Adakah Cinta Pada Pandangan Pertama?

3 Januari 2019 9:36 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cinta pada pandangan pertama. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cinta pada pandangan pertama. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Seorang pria bernama Sun di Beijing, China, jatuh cinta pada seorang perempuan yang hanya dilihatnya selama 10 detik di sebuah toko buku. Sun yakin perempuan itu merupakan gadis impiannya, dan dia harus menyatakan perasaan cintanya.
ADVERTISEMENT
Saat pertemuan singkat itu, Sun tidak sempat bertanya siapa nama dan di mana perempuan itu tinggal. Yang diingat, perempuan itu mengenakan jaket kuning dan berambut ikal pirang.
Sejak pertemuan itu, Sun mengaku tak bisa berhenti memikirkannya. Dia menggambar sketsa wajah perempuan itu, dan membagikannya ke orang-orang di sekitar toko buku.
Ilustrasi cinta pada pandangan pertama. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cinta pada pandangan pertama. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Dia juga menunggu berhari-hari di toko buku, berharap bisa bertemu dengan sang pujaan hati. 50 hari Sun menunggu, namun gadis yang dicarinya tak juga muncul. Sun bahkan harus keluar dari pekerjaannya karena tidak punya waktu untuk bekerja.
Seperti dilansir World of Buzz, pria berusia 25 tahun itu tak habis akal. Untuk menemukan cintanya, dia akhirnya memutuskan untuk menggugat perempuan yang tidak diketahui identitasnya itu ke pengadilan. Menurutnya perempuan yang ditemui pada 24 September 2018 itu telah menyebabkan tekanan emosional. Tapi gugatan itu ditolak oleh pengadilan.
ADVERTISEMENT
Kisah Sun diunggah ke media sosial di China dan viral. Banyak yang menganggap Sun tidak logis karena jatuh cinta hanya dengan melihat seorang perempuan selama 10 detik.
Lalu, apakah benar cinta pada pandangan pertama itu ada?
Menurut Dosen Filsafat Universitas Indonesia, Saras Dewi, cinta pada pandangan pertama lebih cenderung kepada perasaan kesukaan manusia terhadap hal-hal atributif.
Dosen Filsafat Universitas Indonesia, Saras Dewi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dosen Filsafat Universitas Indonesia, Saras Dewi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Saras mengatakan, menurut antropolog Helen Fisher, jatuh cinta pada pandangan pertama adalah wujud dari upaya seleksi. Seleksi yang terjadi berupa bentuk kerja otak, insting, juga terkait dengan bagaimana dia melihat sesuatu, semisal suka atau tidak suka.
“Apa yang kemudian menyebabkan misalnya individu A dibanding individu B bisa lebih menarik dibandingkan individu lainnya. Individu A untuk saya misalnya. Itu menurut Helen Fisher juga ya salah satu kerja otak memilah orang yang dia favoritkan,” kata Yayas.
ADVERTISEMENT
Dalam proses seleksi tersebut juga terjadi evolusi. Dahulu, di masa yang lebih lampau manusia tidak mengalami hal-hal rumit, seperti memikirkan apa itu jatuh cinta, apa itu suka, atau apa itu memilih.
Meski proses cinta dan mencintai terus berevolusi, perihal jatuh cinta pada pandangan pertama pada prinsipnya tak semua orang bisa merasakannya. Semua tergantung kepada karakteristik masing-masing individu.
Senada dengan Saras, Anggia Darmawan yang merupakan profesional konselor, praktisi psikologi, dan psikoterapis ini, menyampaikan hal yang sama. Cinta pada pandangan pertama itu lebih kepada kekaguman yang tampak dari mata.
“Apakah memang rambutnya yang tergerai, atau misalnya body-nya, atau kulitnya yang sangat halus. Bisa terkait dengan imaji yang dilihat secara mata,” katanya.
ADVERTISEMENT
Benarkah cinta pada pandangan pertama itu ada? Seperti apa ciri-ciri orang yang mengalaminya, dan bagaimana cinta pada pandangan pertama itu bisa muncul?
Simak ulasan lengkap konten spesial kumparan dengan follow topik Cinta Pandangan Pertama.