Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Gelar Sarjana Bukan Jaminan Cepat Dapat Kerja
25 Oktober 2017 17:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
“Pokoknya gue mau jadi sarjana, terus kerja di perusahaan bagus”.
ADVERTISEMENT
Ada berapa banyak dari kamu yang pernah mengucapkan kalimat serupa? kumparan (kumparan.com) yakin, sebagian besar pasti pernah memiliki impian serupa.
Sejak kecil, kita sudah didoktrin untuk belajar yang rajin agar bisa berkuliah di perguruan tinggi impian. Gelar sarjana pun jadi tujuan utama yang harus diraih.
Namun, tahukah kamu bahwa kini, menjadi sarjana saja tidaklah cukup? Gelar sarjana yang mengekor di belakang nama bukanlah jaminan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan menjanjikan.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Republik Indonesia, jumlah tenaga kerja yang berasal dari perguruan tinggi hanya 11,34% saja. Mayoritas pekerja Indonesia masih didominasi oleh pekerja berpendidikan rendah.
Bagaimana bisa hal ini terjadi?
ADVERTISEMENT
Fenomena membingungkan ini terjadi akibat rendahnya kualitas sarjana yang ada. Perguruan tinggi dinilai belum berhasil mempersiapkan mahasiswanya untuk terjun ke dunia kerja.
Banyak kampus yang memberi proporsi teori jauh lebih besar dibanding praktek dan soft skill mahasiswa, seperti kemampuan bersosialisasi dan berbahasa asing.
Akibatnya, banyak mahasiswa yang tak memenuhi kriteria dan sulit diserap lapangan kerja. Berdasarkan data BPJS 2017, jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi Indonesia naik jadi 6,22 persen, yang sebelumnya (2016) berada di angka 5,34 persen.
Bahkan berdasarkan peringkat U21-2017, sistem pendidikan Indonesia menempati urutan terakhir dari 50 negara dunia. Cukup jauh berada di bawah Malaysia, Thailand, dan India.
“Perguruan tinggi harus mampu berperan membantu economic growth, bukan sekadar meluluskan mahasiswa. Universitas diharapkan menghasilkan sesuatu yang meningkatkan daya saing pemerintah. Misalnya temuan yang bisa dibeli oleh industri, bukan hanya tersimpan di perpusakaan kampus saja,” ujar Prof. Dr. Paulina Pannen, M.L.S., saat ditemui kumparan (kumparan.com) di Sampoerna University, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (25/10).
ADVERTISEMENT
Menurut Paulina, banyaknya jumlah lulusan sama sekali tak membuat sebuah university bisa dikatakan sukses. Indikator yang perlu diperhatikan adalah seberapa banyak lulusan sarjana Indonesia yang bisa diserap oleh pasar kerja
“Ada berapa banyak dari lulusannya yang diserap oleh pasar kerja? Itu indikatornya,” tutupnya.