Wawancara Khusus Bona Septano: Gagal di Olimpiade hingga Memutuskan Jadi Pilot

15 Mei 2023 12:52 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan pebulu tangkis Indonesia, Bona Septano. Foto: Instagram/@bona_septano
zoom-in-whitePerbesar
Mantan pebulu tangkis Indonesia, Bona Septano. Foto: Instagram/@bona_septano
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bona Septano pernah jadi salah satu pebulu tangkis andalan Indonesia. Berpasangan dengan Mohammad Ahsan, Bona sempat merengkuh emas di SEA Games pada 2009 dan 2011.
ADVERTISEMENT
Tak cuma itu, Bona dan Ahsan pernah mentas di Olimpiade 2012. Sayang, Bona dan Ahsan saat itu gagal meraih sekeping medali pun.
Kegagalan di Olimpiade 2012 membuatnya terpuruk. Oleh karena itu, Pria yang kini berusia 35 tahun tersebut langsung beralih profesi dan kini menjadi pilot.
Bagaimana kisah Bona menjadi pilot? Berikut ini wawancara kumparan dengan Bona Septano.
Kenapa waktu itu memutuskan mundur jadi atlet?
Ya, waktu itu memang jujur waktu gagal Olimpiade saya terpukul banget karena Indonesia, kan, selalu ngasih emas di Olimpiade, kan. Tradisi emasnya tuh dari 1992, kan, dari Barcelona, Susy Susanti sama Alan Budikusuma. Terus sampai 1996, 2000, 2004, 2008 terakhir almarhum abang, kan, nah di 2012 terputus sama sekali enggak ada medali dari bulu tangkis, itu rasanya saya memang down banget gitu.
ADVERTISEMENT
Jadi gara-gara itu sempet saya jadinya mikirlah untuk ke depannya karena saya, kan, kalau Olimpiade kan 4 tahun sekali, kan, jadi setelah itu kan saya sudah umur 29 jadi mikir apa masih bisa gitu untuk untuk ke sana. Jadi saya mikir sudah cari-cari inilah, cari-cari peluang yang lain. Akhirnya mutusin untuk  jadi pilot.
Lalu, kenapa memilih menjadi pilot?
Sebenarnya niatnya sudah dari 2012 saat berusia 25 tahun setelah Olimpiade London itu sih momentumnya punya niat buat banting setir jadi. Waktu itu belum spesifik ingin jadi pilot tetapi sudah mulai nyari lanjutnya pensiun mau ngapain itu sudah mulai kepikiran di 2012 itu. Terus akhirnya ada satu teman yang ngenalin di dunia pilot itu ngasih tahu coba jadi pilot. Waktu itu sempat kepikiran enggak mungkin jadi pilot karena saya enggak ada background pendidikan dari awal.
ADVERTISEMENT
Pebulu tangkis Bona Septano yang kini menjadi pilot. Foto: Dok. Pribadi/Bona Septano
Cuma pas itu saya coba simulator pesawat, teman punya simulator saya coba lalu saya beli sendiri akhirnya simulator pesawat itu. saya taruh di asrama (pelatnas) saya main-main simulator itu suka sama simulator pesawat itu. Baru apa saya coba saja jadi pilot.
Reaksi keluarga saat bilang berkeinginan menjadi pilot bagaimana?
Jadi waktu pas di 2012 itu belum pensiun tetapi sudah ngomong sama keluarga ini mau jadi pilot. Cuma waktu itu mama belum setuju karena mikirnya wah ngapain jadi pilot. Maksudnya orang dari bulu tangkis enggak punya background, enggak mungkin bisa gitu mikirnya.
Terus dan takut juga mama kalau saya jadi pilot karena terbang-terbangan. Terus dari almarhum Markis Kido juga waktu itu enggak izinin jugalah jadi pilot.
ADVERTISEMENT
Sampai akhirnya setuju menjadi pilot bagaimana?
Pas saya ngomong itu di 2012 untuk jadi pilot dan mama enggak setuju, tetapi mama tetap cari tahu dunia pilot lah jadi cari tahu sekolah-sekolah pilot di mana yang bagus. Akhirnya di tahun 2014 itu saya sudah keluar pelatnas itu 2013 akhir jadi 2014 mama daftarin saya di salah satu sekolah pilot di Indonesia gitu dan mama bilang kalau mau jadi pilot masuk sekolah ini begitu. Kalau memang serius kalau memang bisa yaudah silakan.
Akhirnya saya coba ikut tesnya masuk sekolah itu. Sempat gagal-gagal, jadi tesnya saya tidak langsung masuk sebenarnya. Jadi saya ada tes psikotes ada tes Bahasa Inggris, tes motoriknya. Jadi sempat saya gagal di beberapa tesnya tetapi saya ngulang lagi. Setelah tiga bulan gagal saya boleh ulang lagi baru akhirnya masuk.
ADVERTISEMENT
Kalau reaksi rekan-rekan di Pelatnas PBSI bagaimana?
Banyak yang kaget dan enggak percaya saya mau jadi pilot. Jadi waktu di asrama (pelatnas) saya sudah bawa simulator itu kan. Sudah bawa simulator itu dan teman-teman ngiranya saya cuma hobi aja main game. Jadi pas saya bilang saya pensiun mau jadi pilot betulan pada kaget dan banyak yang ngecengin juga sih.
Banyak yang ngiranya saya apa, ya, ah sudah bercanda karena frustrasi gitu-gitu mikirnya. Cuma ya sudah saya buktiin memang saya serius mau jadi pilot dan saya memang mampu gitu.
Mantan pebulu tangkis Indonesia, Bona Septano. Foto: Instagram/@bona_septano
Kenapa yakin memutuskan menjadi pilot?
Sebenarnya karena saya suka main simulator pesawat itu. Saya suka main simulator, terus saya juga sudah main simulator itu di Australia saya coba simulator boeing dan saya, kok, ngerasa kayaknya gampang enggak sesusah yang orang bilang. Gampang-gampang saja, makanya saya yakin gitu dan terus saya melihat peluang kerjanya pada saat itu saya baca majalah saya baca yang lain berita-berita itu memang lagi kekurangan pilot waktu itu.
ADVERTISEMENT
Indonesia butuh pilot jadi saya lihat lapangan pekerjaannya juga cukup bagus kalau saya lulus sekolah pilot. Makanya saya yakin untuk memutuskan jadi pilot.
Perbedaan beban menjadi pilot dan atlet bagaimana?
Kalau bebannya sebenarnya kalau jadi pilot memang risikonya tanggung jawabnya nyawa. Kita dituntut harus disiplin terus, terus kerjanya harus sesuai prosedur karena kita bawa nyawa. Jadi kalau ada apa-apa risikonya fatal ibaratnya kalau jadi pilot itu harus zero mistake enggak boleh ada kesalahan jadi beratnya di situ. Cuma, kalau sudah biasa kita hidup disiplin dan hidup sesuai prosedur ngejalanin, ya, enggak susah.
Kalau jadi atlet bebannya bawa nama negara kalau kita engga berhasil pasti ada rasa penyesalan. Contohnya saya di Olimpiade gagal bawa medali itu kan berat banget rasanya di hati saya pas gagal. Beda beban sih tetapi kurang lebih kaya begitu bebannya.
ADVERTISEMENT
Lebih tegang bertanding atau siap-siap takeoff?
Pebulu tangkis Bona Septano yang kini menjadi pilot. Foto: Dok. Pribadi/Bona Septano
Kayaknya tegangan ngadepin pertandingan deh, apalagi pertandingan-pertandingan gede, ya, kayak waktu itu Olimpiade. Pressure-nya gede banget, kalau sekarang, kan, karena memang sudah rutinitas aja gitu. Jadi sudah biasa saja, enggak terlalu teganglah, kecuali kalau beberapa case, nemuin case-case yang contohnya mau landing nih, bandaranya hujan deras, nah kayak gitu-gitu.
Tapi, kan, yang kayak gitu enggak setiap saat, ya. Pas mau landing gak bisa liat landasan, akhirnya kita go around, terbang lagi gitu, enggak jadi, muter-muter, paling gitu doang, cuma enggak setiap saat gitu untuk kondisi-kondisi kayak gitu.
Lebih enak mana, jadi atlet atau pilot?
Aahh berat nih pertanyaannya.. enakan mana, ya. Sebenarnya, sih, kalau jadi atlet plus minus-lah, ada enak atau enggaknya. Jadi atlet itu kan enaknya kita di usia produktif kita bisa istilahnya ngasih prestasi lah buat negara, ada kebanggaan tersendirilah.
ADVERTISEMENT
Maksudnya, kalau pilot kan enggak ada kebanggaan bela negaranya gitu, lho. Kalau jadi atlet tuh kebanggaan yang enggak bisa dinilai kan itu, kan bela negara, kita bisa juara, bisa ngibarin bendera itu, kan gak bisa dinilai sama duit.
Kalau pilot, ya, enaknya yaudah karier kita, kalau sehat-sehat terus lancarlah ke depannya gitu.