Dibully Parah karena Bentuk Tubuh, Tyas Hapsari Balas dengan Prestasi

2 Agustus 2018 11:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tyas Dhini Hapsari (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tyas Dhini Hapsari (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tubuh besar, tinggi, rambut keriting, dan kulit hitam. Terlahir dengan kondisi tubuh seperti ini membuat seorang perempuan bernama Tyas Dhini Hapsari kerap mendapat ejekan yang berujung pada bully. Masa kecilnya dilalui Tyas dengan hari-hari yang dipenuhi ejekan dari orang-orang di sekelilingnya.
ADVERTISEMENT
Tyas sendiri adalah salah satu dari delapan perempuan yang kami wawancarai tentang body diversity atau keanekaragaman bentuk tubuh.
Ia berbagi pengalamannya menghadapi bully karena bentuk tubuhnya. Bayangkan saja, sejak SD ia merupakan murid dengan perawakan paling besar di kelasnya. Rambutnya keriting kecil-kecil dan mengembang serta kulitnya hitam. Dilihat sepintas, Tyas mirip dengan perempuan dari Indonesia bagian Timur. Padahal, ia merupakan perempuan berdarah Jawa tulen.
Tyas Dhini Hapsari (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tyas Dhini Hapsari (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
"Saya sering dibully sejak SD, karena di antara murid-murid lainnya, saya yang paling besar di kelas. Saat dibully, saya pasti marah dan mengamuk. Orang-orang mengiranya saya galak," ceritanya saat berbincang di kantor kumparan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Tidak terima begitu saja saat dibully, Tyas berusaha untuk melawan dengan segala upayanya. "Kalau enggak salah pas SD atau SMP, ada yang ngebully saya. Saya kesal dan saya tonjok, akhirnya giginya hilang," kenang Tyas dengan penuh berapi-api.
ADVERTISEMENT
Pengalaman diejek dan dibully membuat Tyas minder dan malu untuk berinteraksi. Hasilnya, ia menjadi pribadi yang pemarah dan selalu mengurung diri di rumah. Bahkan, ayahnya sering menyuruhnya untuk bermain di luar rumah, tetapi tidak digubrisnya. Ia sudah terlalu sebal dan emosi dengan lingkungan di sekitarnya.
Tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama. Sejak masuk SMP hingga kuliah, memang masih ada beberapa orang yang kerap melakukan bullying padanya, tetapi tidak terlalu banyak.
Tyas Dhini Hapsari (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tyas Dhini Hapsari (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
Sejak sering mendapat ejekan, Tyas sering mendapat masukan dari orang-orang sekitarnya. Beberapa orang mengatakan bully-an tersebut tidak perlu ditanggapi. Jika ada yang menghina, cukup didiamkan saja. Beberapa orang lainnya memberikannya saran untuk menguruskan badan, dengan alasan 'kalau kamu kurus pasti kamu cantik'.
ADVERTISEMENT
"Sering dihina seperti itu, saya selalu dapat dukungan percaya diri dari ayah saja. Dia yang memberikan semangat dan bilang kalau bullying itu tidak perlu dimasukkan ke hati," lanjut Tyas.
Dukungan sang ayah tersebut berhasil. Tyas berubah menjadi pribadi yang lebih terbuka dan supel. Minat besarnya pada dunia kecantikan membuat ia memutuskan untuk mengambil kuliah di bidang tata rias. Kini, ia sukses bekerja sebagai salah satu tim makeup artist dari Wardah Cosmetics sejak 6 tahun lalu dan memiliki kerjaan sambilan sebagai model katalog khusus baju plus size.
Saat ditanya tentang makna body diversity, bagi Tyas adalah bukan hanya sekadar menyadari bahwa bentuk tubuh yang berbeda-beda, tetapi bagaimana kita bisa mencintai bentuk tubuh yang berbeda ini.
ADVERTISEMENT
"Coba Anda jatuh cinta dengan diri sendiri, ketika Anda merasa sayang dengan diri Anda, aura positif di dalam diri Anda pasti keluar dengan sendirinya," katanya.
Namun sayang, menurutnya kesadaran orang-orang di sekitarnya tentang keanekaragaman bentuk tubuh belum merata. Mereka sadar akan adanya body diversity, tetapi masih terkungkung kepada pemikiran bahwa perempuan cantik adalah ia yang bertubuh langsing dan berkulit putih.
Tyas Dhini, sering dibully karena rambut keritingnya (Foto: dok. pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Tyas Dhini, sering dibully karena rambut keritingnya (Foto: dok. pribadi)
Meski demikian, perempuan kelahiran 1988 ini tetap merasa percaya diri akan bentuk tubuhnya, tidak peduli dengan kata orang-orang yang menghinanya.
"Yang bikin saya percaya diri adalah saya punya keahlian makeup. Kedua saya merasa bahwa orang-orang mulai bisa menerima saya. Ketiga, saya merasa enjoy menjalani hidup saya. Rambut keriting saya, mau dilurusin juga pasti akan keriting lagi. Kulit saya, mau dijadikan putih juga pasti akan hitam lagi. Jadi terima saja apa adanya," ungkap Tyas.
ADVERTISEMENT
Di akhir perbincangan, Tyas berpesan kepada perempuan yang kurang percaya diri karena bentuk tubuhnya untuk tidak mendengarkan omongan orang lain jika mereka berkomentar kurang pantas terhadap bentuk tubuh.
"Pesan saya lebih percaya diri saja. Tidak perlu dengarkan omongan orang lain. Anda nyaman dengan diri sendiri dan tidak menyusahkan orang, dengan demikian, Anda bisa bebas melakukan apapun," pungkasnya.