Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Memutuskan untuk Suntik Botox

18 Maret 2019 9:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Botox Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Botox Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Botox menjadi kata yang populer di dunia kecantikan. Botox sendiri adalah protein yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium Botulinum yang bekerja dengan cara menghambat sinyal saraf asetilkolin di dalam otot. Sehingga, selain untuk menghilangkan kerutan, botox juga berfungsi untuk merelaksasi otot.
ADVERTISEMENT
Treatment kecantikan botox biasanya dilakukan lewat metode suntik ke otot-otot wajah. Mulai dari otot di bagian dahi, rahang, pipi, dan lainnya. Alhasil, kulit menjadi kencang tanpa kerutan, sehingga banyak orang tergiur untuk bisa mendapatkan treatment suntik botox ini.
Dalam rangka ulang tahun Maharis Beauty yang ke-7 di Maharis Clinic, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu, kumparan pun berkesempatan untuk berbincang dengan dr. Deon Kristian, salah satu dokter estetika Maharis yang biasa menangani perawatan botox. Ia menjelaskan hal-hal yang perlu diketahui sebelum Anda memutuskan untuk mengambil tindakan botox tersebut. Apa saja?
Pastikan bahwa Anda benar-benar membutuhkan botox
Pertama, pastikan bahwa Anda membutuhkan treatment botox itu atau tidak. Dalam pengalaman dr. Deon, banyak orang yang datang dengan keluhan rahang tampak besar bukan karena ototnya, tapi memang struktur tulang mereka yang besar.
ADVERTISEMENT
"Kita ya jujur saja kepada pasien, jika memang rahang besar karena struktur tulang yang besar, maka akan percuma melakukan botox. Anda hanya akan menghabiskan uang saja," tambahnya.
Selain itu, di beberapa kasus Anda membutuhkan treatment pendukung lainnya. Misalnya filler untuk mengisi bagian-bagian pada wajah yang membutuhkan volume tambahan.
Melakukan botox di klinik khusus dengan dokter kompeten
Semua perawatan tentu memiliki prosedur dan risiko-risiko tersendiri. Untuk botox sendiri, dengan perawatan yang melibatkan penggunaan jarum, maka harus dilakukan oleh tenaga ahli yang kompeten.
Alasannya, jika terjadi penyuntikan botox yang kurang tepat, dosis yang salah, hingga titik-titik yang tidak benar, bisa mengakibatkan tampilan wajah yang tidak sesuai keinginan.
"Jika salah menyuntik, ya bisa salah suntik di otot senyum yang malah membuat senyum jadi kaku. Atau salah suntik di bagian mata, yang membuat mata jadi rutun sebelah," jelas dr. Deon.
ADVERTISEMENT
Mengetahui risiko botox
Bagi sebagian orang, botox bisa kemungkinan memberikan efek samping jangka pendek. Contohnya, masalah titik penyuntikan dan dosis yang kurang tepat.
Dokter juga harus mengedukasi pasien terhadap titik-titik rawan yang memiliki risiko, seperti otot senyum. "Kita harus bilang dengan pasien, kalau suntik di daerah sini (otot senyum), ada kemungkinan senyum jadi kaku. Jadi kita kasih tau risiko-risikonya. Kalau pasien setuju, baru disuntik," paparnya.
Jika berbicara soal efek samping jangka panjang, ia memastikan bahwa botox adalah perawatan yang aman dan tak memiliki risiko jangka panjang.
"Botox tidak akan menyebabkan kanker, tidak akan membuat kulit jadi buruk. Malah bisa dilakukan secara rutin jika mau, dan tidak akan mempengaruhi apa-apa. Asalkan dikerjakan oleh tenaga yang kompeten," jelas dokter yang berpraktik di Maharis Clinic ini.
ADVERTISEMENT
Cara kerja botox
Botox memiliki banyak jenis, dengan brand yang berbeda-beda. Sehingga, pemilihan botox dapat mempengaruhi hasil akhir pada wajah. Jika protein dalam botox tersebut sempurna, maka hasilnya akan semakin bagus.
Mengingat botox merupakan treatment yang langsung disuntikkan ke otot wajah tertentu, hasil dan efek pada wajah pun terbilang cepat. "Efek yang bisa dirasa biasanya setelah lima hari, dan efek maksimal setelah dua minggu. Botox akan bertahan selama 4-6 bulan tergantung kepada gaya hidup orang tersebut," jelasnya.
Dalam penjelasannya, seseorang yang memiliki gaya hidup merokok, botox pada wajahnya akan lebih cepat menghilang. Alasannya, cairan botox akan diserap oleh tubuh. Sedangkan rokok yang menghasilkan banyak oksidasi, akan menghambat penyerapan botox menjadi kurang maksimal.
ADVERTISEMENT
"Based on my experience, orang yang merokok dan tidak merokok memiliki perbedaan ketahanan botox yang lumayan jauh dengan rentan dua bulan. Jadi orang yang merokok, botox-nya lebih cepat hilang," papar dr. Deon.