Cerita Pulau Asutubun di Maluku Tenggara Barat yang Legendaris

19 Agustus 2017 8:02 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pulau Asutubun, Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Asutubun, Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kamu semua pasti pernah mendengar kisah soal legenda Ratu Pantai Selatan yang ada di Yogyakarta. Nyi Roro Kidul dikenal sebagai dewi atau ratu yang termahsyur di kalangan masyarakat Jawa dan Bali.
ADVERTISEMENT
Jika Yogyakarta punya Nyi Roro Kidul, maka Pulau Asutubun di Maluku Tenggara Barat punya Inkelu.
Inkelu sejatinya merupakan sosok perempuan yang jadi penunggu sekaligus pelindung Pulau Asutubun. Keberadaan Inkelu sudah diketahui sejak zaman dahulu.
Semasa hidupnya, Inkelu dikenal sebagai perempuan cantik yang memiliki kesaktian dan ilmu tinggi. Saking hebatnya, Inkelu bahkan dikisahkan mampu berjalan di atas air.
Tak ada satupun yang mampu mengalahkan kesaktian Inkelu. Banyak orang coba menyerang dan menjatuhkan Inkelu untuk merebut Pulau Asutubun yang jadi kediamannya, namun tak ada yang berhasil.
Hingga suatu ketika, semua suku dari berbagai wilayah Tanimbar bersatu untuk melawan Inkelu. Usaha menghimpun kekuatan ini akhirnya berhasil mengalahkannya dan Inkelu pun meninggal.
ADVERTISEMENT
"Dulu kan perang-perang ini antar kampung. Namun satupun tak mempan karena perempuan ini," jelas Royg Batsire Fanumbi, penduduk asli Olilit. "Nah kalau mau bukti, lihat orang-orang yang dibunuhnya itu di belakang situ ada tengkorak semua sudah jadi batu di goa," sambungnya lagi.
Sejak saat itu, Inkelu menjelma jadi penunggu dan pelindung abadi yang menetap di Pulau Asutubun.
Pulau Asutubun, Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Asutubun, Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Ditutur Royg, kejadian ini terjadi jauh di masa lampau. "Kita (saya) ada keturunan beliau. Datuk (nenek) saya itu," jelas pria berusia 50 tahun ini.
Meski melindungi wilayah ini, uniknya, Inkelu bukanlah warga asli Tanimbar. Ia justru berasal dari Madura.
Saat memasuki era perang Majapahit, keraton Madura menolak terlibat dan kabur ke Maluku. Inkelu pun menikah dengan warga Olilit dan menyandang marga Fanumbi.
ADVERTISEMENT
Hanya warga asli Olilit keturunan Fanumbi yang bebas memasuki Pulau Asutubun sesuka hati. Bahkan bisa dikatakan, marga Fanumbi merupakan pemilik Pulau Asutubun.
Pulau Asutubun, Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Asutubun, Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Setiap orang asing yang berkunjung ke Pulau Asutubun harus meminta izin terlebih dahulu kepada Inkelu. Caranya, pendatang tersebut harus mengajak satu orang bermarga Fanumbi untuk meminta izin dan menemani perjalanan ke pulau ini. Karena hal inilah, kumparan mengajak Royg, yang merupakan keturunan langsung Inkelu, untuk menemani kunjungan ini.
Di Pulau Asutubun ini sejatinya terdapat sangat banyak pantai cantik yang tersebar di seluruh pelosok. Antara lain Pantai Sambunyi, Pantai Satu, Pantai Dua, Pantai Tiga, dan masih banyak lagi.
Pria paruh baya inipun menjelaskan bahwa pantai yang disebutkan di atas memiliki nama asli. "Nama itu disebut-sebut orang saja itu. Ada nama aslinya, Pantai Laranskuail (satu), Pantai Laranyatak (dua), Pantai Laranmelawasbintabun (tiga), lalu Pantai Bointubun (Sambunyi)," bebernya lengkap.
ADVERTISEMENT
"Di sini kalau teriak-teriak sembarang bisa hilang," peringat Royg. "Tidak boleh maki-maki, teriak kasar, juga mesum," kata dia.
Royg juga menceritakan beberapa kasus orang hilang yang pernah terjadi di Pulau Asutubun. "Dulu ada orang Buton datang, mengaku-ngaku bisa juga petuhanan dan bicara dengan datuk saya (Inkelu) itu, tapi ternyata tidak bisa. Dia hilang, polisi sudah cari bagaimanapun tidak ketemu," kisahnya.
Pulau Asutubun, Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Asutubun, Saumlaki (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
"Lalu orang sana cari orang pintar di Jawa, yang bisa lihat makhluk halus. Lalu mereka suruh cari orang yang namanya Ubikaman. Almarhum bapak saya, lalu mereka cari datang ke sini, tapi orang bilang sudah meninggal, dan sekarang hanya ada saya," tuturnya. "Lalu saya bilang, kalau saya datang sembahyang dan teriak (di Pulau), baru bisa dapat (ketemu) mereka. Saya bisa buktikan," ujar Royg pelan.
ADVERTISEMENT
Inkelu sendiri bersemayam di salah satu pantai yang ada di Pulau Asutubun, yaitu Sife. Pantai ini memiliki pasir yang berbeda dari tempat lainnya: halus bak tepung terigu.
Banyak orang mengatakan, bahwa setiap kali mereka datang ke pantai ini, terdengar suara ayam berkokok. Padahal, sama sekali tak ada seekor pun ayam hidup yang berkeliaran di sana.
Konon, suara tersebut merupakan ayam milik Inkelu yang telah berubah menjadi batu. "Sife itu artinya ayam. Ayamnya benar jadi batu, kalau pergi bisa lihat di situ," jelas Royg sembari menunjuk ke arah pulau.
Cara memanggil atau membujuk Inkelu untuk memulangkan orang yang ditawannya adalah mempersiapkan sederet sesajen khusus. "Saya datang siapkan sopi, sirih, pinang, ada kapur, baru manggil. Ada kain tenun juga," urainya. "Siang boleh, malam boleh, yang penting saya yang panggil," kaya Royg.
ADVERTISEMENT
"Dulu pernah ada orang yang hilang sudah satu bulan, saya panggil, lalu ketemu (muncul) begitu saja di pantai. Dia tidak bisa ngomong sama sekali (bisu) karena sudah lama hidup di tempat arwah, lalu saya sembahyang lagi, beri air minum, setelah itu baru mereka bisa ngomong seperti kita kembali," sambungnya.
Setelah memperoleh kembali kemampuan bicaranya, orang tersebut membeberkan pengelaman mengerikan yang dialaminya selama ditawan Inkelu. Katanya, Pulau Astubun sejatinya merupakan kota yang sangat besar di dunia arwah.
Pengibaran Merah Putih di Pulau Asutubun (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengibaran Merah Putih di Pulau Asutubun (Foto: Stephanie Elia/kumparan)
Royg, yang bisa dikatakan sebagai juru kunci Pulau Asutubun pun menceritakan pengalamannya saat 'berjumpa' dengan Inkelu. "Pernah saya mancing, daerah ini kan tempat mancing. Saya pernah lihat beliau keluar dari air, pakaiannya kain sampai di dada (kemben), dia berdiri di atas air. Cantik," ujar Royg membeberkan pengalamannya.
ADVERTISEMENT
Royg juga memperingatkan orang asing untuk selalu berhati-hati dan menjaga sikap saat mengunjungi Pulau ini. Jika datang seorang diri, Inkelu dikatakan bisa menyamar jadi pasangan atau orang terdekat yang kamu miliki. Lengkap dengan wujud, logat, dan bahasa tubuhnya .
Jika sudah begini, kamu akan tertipu dan terjebak mengikuti Inkelu masuk ke dunianya. Jadi, perhatikan sikap saat bertandang ke pulau ini, ya!