Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Wimbledon sarangnya kejutan. Predikat itu tak lenyap hingga memasuki usianya yang ke-133. Babak pertama Wimbledon 2019 , Senin (1/7/2019), menampilkan fragmen gugurnya para unggulan.
ADVERTISEMENT
Contohnya, kekalahan Naomi Osaka dari Yulia Putintseva. Osaka memasuki turnamen sebagai unggulan dan peringkat dua dunia sekaligus. Sedangkan Putintseva melangkah tanpa embel-embel unggulan.
Status unggulan ternyata tak banyak membantu Osaka. Kekalahan dua set langsung ditelan si pemegang gelar juara AS Terbuka 2018 ini.
Atau lihat lagi perjalanan Cori 'Coco' Gauff yang mengalahkan Venus Williams, juga dalam dua set langsung. Oke, Venus memang tidak menyandang status unggulan.
Tapi, hei, Venus adalah pemegang lima gelar juara tunggal putri Wimbledon dan ini merupakan Grand Slam kelas senior pertama untuk Coco. Kualitas yang menegaskan bahwa jagat tenis pantas berharap pada remaja 15 tahun ini.
Apakah kejutannya sampai di situ? Nope. Dua unggulan tunggal putra, Stefanos Tsitsipas dan Alexander Zverev, angkat kaki dari Wimbledon akibat kekalahan di babak perdana.
ADVERTISEMENT
Nah, Tsitsipas kalah dari petenis non-unggulan asal Italia, Thomas Fabbiano. Berbeda dengan Venus dan Osaka yang kalah straight set, Tsitsipas menyerah setelah berduel sengit dalam lima set.
Permainan Fabbiano sebenarnya kalah menggebu-gebu dibandingkan dengan Tsitsipas. Fabbiano hanya membuat satu ace dan 45 winner. Sementara, Tsitsipas tampil lebih meledak dengan 11 ace dan 54 winner. Dari hitung-hitungan unforced error, perbedaannya juga tidak jauh. Tsitsipas mencatatkan 43 eror, sementara Fabbiano 40 eror.
Hanya, permainan Fabbiano memang lebih efektif ketimbang Tsitsipas, terutama di first serve. Tercatat, Fabbiano memenangi sekitar 65% poin via first serve, sementara Tsitsipas cuma 37%. Model permainan macam itulah yang pada akhirnya mengantarkan Fabbiano menang 6-4, 3-6, 6-4, 6-7, (8-10) 6-3 atas Tsitsipas yang datang sebagai unggulan ketujuh.
ADVERTISEMENT
Situasi serupa juga menimpa Zverev. Melawan Jiri Vesely, Zverev kalah 6-4, 3-6, 2-6, 5-7. Yep, kemenangan di set pertama itu seolah tak ada artinya ketika diperhadapkan dengan comeback Vesely.
Tak berlebih memperkirakan Wimbledon 2019 sebagai Wimbledon terburuk buat Zverev. Petenis Jerman ini memulai pertandingan dengan meyakinkan. Ia bahkan mencetak 24 ace. Dua puluh empat ace dengan kecepatan servis tertinggi 228,52 km/jam. Bayangkan semengerikan apa Zverev yang datang ke Wimbledon sebagai unggulan keenam.
Tapi, nyatanya permainan Vesely membaik. Ia memang tidak seagresif Zverev. Tapi, kalau bermain defensif dapat membantumu bertahan dari kekalahan, kenapa tidak?
Hasil minor ini tak pelak membuat Zverev kecewa bukan kepalang. Ia bahkan menyebut kekalahan ini membuatnya terjerembap hingga ke bawah titik nol. Tambah mengecewakan karena sang kakak, Mischa Zverev, juga kalah di babak pertama dari petenis gaek asal Belgia, Steve Darcis.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, tak semua unggulan menghadapi situasi demikian. Finalis Wimbledon 2018, Kevin Anderson, menutup laga babak pertama dengan kemenangan atas petenis Prancis, Pierre-Hugues Herbert, 6-3, 6-4, 6-2.
Begitu pula dengan unggulan ketujuh tunggal putri, Simona Halep. Juara Prancis Terbuka 2018 ini bukannya tanpa kendala melawan petenis Belarus, Aliaksandra Sasnovich, terutama di set kedua. Setelah menang 6-4 di set pertama, Halep sempat tertinggal 2-5 di set kedua.
Alih-alih memenangi gim kedelapan dan melangkah ke set ketiga, Sasnovich justru kehilangan lima gim beruntun. Ya, begitulah. Halep melangkah ke babak kedua begitu kemenangan 7-5 di set kedua itu disegel.