Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Bincang Karier: MUA Allyssa Hawadi, Kejar llmu hingga ke New York
17 Juli 2018 16:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Ada pepatah yang mengatakan, kerjarlah cita-cita setinggi langit. Rupanya, hal ini dimaknai benar oleh makeup artist Allyssa Hawadi. Kecintaan Allyssa pada dunia makeup dimulai saat remaja. Kala itu, ia menaruh minat besar pada dunia kecantikan dan menggelutinya sebagai hobi. Hingga akhirnya, Allyssa membulatkan tekadnya untuk mengejar impiannya berkecimpung di dunia kecantikan dengan menuntut ilmu di Amerika.
ADVERTISEMENT
Tak puas belajar di Amerika, rupanya perempuan yang akrab disapa Caca ini meneruskan menuntut ilmu ke Inggris. Dan ketika ia kembali ke Indonesia, ia menjadi salah satu makeup artist yang cukup diperhitungkan. Simak perbincangan kumparanSTYLE dengan Allyssa di Sephora PIM, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Sejak kapan Anda menaruh minat besar pada dunia kecantikan?
Saya mulai suka dengan makeup dari kecil. Akhirnya di 2011 hingga 2012, ketika saya berusia 19 tahun saya mengambill sekolah makeup di The Make-up Designory, Manhattan. Di sana saya banyak belajar tentang makeup natural. Enam bulan di sana, saya belajar lagi ke The London School of Beauty and Makeup, di daerah Barbican, London. Di sana saya belajar semuanya, makeup, hair do, cara memijit, manicure, pedicure, hampir semuanya. Karena di sana kita diajarkan bagaimana caranya menjadi makeup artist dan beautycian.
ADVERTISEMENT
Setelah belajar di Amerika dan Inggris, saya kembali ke Indonesia dan memutuskan untuk sekolah lagi di Martha Tilaar Beauty School. Yang dipelajari sangat berbeda, karena saya belajar makeup pengantin tradisional. Jadi seperti makeup dan paes ageng. Jadi seimbang, antara internasional dan tradisional.
Masih ingat siapa klien pertama yang Anda rias?
Klien pertama saya teman satu kampus. Waktu itu dia akan melakukan pemotretan dan saya belum punya bujet untuk bayar model, jadi kami saling tukar jasa. Dan karena untuk pemotretan jadi ada banyak jenis lampu-lampu studio, makeupnya harus tebal.
Berkecimpung di dunia makeup hampir 8 tahun, adakah suka duka yang sering dialami selama menjadi makeup artist?
Sebenarnya banyak sukanya karena makeup adalah passion saya. Dukanya adalah saya harus bekerja di waktu orang-orang libur dan keluarga saya sedang berkumpul. Selain itu, mungkin dari sisi kesehatan, saya harus bangun pagi-pagi buta, misalnya saya harus makeup pengantin Batak, nah itu jam 2 pagi sudah harus makeup. Terus jam 6 pagi pulang dan baru tidur. Jadi jamnya terbalik. Ketika balik ke rumah orang-orang sudah beraktifitas, saya baru mau istirahat.
ADVERTISEMENT
Dan untuk hari libur, saya biasanya selalu ambil libur di hari Senin. Karena saya seorang istri, jadi saya harus bisa spend time dengan suami. Dan karena suami saya fotografer, sebenarnya walau saya tidak libur, kami tetap bisa berkumpul bareng.

Apa tantangan tersulit yang sering Anda hadapi Allyssa sebagai makeup artist?
Tantangan tersulitnya ketika seorang klien mempunyai pemahaman sendiri tentang makeup, tetapi tidak sesuai dengan ajaran. Misalnya, banyak ibu-ibu yang kalau dirias di salon, dipakaikan foundation dalam keadaan basah. Padahal, setiap orang cara meriasnya berbeda, tetapi dia selalu menyamakan cara merias orang lain dengan cara saya merias.
Akhirnya, saya jelaskan dan saya berikan pengertian ke mereka, 'tante, kalau saya tidak begitu. biasanya saya pakaikan foundation dalam keadaan kering'. Terkadang mereka mengerti tapi ada juga yang susah mengerti. Karena kalau sudah bertahun-tahun dirias seperti itu, agak susah untuk mengubah pemikiran mereka.
ADVERTISEMENT
Most of the time, ada yang mengerti dan ada yang tidak. Contoh lain lagi, misalnya dia pakai kebaya warna biru, dan dia mau pakai eyeshadow-nya warna biru juga. Itu sudah zaman dulu banget. Tapi karena dia berpuluh-puluh tahun di makeup-in seperti itu, tidak bisa saya ubah lagi.
Di samping itu semua, sejauh ini tidak ada masalah dalam merias. Kalau ada duka saya tidak anggap sebagai beban, karena itu adalah part of the job.
Adakah perbedaan teknik makeup saat merias pengantin tradisional dan internasional?
Kalau pengantin internasional mintanya makeup yang effortless, seperti Meghan Markle. Semua orang Indonesia sepertinya banyak yang complaint dengan makeup seperti itu. Tapi si pengantinnya sendiri memang inginnya seperti itu dan ingin terlihat seperti diri mereka sendiri on her big day.
ADVERTISEMENT
Tetapi banyak juga orang-orang Indonesia yang punya pikiran kalau mereka suka menyewa jasa makeup artist, jadi wajahnya harus dibuat se-pangling mungkin. Dari situ yang sangat terlihat sekali perbedaannya.
Saya sendiri menganggap hal itu wajar, karena setiap orang punya pemikiran masing-masing. Ada orang Indonesia yang suka riasan natural, ada juga orang asing yang suka riasan tebal. Jadi balik lagi ke selera, ya.
Adakah beauty hacks yang sering Allyssa terapkan setiap merias wajah?
Saat saya lupa membawa blush on, saya pakai lipstik sebagai blush karena warnanya lebih nyata. Kedua, lipstik yang warnanya kecokelatan juga bagus jadi eyeshadow. Dan, mau makeup sebagus apapun, foundation semahal apapun, jika kulit tidak dirawat maksimal, foundation tidak akan pernah tahan lama. Bahkan primer yang diklaim tahan hingga 24 jam juga tidak akan tahan selama itu kalau kulit tidak dirawat. So taking care of your skin is very important.
ADVERTISEMENT
Terakhir, adakah tips untuk perempuan yang ingin berkarier menjadi makeup artist?
Saran saya, yang penting percaya diri saja. Kalau Anda tidak percaya diri, mau merias orang sampai 10 tahun lamanya juga tidak akan maksimal. Untuk yang tidak percaya diri karena terganjal bujet makeup, sebenarnya pakai makeup drugstore juga tidak apa-apa. Jadi jangan takut terhalang biaya.
Simak cerita perempuan inspiratif lainnya di topik sheinspiresme.