Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
“Oh, wow, apa yang kami makan?” ujar Tara terkejut melihat temuan dari sampel urin dia dan kedua anaknya. Tara adalah salah satu dari enam belas peserta penelitian berjudul “Organic For All: Results of the Organic Diet Biomonitoring Study”, yang dilakukan oleh University of California (Berkeley) dan Friends of the Earth. Penelitian terhadap empat keluarga di empat kota di empat negara bagian berbeda di Amerika Serikat tersebut membantu menjawab pertanyaan: benarkah gaya hidup organik adalah gaya hidup yang sehat?
ADVERTISEMENT
Penelitian tersebut berlangsung selama dua pekan. Pada enam hari pertama penelitian, masing-masing keempat keluarga tersebut menjalani diet normal. Sampel urin dari tiap peserta penelitian diambil pada hari terakhir pekan pertama, untuk diperiksa kandungan pestisida dalam tubuh mereka.
Hasil pemeriksaan sampel urin pekan pertama inilah yang membuat Tara terkejut. Empat puluh jenis pestisida ditemukan dalam tubuh keenam belas peserta penelitian.
Enam hari berikutnya, keempat keluarga tersebut menjalani diet organik. Sampel urin kembali diambil dari masing-masing peserta pada akhir pekan kedua. Hasilnya: kandungan pestisida dalam tubuh para peserta menurun drastis — rata-rata 60,5 persen (paling rendah 37 persen, dan paling tinggi 95 persen).
“Melihat kadar [kandungan pestisida] menurun drastis hingga sedikit di atas nol, hanya dalam enam hari, membuat saya bertanya-tanya ‘Wow, bagaimana jika kami melakukan ini selama setahun?’” ujar Tara lagi.
Pestisida adalah racun. Sifat-sifat yang membuat pestisida beracun untuk hama dan rumput liar juga membuatnya beracun untuk makhluk hidup lain, termasuk manusia. Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai cara, termasuk lewat udara yang kita hirup. Namun bagi kita yang tidak berada di garis depan pertanian, pestisida umumnya menemukan jalan ke dalam tubuh lewat makanan yang kita konsumsi.
ADVERTISEMENT
Menempatkan makanan non-organik (dengan kata lain: konvensional) dan makanan organik (yang tidak ditanam dan ditumbuhkan dengan bantuan pestisida) di dua kutub yang berseberangan bukan cara yang tepat dalam melihat hasil penelitian di atas. Bukan berarti makanan non-organik buruk dan harus dihindari sama sekali, karena hanya makanan dengan residu pestisida yang masih dalam batas aman yang boleh dipasarkan. Sebutir apel non-organik aman dikonsumsi. Pun begitu dengan seikat bayam konvensional.
Residu pestisida dalam setiap makanan, walau masih dalam batas aman, lama-kelamaan akan menumpuk di dalam tubuh. Berbagai penelitian terpisah selama puluhan tahun menunjukkan bahwa pestisida dapat mengganggu dan mengacaukan kesehatan tubuh manusia. Pestisida dalam tubuh sudah terbukti menjadi penyebab kanker, asma, gangguan perkembangan saraf pada anak, dan penyakit neurologis pada orang dewasa. Paparan pestisida juga menyebabkan gangguan reproduksi.
ADVERTISEMENT
Organik Lebih Lezat
Salah satu jalan yang bisa ditempuh untuk mengecilkan kemungkinan terpapar residu pestisida adalah dengan menjalani diet organik, seperti keempat keluarga yang menjadi peserta penelitian di atas. Jalan ini tidak hanya sehat, tetapi juga lezat.
Hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah British Journal of Nutrition (BJN) menyebutkan bahwa buah, sayur, dan biji-bijian organik memiliki rasa yang lebih lezat jika dibandingkan dengan pangan sejenis yang ditanam secara konvensional.
Rasa yang lebih kuat pada buah, sayur, dan biji-bijian organik berasal dari kadar antioksidan yang lebih tinggi. Tingkat konsentrasi antioksidan berbanding lurus dengan sifat organoleptic — rasa, aroma, dan tekstur — makanan.
Tingginya kadar antioksidan pada pangan organik sendiri berasal dari cara mereka ditanam dan dirawat. Karena pangan organik ditanam dan dirawat tanpa pestisida, pangan jenis ini bekerja lebih keras untuk melindungi diri. Bentuk pertahanan diri mereka adalah antioksidan yang lebih banyak — satu porsi pangan organik memiliki kadar antioksidan setara dengan tiga porsi pangan konvensional.
ADVERTISEMENT
“Konsep terroir bisa dilacak hingga stres biologis pada sebuah wilayah tertentu atau jenis tanah tertentu yang memengaruhi cara tanaman menangani stres,” ujar Charles Benbrook, salah satu peneliti dalam penelitian ini.
“Bahan kimia yang diproduksi tanaman untuk mengatasi stress menjadi bagian dari rasa khas tanaman tersebut. Manusia sangat mendambakan rasa yang lebih kuat, dan kabar baiknya adalah pertanian organik memperkuat makanan dalam buah dan sayur.”
Bagaimana dengan Susu?
Organik tidak terbatas di hasil pertanian seperti buah, sayur, dan biji-bijian. Label organik juga tidak akan salah tempat jika diterapkan pada hasil peternakan seperti susu.
Terpapar pestisida bisa terjadi kepada manusia lewat minuman, contohnya susu, karena pestisida bisa terkandung dalam susu sapi sebagaimana pestisida bisa terkandung dalam urin manusia: lewat makanan yang dikonsumsi. Lantas apa yang membedakan susu konvensional dan susu organik?
ADVERTISEMENT
Sederhananya begini: susu organik dihasilkan dari sapi yang dirawat secara organik, sementara susu konvensional tidak harus selalu berasal dari sapi yang mendapatkan perawatan serupa.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi peternak untuk bisa melabeli susu mereka sebagai produk organik adalah: sapi-sapi mereka harus mendapatkan setidaknya tiga puluh persen makanan mereka dari merumput. Sapi organik dibebasliarkan di padang rumput selama tiga puluh persen dari waktu makan, bukan hanya diberi makan di kandang, agar terpapar sinar matahari dan bisa bergerak bebas. Untuk peternakan yang berada di wilayah yang lebih banyak mendapat sinar matahari, persentasenya lebih tinggi.
Di luar makanan yang mereka dapatkan dari merumput, sapi-sapi penghasil susu organik juga harus mendapatkan asupan makanan organik. Pangan sapi organik harus berasal dari tanaman yang dirawat tanpa pupuk kimia, pestisida, atau biji-bijian yang dihasilkan tanpa rekayasa genetika.
ADVERTISEMENT
Syarat lainnya, susu organik harus berasal dari sapi-sapi yang tidak diberi antibiotik dan suntikan hormon. Antibiotik dan suntikan hormon (baik hormon reproduksi maupun hormon pertumbuhan) adalah praktik umum dalam peternakan sapi perah konvensional, karena hal tersebut tidak dilarang — secara keseluruhan, ada 450 jenis obat-obatan yang boleh digunakan kepada sapi. Jika kesehatan sapi organik sudah sebegitu gawat hingga penggunaan antibiotik tidak terhindarkan, peternak tidak lagi boleh memerah sapi yang bersangkutan untuk menghasilkan susu organik, bahkan meski pangannya tetap seratus persen organik.
Organik Baik untuk Lingkungan
Organik tidak sebatas label pada objek. Organik bukan hanya sifat buah, sayur, biji-bijian, dan susu, melainkan juga gaya hidup. Diet organik, selain baik memberi dampak kesehatan kepada individu pelakunya, juga baik untuk lingkungan.
ADVERTISEMENT
“Hasil [penelitian] ini menunjukkan bahwa diet organik berhasil,” tulis Friends of The Earth dalam laporan penelitiannya. “Dan selain menurunkan kadar paparan pelaku diet organik terhadap pestisida beracun, sistem pertanian organik melindungi kesehatan pekerja pertanian; petani; komunitas pedesaan; udara, air, dan tanah kita; serta serangga pembantu penyerbukan dan spesies-spesies kritis lainnya.”
Petani organik, berbeda dengan petani konvensional, bekerja bersama alam dalam praktik pertanian mereka. Petani organik menggunakan pupuk kompos untuk pengganti pupuk kimia, mempraktikkan rotasi tanaman, menanam tanaman penutup tanah untuk mutu tanah yang lebih baik, dan “bekerja sama” dengan serangga pembantu penyerbukan.
Petani organik juga menggunakan lebih sedikit energi fosil dan menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca — pengaruh besarnya adalah absennya penggunaan bahan kimia dan pupuk sintetis, yang proses produksinya menggunakan minyak bumi.
ADVERTISEMENT
Dampak positif pertanian organik, ditambah dampak positif pangan organik (mengandung lebih sedikit residu pestisida, lebih kaya akan antioksidan, dan lebih lezat), membuat pertanyaan “benarkah gaya hidup organik adalah gaya hidup yang sehat?” dan “mengapa gaya hidup organik menjadi tren kesehatan?” jadi lebih mudah dijawab.
Artikel ini merupakan hasil kerja sama dengan Arla Indofood.