Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Trackback: Kecongkakan Garry Kasparov di Hadapan Kecerdasan Buatan
17 Februari 2019 13:57 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
"Dengan keberhasilan menemukan sifat asli para dewa, manusia sekarang sudah bisa mereproduksinya," tulis filsuf Yunani Kuno, Hermes Trismegistus, dalam deskripsinya tentang automaton yang termaktub dalam kitab kuno Hermetic Corpus.
ADVERTISEMENT
Automaton, secara sederhana, adalah mesin yang bisa beroperasi tanpa bantuan manusia. Untuk bisa melakukan itu, automaton mengikuti pemrograman mekanis yang diciptakan oleh para pembuatnya. Dalam perkembangan sejarah kecerdasan buatan, automaton adalah salah satu contoh paling awal dan paling sederhana.
Kini, konsep kecerdasan buatan telah berubah. Jika dulu kecerdasan buatan dipahami sebagai kemampuan bergerak menyerupai manusia yang dimiliki benda mati, saat ini kecerdasan buatan dipahami sebagai kemampuan sebuah komputer untuk berpikir, bahkan berperilaku, layaknya manusia.
17 Februari 1996 adalah tanggal penting bagi perkembangan kecerdasan buatan ini. Pada hari itu sebuah komputer bernama Deep Blue harus 'mengakui' keunggulan Grand Master Garry Kasparov dalam sebuah rangkaian pertandingan catur yang berlangsung selama sepekan. Dari enam gim yang dipertandingkan, Deep Blue menang dua kali dan kalah empat kali.
ADVERTISEMENT
Sepekan sebelumnya, Deep Blue membuka seri dengan kemenangan. Setelah 37 langkah dibuat, Kasparov menyerah dan mengakui keunggulan sang lawan. Akan tetapi, kekalahan itu tak membuatnya terpukul. Kasparov kemudian bangkit dan memukul balik Deep Blue di lima pertandingan berikutnya.
Dengan kemenangan itu, Kasparov pun jemawa. Saat itu, berdasarkan ELO rating, dia memang berstatus sebagai pecatur nomor satu dunia. Kasparov pun segera menantang Deep Blue untuk melakoni tanding ulang dan tantangan itu dipenuhi oleh pihak Deep Blue. Diterimanya tantangan Kasparov inilah yang membuat 17 Februari 1996 jadi tanggal krusial. Sebab, dalam tanding ulang yang dimaksud, situasinya benar-benar berubah.
Sebelum beranjak lebih jauh ke tanding ulang tersebut, ada baiknya kita membahas terlebih dahulu sejarah terciptanya Deep Blue yang dimulai pada 1985 itu.
ADVERTISEMENT
Semua berasal dari kepala seorang imigran Taiwan bernama Feng-hsiung Hsu. Hsu yang datang ke Amerika Serikat pada 1982 itu punya obsesi membangun komputer yang sanggup bermain catur secara kompetitif. Akhirnya, pada 1985 dia berhasil mewujudkan obsesinya itu dengan menciptakan komputer bernama ChipTest. Ini adalah cikal bakal Deep Blue.
ChipTest kemudian dikembangkan Hsu, bersama dua rekannya, Thomas Anantharaman dan Murray Campbell, menjadi Deep Thought. Nah, Deep Thought inilah yang pada akhirnya menjadi komputer catur dengan kemampuan kompetitif. Saat itu, Deep Thought mampu memprediksi 720.000 langkah dalam satu detik.
Pada 1989, Deep Thought memenangi Kejuaraan Dunia Catur Komputer tanpa terkalahkan. Akan tetapi, ketika diuji menghadapi manusia, Deep Thought langsung kalah. Manusia yang mengalahkan Deep Thought itu tak lain merupakan Kasparov sendiri.
ADVERTISEMENT
Deep Thought boleh kalah, tetapi proyek ini tak berhenti begitu saja. Perusahaan komputer raksasa Amerika, IBM, melihat potensi dari Deep Thought dan bersedia membekingi pembiayaan risetnya. Nah, dari sinilah kemudian lahir Deep Blue. Dalam pengembangannya, tim Hsu kemudian dibantu oleh seorang Grand Master catur bernama Joel Benjamin.
Benjamin sendiri menjadi sosok krusial dalam pengembangan Deep Blue. Selama tujuh tahun, Hsu, Benjamin, dan timnya mampu menciptakan komputer yang sanggup memprediksi 100.000.000 langkah dalam satu sekon. Akan tetapi, pada 17 Februari 1996 tadi, terbukti bahwa itu semua tidak cukup.
Salah satu bukti mengapa 100.000.000 langkah per detik itu tak cukup terlihat di pertandingan keenam. Ketika itu, Kasparov berhasil menjebak Deep Blue dalam situasi yang memungkinkan dirinya mereorganisasi bidak-bidaknya. Di situasi seperti itu, Deep Blue tak tahu harus berbuat apa hingga akhirnya menyerah di langkah ke-43.
ADVERTISEMENT
Nah, setelah menerima tantangan Kasparov untuk tanding ulang, tim pengembang Deep Blue langsung memperbaiki komputernya itu. Pada tahun berikutnya, Deep Blue kembali dengan kemampuan memprediksi 200.000.000 langkah dalam satu detik.
Menghadapi Deep Blue yang sudah di-upgrade, Kasparov sebenarnya masih bisa menang di gim pertama. Akan tetapi, jelang gim kedua, Benjamin berhasil menambahkan satu kemampuan dalam diri Deep Blue yang diprogram dalam waktu singkat. Ini berpengaruh pada hasil gim kedua yang dimenangi oleh Deep Blue.
Gim kedua dari rematch ini sangat krusial karena di sinilah kejatuhan Kasparov dimulai. Pada laga ini Deep Blue membuat langkah yang dideskripsikan Kasparov sebagai langkah yang cuma bisa dilakukan oleh manusia. Kasparov bahkan sampai menuduh ada intervensi manusia di tengah-tengah gim.
ADVERTISEMENT
Setelah ini, Kasparov terus menurun. Dia cuma bisa bermain imbang di tiga pertandingan selanjutnya dan akhirnya kalah pada gim terakhir. Kasparov yang kesal menyatakan menyerah sembari memaki-maki. Deep Blue akhirnya berhasil membalaskan dendamnya kepada Kasparov.
Kemenangan Deep Blue ini sendiri dilihat sebagai momen penting dalam pengembangan kecerdasan buatan. Meski begitu, kecerdasan yang dimiliki Deep Blue saat itu masih sangat terbatas. Brute force adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir komputer tersebut.
Sederhananya, brute force adalah mencontek. Deep Blue menganalisis semua kemungkinan yang sudah diprogram tim pengembangnya untuk kemudian membuat langkah yang menurutnya terbaik. Yang menarik, dengan kemampuan memprediksi 200.000.000 langkah dalam sedetik, apa yang dilakukan Deep Blue tampak seperti buah dari kreativitas. Ini yang kemudian membuat Kasparov naik darah.
ADVERTISEMENT
Tuduhan Kasparov bahwa ada kecurangan di balik keberhasilan Deep Blue itu akhirnya tak terbukti karena pihak IBM kemudian memensiunkan mahakaryanya tersebut. Namun, ide utama dari Deep Blue sendiri akhirnya terus berkembang. Salah satu contohnya ada pada analisis big data di mana sebuah komputer mampu menganalisis pola dan membuat kesimpulan sendiri.