7 Mitos tentang Cokelat yang Belum Tentu Terbukti Kebenarannya

24 Mei 2017 12:09 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Coklat rendah kafein. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Coklat rendah kafein. (Foto: Thinkstock)
Siapa yang tak suka cokelat?
Mudah diolah serta memiliki khasiat kesehatan, membuat cokelat sangat digemari oleh semua kalangan usia, baik muda atau dewasa. Rasanya yang manis serta bertekstur lembut saat dikunyah menjadikan cokelat sebagai primadona di antara camilan manis lainnya.
ADVERTISEMENT
Namun, kebanyakan orang masih takut atau khawatir saat mengonsumsi cokelat. Mitos mengenai cokelat pun masih beredar hingga saat ini, seperti cokelat membuat wajah menjadi jerawatan, tubuh menjadi gemuk, hingga cokelat bisa membuat anak menjadi hiperaktif.
Padahal mitos tersebut belum dipastikan kebenarannya. Untuk mengetahui mitos apa saja terkait cokelat, simak ulasan berikut seperti dilansir Mother Nature Network:
1. Cokelat Bisa Meningkatakan Kolesterol Jahat
Coklat tak bikin kolesterol jahat meningkat (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Coklat tak bikin kolesterol jahat meningkat (Foto: Thinkstock)
Banyak orang yang beranggapan jika cokelat bisa menaikkan kolesterol jahat. Dan demi menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein), beberapa dari mereka rela untuk megurangi jumlah konsumsi cokelat demi menurunkan LDL tersebut. Menurut beberapa studi menunjukkan jika cokelat tidak meningkatkan kolesterol jahat, sebaliknya cokelat justru dapat menurunkan tingkat kolesterol.
ADVERTISEMENT
2. Cokelat Tinggi Kafein
Coklat rendah kafein dibandingkan dengan kopi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Coklat rendah kafein dibandingkan dengan kopi. (Foto: Thinkstock)
Cokelat memang mengandung kafein namun tidak setinggi yang orang-orang pikirkan selama ini. Contohnya saja, sebatang cokelat Hershey mengandung 9 miligram kafein dan Hershey Dark Chocolate mengandung 31 miligram kafein. Hal ini tidak bisa dibandingkan dengan kandungan kafein pada segelas Starbucks Brewed Coffee ukuran grande yang mengandung sekitar 320 miligram kafein.
Semakin gelap warna sebuah cokelat, semakin tinggi kandungan kafein di dalamnya. Namun, tetap saja hal ini tidak bisa dibandingkan dengan kafein yang terkandung dalam segelas kopi.
3. Pasien Diabetes Harus Berhenti Konsumsi Cokelat
Pasien diabetes tak masalah makan coklat. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pasien diabetes tak masalah makan coklat. (Foto: Thinkstock)
cokelat tak sepenuhnya harus dihindari oleh mereka yang menderita diabetes. Faktanya, cokelat memiliki kandungan indeks glikemik yang rendah. Studi yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan jika dark chocolate mungkin bisa meningkatkan insulin pada orang dengan gula darah normal. Juga mampu memperbaiki disfungsi endotel pada penderita diabetes.
ADVERTISEMENT
4. Cokelat Sebabkan Gigi Berlubang
Coklat tak bikin gigi berlubang. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Coklat tak bikin gigi berlubang. (Foto: Thinkstock)
Gigi berlubang tidak selalu disebabkan akibat konsumsi cokelat. Kerusakan gigi yang kamu alami mungkin saja berasal dari jarangnya menggosok gigi setelah memakan cokelat. Studi yang dilakukan oleh Osaka University di Jepang menemukan jika bagian dari biji kakao (bahan utama cokelat) mampu menghambat bakteri mulut dan mencegah kerusakan gigi.
Setelah mengetahui fakta ini, bukan berarti nantinya kamu tidak akan menggosok gigi setelah konsumsi makanan manis. Tetap rajin menggosok gigi agar sisa makanan yang menempel bisa terangkat.
5. Cokelat Bikin Gemuk
Dimakan terlalu banyak, coklat bikin gemuk. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Dimakan terlalu banyak, coklat bikin gemuk. (Foto: Thinkstock)
Tentu semua makanan manis bisa bikin kamu gemuk. Hal ini jelas akan terjadi jika kamu mengonsumsi cokelat terlalu banyak atau melewati batas normal. Berdasarkan National Institutes of Health, konsumsi cokelat dalam jumlah sedikit setiap lima hari dalam seminggu dikaitkan dengan BMI yang lebih rendah. BMI atau Body Mass Index adalah indeks berat badan yang biasa digunakan untuk mengukur kenormalan berat badan seseorang.
ADVERTISEMENT
6. Cokelat Tak Bergizi
Coklat banyak mengandung nutrisi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Coklat banyak mengandung nutrisi. (Foto: Thinkstock)
Banyak orang yang berpikir jika tidak ada kandungan nutrisi pada sebatang cokelat. Padahal, Kamu mungkin selama ini hanya berpikir jika tak ada kandungan nutrisi pada sebatang cokelat. Padahal segudang nutrisi bisa kamu temukan di cokelat. Satu batang dark chocolate mengandung kapasitas antioksidan yang menyamai dua cangkir teh hijau atau 2/3 cup blueberry. cokelat juga mengandung mineral dan serat yang baik bagi kelancaran metabolisme tubuh.
7. Cokelat Menimbulkan Jerawat
Coklat tak timbulkan jerawat. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Coklat tak timbulkan jerawat. (Foto: Thinkstock)
Mitos yang satu ini mungkin yang paling sering dibicarakan. Dan mitos ini cukup populer di kalangan remaja. Banyak kaum remaja yang menganggap jika konsumsi cokelat bisa timbulkan jerawat di wajah.
Padahal, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh American Medical Association mengumumkan jika tak ada kaitannya antara cokelat dan jerawat. Bahkan jika kamu makan cokelat dalam jumlah banyak tidak akan memperburuk jerawat secara klinis.
ADVERTISEMENT