Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Cincin Sebagai Lambang Ikatan Cinta Antara Kamu dan si Dia
20 Maret 2017 11:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT

If you liked it then you shoulda put a ring on it..
ADVERTISEMENT
Merasa familiar dengan lirik lagu tersebut?
Ya, itu merupakan penggalan lirik dari lagu Single Ladies yang dilantunkan oleh Beyonce.
Saat hubungan antara sepasang kekasih menanjak semakin serius, biasanya akan berlanjut pada ikatan pertunangan yang ditandai dengan pemberian sebuah cincin. Cincin ini dikenal dengan istilah cincin pertunangan.
Untuk melamar sang kekasih, biasanya pria akan memberikan sebuah cincin pertunangan untuk menunjukkan niatnya dalam membawa hubungan tersebut menuju sebuah ikatan pernikahan. Di Indonesia sendiri, tradisi ini biasanya dilakukan dengan dua cara.
Yang pertama adalah hanya pihak perempuan saja yang mengenakan cincin pertunangan, sedangkan lelaki tidak. Pihak lelakilah yang melamar dan langsung menyematkan cincin pada jari manis perempuan.
ADVERTISEMENT
Yang kedua, ikatan pertunangan dilakukan dengan melakukan ritual tukar cincin yang mengharuskan kedua pihak mengenakan cincin pertunangan. Acara lamaran ini biasanya digelar di depan seluruh anggota keluarga besar kedua belah pihak.
Jika sudah mengenakan cincin pertunangan, ini menandakan bahwa kedua belah pihak telah 'diikat' satu sama lain. Secara tak langsung, hal ini dilakukan untuk menunjukkan pada orang lain bahwa keduanya sudah memiliki pasangan dan akan segera menikah.
Namun, pernahkah kamu terpikir mengenai alasan di balik penggunaan cincin sebagai lambang ikatan cinta antar manusia? Mengapa bukan kalung, gelang, atau aneka perhiasan lainnya?
Sejarah cincin sebagai simbol komitmen ini bermula dari Mesir Kuno. Cincin dipilih sejak ratusan tahun lalu karena bentuknya yang bundar dan tak memiliki ujung. Ini dianggap sempurna untuk menyimbolkan sebuah siklus yang abadi dan tiada akhir.
ADVERTISEMENT
Orang Mesir menempatkan cincin pada jari manis tangan kiri. Hal ini dikarenakan pada jari manis terdapat pembuluh darah yang langsung mengalir ke jantung. Pembuluh ini dikenal dengan sebutan vena amoris.
Namun tradisi pemberian cincin kepada perempuan sebagai lambang pengikat dimulai oleh orang Romawi kuno. Bagi mereka, cincin diberikan untuk menunjukkan rasa penghargaan dan keinginan untuk melindungi pasangannya. Pada masa ini, cincin lebih ditekankan sebagai lambang kepemilikan terhadap perempuan, bukannya cinta.
Sejarah penggunaan cincin untuk mengesahkan ikatan pertunangan sendiri masih simpang siur. Ada yang mengatakan bahwa tradisi ini dimulai oleh pria bernama Pobe Innocent III pada 1215 silam. Ialah yang mencetuskan bahwa cincin pertunangan merupakan sebuah lambang 'masa tunggu' menjelang hari pernikahan digelar.
ADVERTISEMENT
Pada masa ini, cincin juga dianggap sebagai lambang status sosial sang pria. Semakin besar, indah, dan mahal cincin yang diberikan kepada perempuan, semakin tinggi pulalah status sosialnya. Di Mesir, cincin menjadi lambang bahwa sang pria telah siap untuk berbagi kekayaan dengan pasangannya.
Namun ada juga yang menyatakan bahwa tradisi ini diciptakan oleh Archduke Maximillian dari Austria pada 1477. Dikatakan bahwa Archduke memberikan cincin berlian saat melamar sang kekasih, Mary of Burgundy. Hal ini lantas ditiru oleh pria seluruh dunia dan masih berlangsung hingga kini.
Cincin saat ini dikenal sebagai simbol komitmen yang mengindikasikan keintiman dan koneksi yang kuat antara dua manusia. Simbol ini diberikan untuk memberikan rasa aman dan keyakinan dalam sebuah hubungan.
ADVERTISEMENT