Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Eksotisme Batik Akhiri PIFW 2018 dengan Sempurna
24 Maret 2018 8:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Harus diakui, tak ada yang mampu mengalahkan eksotisme dan keistimewaan batik .
ADVERTISEMENT
Pesonanya yang orisinil sukses membuat banyak orang, khususnya desainer, jatuh cinta. Kini, kain tradisional asli Indonesia ini sudah menjadi tuan di rumah sendiri.
Batik pun dipilih sebagai primadona untuk menyempurnakan puncak pergelaran Plaza Indonesia Fashion Week 2018 .
Berlokasi di The Warehouse Plaza Indonesia, puncak pekan mode ini dimeriahkan oleh sederet desainer kebanggaan Tanah Air. Yaitu Parang Kencana, Wilson Willim, Amanda Indah Lestari dari Lekat, Alleira Batik, Rama Dauhan, Barli Asmara, Populo Batik, Iwan Tirta, dan Auguste Soesastro.
Kesembilan desainer ini menyatu dalam sebuah panggung mode bertajuk ‘Kain’.
Pergelaran malam itu diawali oleh nuansa modern yang ditampilkan oleh Parang Kencana x Wilson Willim. Berkolaborasi, keduanya menghadirkan 20 look bernuansa edgy.
Kilau payet yang tersulam rapi memberi kesan mewah pada koleksi ready-to-wear ini. Warna monokrom jadi andalan Wilson.
Setelahnya, ada Lekat yang membawa suasana ceria dan playful di panggung PIFW 2018. Permainan warna dan aksen patchwork nan artistik tetap jadi ciri khas Lekat.
ADVERTISEMENT
Selain batik, Lekat menggunakan bahan organza untuk memberi dimensi baru pada koleksinya. “Mencoba teknik manipulating. Organzanya ditembak panas biar wrinkle (berkerut),” jelas Amanda Indah Lestari, desainer Lekat, saat ditemui kumparanSTYLE (kumparan.com) di Plaza Indonesia, Jumat (24/3).
Rama Dauhan dan Barli Asmara juga tak mau kalah soal unjuk kreatifitas dalam mengolah batik.
Berkolaborasi dengan Alleira Batik, Rama Dauhan menampilkan 20 look dengan permainan tabrak warna yang berani. Perpaduan ungu, oranye, coklat, dan hitam yang kontras memberi sentuhan tersendiri dalam koleksi bertajuk ‘Punika’ ini.
Tak sekadar menampilkan batik tulis biasa, Rama Dauhan menambahkan sulaman payet yang cantik pada batiknya. Manik-manik tersebut memantulkan kilau saat bermandikan cahaya lampu.
Jika Rama Dauhan menampilkan busana kasual, Barli Asmara pilih menciptakan koleksi gaun malam yang mewah. Batik Jambi dengan warna biru lembut jadi andalan Barli.
“Aku sengaja pilih Batik Jambi biar orang tahu bahwa (pengrajin) batik yang hidden juga hasilnya baik,” jelas Barli kepada kumparanSTYLE, saat ditemui dalam kesempatan yang sama.
Aksen rumbai, palazo, payet, dan bulu memperkuat kesan glamor pada koleksi ‘Batik Berkah’ karyanya. Motif batik Jambi yang digunakan pun terlihat modern. Elegan dan berkelas!
Populo Batik dan Iwan Tirta Private Collection x Kraton Auguste Soesastro pun sukses menutup kemeriahan pekan mode ini dengan apik.
Berbeda dari biasanya, Populo Batik menampilkan 20 busana dengan warna biru segar. Koleksi yang diberi nama ‘Water’ ini didominasi gaun one-shoulder yang memeluk tubuh pemakainya dengan sempurna.
Sedangkan Iwan Tirta tetap hadir membawakan helai busana batik yang nuansa mewahnya sanggup membuat setiap pasang mata menatap takjub. Effortlessly chic and stunning!
Bagaimana pendapat kamu soal kreasi batik yang ditampilkan oleh kesembilan desainer di atas? Sudahkah kamu merasa bangga terhadap kain tradisional bernilai tinggi ini?
ADVERTISEMENT