan mematikan langkah lawan. Di laga babak keempat itu, Bolsova seperti tidak berkutik dan hanya membukukan 10 winner serta satu ace. Sementara, Anisimova menggila dengan 22 winner dan tiga ace.
ADVERTISEMENT
Perpaduan permaianan yang meledak dan reckless itu melahirkan satu asumsi bahwa Anisimova mengayun raket tanpa beban. Mempertontonkan permainan rapi dan berteknik tinggi masuk dalam kategori bukan urusannya. Selama ia bisa menikmati pertandingan, semuanya akan baik-baik saja.
Sikap seperti itu nyatanya tak hilang jelang bertanding melawan Halep. Alih-alih gugup, Anisimova justru menyambut duel melawan Halep dengan girang seperti hendak berjumpa dengan kawan lama yang terpisah jarak.
"Saya tidak sanggup menjelaskan betapa bersemangatnya saya! Rasanya menakjubkan bisa bertanding melawan Simona (Halep). Ia menjuarai turnamen ini tahun lalu. Jadi, tidak ada laga lebih baik yang bisa saya minta daripada ini," ujar petenis asal Amerika Serikat ini.
"Kalau kembali ke dua tahun lalu (Grand Slam kelas junior), saya cuma meminta setidaknya ada satu laga saja yang bisa saya menangi. Itu sudah cukup untuk membuat saya menjadi manusia paling bahagia di dunia," jelas Anisimova.
ADVERTISEMENT
Simona Halep, juara Prancis Terbuka 2018. Foto: REUTERS/Vincent Kessler
Entah ada berapa banyak orang yang berharap Anisimova mewaspadai Halep. Bagaimanapun, Halep membuktikan bahwa ia bukan petenis labil yang mudah terpuruk.
Perjalanannya untuk merengkuh trofi Grand Slam pertamanya pun sangat berliku. Tapi, serumit-rumitnya jalan itu, ia membuktikan bahwa tak ada yang tak mungkin bagi mereka yang menolak larut dalam kekalahan.
Terjun sebagai petenis profesional mau tak mau membuat Anisimova tak lagi bersikap seperti remaja naif. Ia tahu benar sekuat apa Halep yang menjadi lawannya itu. Namun, semakin ia paham, semakin besar keinginannya untuk turun arena dan melesakkan rangkaian pukulan ke bidang permainan Halep.
Dari ayunan raket itulah kegembiraannya lahir. Dari kesulitan demi kesulitan yang muncul di setiap laga, Anisimova menjadi manusia paling bahagia di dunia.
ADVERTISEMENT