5 Perempuan Muda Duta PBB yang Patut Anda Jadikan Inspirasi

6 Juli 2018 17:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perempuan Muda Duta PB, Malala Yousafzai dan Halima Aden (Foto: Instagram @malalafund dan @halima)
zoom-in-whitePerbesar
Perempuan Muda Duta PB, Malala Yousafzai dan Halima Aden (Foto: Instagram @malalafund dan @halima)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi korban penembakan, korban perkosaan, atau menjadi pengungsi yang harus meninggalkan negara sendiri akibat konflik tidak membuat perempuan-perempuan muda ini menyerahkan mimpi mereka begitu saja.
ADVERTISEMENT
Hal buruk yang telah menimpa Malala Yousafzai, Nadia Murad, Halima Aden, dan Jaha Dukureh, justru membuat mereka mampu menjadi sosok yang lebih peduli dan ingin mengubah dunia melalui perannya sebagai duta PBB. Kehebatan mereka juga telah menginspirasi Emma Watson yang terkenal peduli terhadap isu perempuan. Emma pun juga didaulat sebagai Goodwill Ambassador untuk UN Women.
Kiprah 5 perempuan ini dalam mengusung isu-isu seputar perempuan dan anak-anak sangat menginspirasi. Siapa saja?
1. Malala Yousafzai
Malala Yousafzai, 20 tahun, Aktivis Pendidikan dan Youngest UN Messenger of Peace (Foto: IG @malalafund)
zoom-in-whitePerbesar
Malala Yousafzai, 20 tahun, Aktivis Pendidikan dan Youngest UN Messenger of Peace (Foto: IG @malalafund)
Siapa yang kini tak kenal dengan Malala Yousafzai? Perempuan muda asal Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, ini sejak remaja selalu menginspirasi anak-anak perempuan untuk bersekolah. Ia menulis blog dengan nama samaran yang menceritakan penderitaannya hidup di bawah rezim Taliban. Ia kemudian menjadi sorotan dunia setelah ditembak kepalanya oleh anggota Taliban saat berusia 15 tahun.
ADVERTISEMENT
Pada 11 April 2017 lalu, Malala dinobatkan sebagai Pengabar Perdamaian atau Messengers of Peace Badan PBB. Ini adalah penghargaan tertinggi kedua yang diraihnya pasca mendapatkan Nobel Perdamaian pada tahun 2014. Anugerah ini membuatnya menjadi Messenger of Peace termuda yang pernah dipilih oleh PBB.
2. Emma Watson
Emma Watson, 28 tahun, Aktris dan Goodwill Ambassador for UN Women (Foto: IG @emmawatson)
zoom-in-whitePerbesar
Emma Watson, 28 tahun, Aktris dan Goodwill Ambassador for UN Women (Foto: IG @emmawatson)
Aktris berusia 28 tahun ini ditunjuk sebagai UN Women Goodwill Ambassador pada tahun Juli 2014 lalu saat ia masih berusia 24 tahun.
Sebagai Duta PBB untuk Perempuan, Emma Watson mendedikasikan semua usahanya untuk memberdayakan perempuan muda dan menjalankan kampanye HeForShe dalam menyuarakan kesetaraan gender. Di tahun 2016, pemeran Hermione Granger di film Harry Potter ini mengunjungi Malawi untuk berkampanye mengenai penghapusan praktik pernikahan anak. Di Malawi, ia bertemu dengan ketua adat serta perempuan perempuan muda yang telah dibebaskan dari pernikahan anak.
ADVERTISEMENT
3. Nadia Murad
Nadia Murad, 25 tahun. Aktivis Hak Asasi Manusia Yazidi dan Goodwill Ambassador Pertama untuk Martabat Korban Perdagangan Manusia PBB (Foto: IG @feedimo)
zoom-in-whitePerbesar
Nadia Murad, 25 tahun. Aktivis Hak Asasi Manusia Yazidi dan Goodwill Ambassador Pertama untuk Martabat Korban Perdagangan Manusia PBB (Foto: IG @feedimo)
Pada tahun 2015, Nadia Murad berbicara mengenai perdagangan manusia dan konflik di hadapan Dewan Keamanan PBB dan resmi menjadi Goodwill Ambassador bagi pejuang perdagangan manusia yang pertama untuk PBB sejak September 2016.
Di usia 19 tahun ketika Nadia masih berstatus mahasiswi dan tinggal di Desa Kocho di Sinjar, Irak Utara, tentara Negara Islam ( IS) menyerang masyarakat Yazidi. Mereka membunuh 600 orang di desa tersebut termasuk 6 saudara laki-laki Nadia. Ia sendiri ditangkap bersama lebih dari 6.700 perempuan lainnya dan di penjarakan di Irak untuk kemudian dijadikan budak.
Pada tahun 2014, ia berhasil melarikan diri dan dibawa oleh tetangganya yang berhasil mengeluarkan Nadia dari wilayah Negara Islam dan membawanya ke tempat pengungsian di Duhok, Irak Utara lalu ke Stuttgart, Jerman. Sejak itu ia aktif mengkampanyekan isu perdagangan manusia pada negara-negara yang dilanda konflik. Saat ini menjadi seorang aktivis HAM di Irak.
ADVERTISEMENT
4. Halima Aden
Halima Aden, 20 tahun, Somali-American Supermodel dan Goodwill Ambassador untuk UNICEF wilayah Amerika Serikat
 (Foto: IG @halima)
zoom-in-whitePerbesar
Halima Aden, 20 tahun, Somali-American Supermodel dan Goodwill Ambassador untuk UNICEF wilayah Amerika Serikat (Foto: IG @halima)
Pada 2018 ini, supermodel berdarah Somalia-Amerika, Halima Aden baru saja ditunjuk menjadi Duta untuk UNICEF wilayah Amerika Serikat.
Berita tersebut diumumkan setelah kunjungan Halima ke pos pengungsian sekaligus tempat kelahirannya di Kakuma, Kenya, bersama dengan UNICEF dan UNHCR.
Sebagai Duta UNICEF, supermodel berhijab ini akan menggunakan suaranya untuk mengajak anak-anak muda di seluruh wilayah Amerika Serikat untuk selalu mengutamakan anak-anak dalam segala hal.
Sebagai pengungsi di masa kecilnya saat konflik Somalia, Halima begitu memahami kebutuhan, harapan, dan impian lebih dari 30 juta anak-anak yang harus menjadi pengungsi di seluruh dunia akibat dampak dari daerah konflik. Perempuan berusia 20 tahun ini mengungkapkan bah perannya sebagai Duta UNICEF ini adalah pencapaian tertinggi yang pernah ia dapatkan.
ADVERTISEMENT
5. Jaha Dukurej
Jaha Dukureh, 29 tahun, CEO Safe Hands for Girls dan UN Women Regional Goodwill Ambassador untuk Afrika
 (Foto: IG @ambassadorlectures)
zoom-in-whitePerbesar
Jaha Dukureh, 29 tahun, CEO Safe Hands for Girls dan UN Women Regional Goodwill Ambassador untuk Afrika (Foto: IG @ambassadorlectures)
Dalam rangka memperingati International Day of Zero Tolerance for Female Genital Mutilation pada 6 Februari 2018 lalu, UN Women menunjuk Jaha Dukureh (29) dari Gambia sebagai Duta Wilayah Afrika yang Pertama untuk UN Women.
Tugas Jaha adalah untuk membantu UN Women dalam mengakhiri praktik penghilangan alat kelamin perempuan dan anak perempuan untuk alasan non-medis atau biasa dikenal dengan Female Genital Mutilation (FGM).
Jaha sendiri merupakan survivor dari kasus FGM dan ia juga pernah dipaksa untuk menikah muda saat Jaha masih berusia 15 tahun. Ia juga merupakan CEO dan pendiri dari organisasi Safe Hands for Girls yang membantu korban FGM di Afrika.