news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ini Perbedaan Mendasar Serangan Jantung dan Henti Jantung

24 September 2017 7:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Risiko lembur pengaruhi jantung (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Risiko lembur pengaruhi jantung (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Mungkin belum banyak masyarakat yang tahu jika penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia. Bahkan berdasarkan data yang disampaikan oleh dr. Jetty R. H. Sedyawan, Sp.JP (K), FIHA, FACC, alokasi dana BPJS terbesar disalurkan untuk penyakit kronis, termasuk jantung dan pembuluh darah atau stroke.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya, meskipun penyakit jantung bisa terjadi pada siapa saja dan bisa mematikan penderitanya kapan saja, masih banyak masyarakat yang kerap menolak untuk peduli atas penyakit yang satu ini.
"Memang promosi tentang penanganan penyakit jantung atau informasi terkait penyakit jantung masih sangat kurang dibandingkan dengan informasi tentang HIV atau AIDS," papar dr. Jetty saat ditemui kumparan (kumparan.com) beberapa waktu lalu.
Kebanyakan dari masyarakat yang sudah terlanjur terkena penyakit jantung lebih memilih untuk pasrah pada keadaan dan hanya menunggu sampai ajal menjemput. Padahal menurut dr. Jetty, serangan jantung ternyata bisa dicegah.
Berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit jantung yang menyebabkan kematian bisa disebabkan oleh dua faktor, yang pertama diakibatkan oleh henti jantung mendadak dan yang kedua disebabkan oleh serangan jantung.
ADVERTISEMENT
Bagi orang awam, penyakit jantung sering disebut sebagai serangan jantung. Tapi ternyata masyarakat perlu tahu jika ada perbedaan antara kedua penyebab ini.
dr. Jetty, yang juga menjabat sebagai Sekjen PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), menjelaskan jika serangan jantung atau infak miokat terjadi akibat adanya penyempitan total pembuluh darah koroner yang yang menyebabkan mati jaringan pada jantung. Serangan ini bisa dicegah dalam enam jam pertama dengan membawa pasien ke rumah sakit, jika mengalami serangan jantung. Gejalanya sendiri bisa berupa sesak nafas dan keringat dingin.
"Serangan jantung bisa dikenali dengan gejala-gejala yang nampak spesifik. Seperti rasa berat di dada yang kemudian menjalar ke leher dan lengan kiri, lalu dibarengi dengan keluarnya keringat dingin, rasa ngga enak dan sesak," jelas dr. Jetty.
Ilustrasi peyakit jantung. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peyakit jantung. (Foto: Thinkstock)
"Tapi gejala yang biasanya dirasakan pada perempuan dan orang tua cenderung tidak spesifik karena sering hanya berupa rasa lemas, capek, merasa seperti terkena maag karena ada rasa sakit di ulu hati," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Serangan jantung tidak membutuhkan CPR (Cardio Pulmonary Resusication) atau Resusitasi Jantung Paru, karena denyut nadi pada penderitanya masih bisa terasa. Berbeda dengan henti jantung atau kematian jantung mendadak yang sering menjadi penyebab kematian para pasien jantung. Sifatnya yang mendadak atau tiba-tiba menyebabkan henti jantung mendadak sulit dicegah karena denyut nadi sudah hilang.
"Sebelumnya masyarakat perlu membedakan antara serangan jantung dan henti jantung. Karena serangan jantung terjadi pada orang-orang yang masih dalam keadaan sadar sehingga nadi masih bisa terdeteksi, tapi henti jantung adalah keadaan di mana nadi seseorang sudah tidak bisa dirasakan lagi," paparnya.
Meskipun sulit dicegah tapi penanganan untuk meningkatkan angka kemungkinan hidup penderita yang telah collapse bisa dilakukan, yaitu dengan CPR atau alat pemicu irama jantung AED (Automated External Defibrillator).
ADVERTISEMENT
"Kalau dengan dilakukan CPR denyut nadi belum kembali, maka butuh alat AED untuk membuat irama jantung kembali berfungsi. Tapi tetap harus diselingi dengan perlakuan CPR," terang dr. Jetty.
Lebih lanjut, dr. Jetty menjelaskan bahwa siapapun bisa terkena henti jantung, bahkan bagi mereka yang suka berolahraga dan mengusung gaya hidup sehat. Karena faktor riwayat kesehatan pasien sangat menentukan hal ini. andari
"Kematian jantung mendadak itu tidak berpihak pada siapapun, termasuk mereka yang suka berolahraga. Meskipun 24 jam sebelumya tidak ada gejala, tapi orang tersebut ternyata mempunyai riwayat penyakit jantung (dari keluarga), maka kasus kematian mendadak ini disebut dengan henti jantung mendadak," jelasnya.
Mengakhiri perbincangan, dr. Jetty menuturkan jika masyarakat perlu mengetahui bentuk pertolongan pertama seperti apa yang harus dilakukan dalam menangani penyakit jantung. Telatnya penanganan yang dilakukan akan mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang dengan cepat.
ADVERTISEMENT