Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
'Triple Header' yang Menyulitkan Pebalap F1
19 Juli 2018 16:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Keluar dari pakem balapan yang biasanya dilakoni setiap dua pekan, Formula One (F1) Grand Prix (GP) 2018 untuk pertama kalinya menyajikan tiga seri balapan berturut-turut alias triple header.
ADVERTISEMENT
Dimulai dari Sirkuit Paul Ricard, Prancis pada 24 Juni lanjut ke Sirkuit Red Bull Ring di Austria pada 1 Juli hingga seri triple header pamungkas berlangsung di Sirkuit Silverstone, Inggris, 8 Juli lalu.
Mengutip dari CNN, ada 176 laps dengan jarak 2.715 kilometer yang semuanya dijajal para pebalap untuk memperebutkan 303 poin ditemani 1.000 truk dengan 1.200 persediaan ban.
Namun, tidak semua pihak senang dengan kebijakan triple header itu. Pasalnya, dalam 17 hari saja, para pebalap dan tim yang bertanding harus bekerja ekstra menjajal tiga sirkuit di tiga negara sekaligus dalam tiga pekan. Melelahkan.
"Saya pikir, tiga balapan beruntun adalah hal yang sulit. Berdasarkan pertemuan dengan Formula One Group (FOM), saya kira tahun depan tidak ada lagi triple header. Tapi, belum ada keputusan resmi," ucap Zak Brown, CEO McLaren Racing dilansir Racer.
ADVERTISEMENT
"Saya rasa mayoritas tim tidak suka triple header. McLaren sendiri siap melakoni jika ada tiga balapan beruntun lagi," imbuhnya.
Mengamini perkataan Brown, ialah Bos Williams Racing, Claire Williams. Menurutnya, triple header harus dianalisis jika dikemudian hari seri balapan (yang musim lalu 20 kini menjadi 21) akan kembali bertambah.
"Saya rasa triple header tak akan terjadi lagi di kalender F1. Tahun ini menjadi pelajaran kita semua, bahwa tiga seri beruntun sangat merepotkan," kata Williams dilansir Racer.

Menyikapi triple header, Bos Tim Renault, Gilles Carraro dilansir CNN, juga sudah ketakutan hanya membayangkan tiga balapan beruntun akan menjadi sebuah agenda normal F1.
"Saya bilang, itu menyulitkan dari dua sisi, baik fisik maupun mental. Triple header juga rumit bagi anggota tim. Secara umum, kami harus di trek dari jam 8 pagi ke 8 malam. Butuh usaha besar," tutur Carraro yang membidani setidaknya 100 orang mulai dari marketing, mekanik, katering, hingga sekuriti.
ADVERTISEMENT
Bos Tim Red Bull, Christian Horner juga bukan pendukung triple header. Horner mengaku kesulitan mengakomodir banyak orang dalam tiga agenda balapan beruntun.
"Menyedot banyak energi. Banyak komponen yang harus dibawa bolak-balik dari Inggris. Beruntung, seri (triple header) terakhir berlangsung di markas kami (Inggris)," ucap Horner.

Dilansir laman resmi F1, triple header ini paling menguntungkan bagi Sebastian Vettel (Scuderia Ferrari). Dari tiga balapan, ia finis ketiga di Austria dan menang di Inggris sehingga total mengoleksi 50 poin terbanyak diantara driver lain.
Pebalap yang paling apes adalah Valtteri Bottas (Mercedes). Usai menutup seri triple header, ia malah turun dua peringkat. Membuka GP Prancis di posisi tiga klasemen sementara, ia tercecer di peringkat lima usai GP Inggris.
ADVERTISEMENT
Bottas masih lebih baik ketimbang perjuangan Pierre Gasly, Brendon Hartley, Stoffel Vandoorne, Sergey Sirotkin, dan Lance Stroll yang tidak mendapat satu poin pun dari kerja kerasnya di tiga balapan dalam 17 hari. Jadi, setuju atau tidak dengan adanya triple header?