Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Asal Mula Ang Pao, Si Amplop Merah Pembawa Rezeki
25 Januari 2017 10:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Hari raya Imlek segera tiba! Ini berarti, masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa akan merayakan tahun baru Imlek 2568 dengan berkumpul bersama seluruh keluarga besar dan membagikan ang pao.
ADVERTISEMENT
Amplop merah yang identik dengan tradisi perayaan tahun baru China atau Imlek ini memiliki pelafalan yang berbeda-beda. Dalam bahasa mandarin, amplop merah ini disebut dengan istilah hóngbāo, masyarakat Kanton menyebut lai see, sedangkan dialek Hokkien masyarakat Taiwan melafalkannya dengan ang pao.
Pada saat tahun baru Imlek, ang pao sendiri diberikan oleh orang yang lebih tua kepada yang lebih muda. Biasanya, ang pao diberikan oleh kakek, nenek, ayah, ibu, om, tante, dan seluruh kerabat yang dituakan kepada anak, cucu, dan keponakan masing-masing.
Sesuai tradisi, ang pao yang berisi uang akan diberikan setelah sang anak melakukan soja atau salam hormat sambil mengucapkan Gong Xi Fa Cai alias selamat tahun baru Imlek kepada orang yang dituakan. Namun, yang boleh menerima ang pao hanyalah anak kecil dan orang yang belum menikah.
ADVERTISEMENT
Jika kamu sudah menikah, justru kamulah yang harus memberikan ang pao kepada anak kecil, seluruh sepupu dan keponakan yang belum menikah.
Tradisi yang satu ini sudah berjalan selama ribuan tahun yang lalu. Pemberian ang pao sendiri melambangkan keberuntungan, harapan untuk umur panjang, kemakmuran, dan kesehatan bagi penerimanya. Sedangkan bagi si pemberi, ini merupakan sarana berbagi rezeki kepada sanak keluarga dan orang terdekat.
Namun esensi utama angpao sendiri bukan terletak pada jumlah uang yang diberikan, namun pada warna merah pada kertas ang pao tersebut. Bagi masyarakat keturunan Tionghoa di seluruh dunia, warna merah melambangkan keberuntungan, kemakmuran, umur panjang, dan kebahagiaan.
Merah juga dipercaya bisa menjauhkan penerimanya dari energi negatif atau sial. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa kertas ang pao selalu berwarna merah. Kini, ang pao sejatinya tak hanya diberikan sebatas pada saat Imlek atau Sincia saja. Ang pao juga diberikan pada berbagai acara dan perayaan seperti hari pernikahan dan ulang tahun.
ADVERTISEMENT
Saat menerima ang pao, merupakan hal yang sangat tidak sopan untuk membuka ataupun mengintip isinya di depan si pemberi. Kamu baru boleh membukanya hanya pada saat si pemberi sudah tidak ada, atau pada saat kamu sudah berada di rumah.
Lantas, darimana tradisi yang satu ini berasal?
Asal mula tradisi pemberian ang pao sendiri masih simpang siur hingga kini. Yang jelas, tradisi ini sudah diwariskan secara turun temurun di dunia. Tradisi memberikan ang pao ini dijelaskan juga bermula sekitar zaman Dinasti Ming dan Qing, dan uang kertas ditemukan pada zaman Dinasti Song.
Namun karena uang kertas pada masa itu sangat besar nominalnya, maka jarang diberikan kepada anak-anak kecil. Pecahan uang terkecil pada masa itu adalah kepingan koin perunggu bernama wen atau tong bao. Pada bagian tengahnya terdapat lubangan segi empat.
ADVERTISEMENT
Para orang kaya biasanya memberikan 100 keping koin tersebut dengan mengikatnya menjadi untaian dengan tali merah. Untaian uang ini diberikan dengan harapan sang anak akan berumur panjang dan sehat. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa kita selalu melihat ilustrasi untaian koin emas setiap tahun baru Imlek menjelang. Seiring perkembangan zaman ang pao berubah bentuk menjadi amplop merah berisi uang kertas seperti yang kita kenal saat ini.