Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kampung Sanan, Sentra Industri Tempe yang Hasilkan Rp 1 M per Hari
16 Oktober 2017 10:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
ADVERTISEMENT
Selama ini, kota Malang selalu diidentikkan dengan apel. Julukan Kota Apel pun melekat erat pada wilayah yang terletak di Jawa Timur ini.
ADVERTISEMENT
Malang merupakan kota penghasil apel yang tak diragukan lagi kualitasnya. Apel Malang terkenal akan kesegaran dan rasa manis yang tiada duanya.
Saat mengelilingi kota yang dikenal dengan nama Parijs van-Oost Java ini, kamu akan dengan mudah menemui aneka pedagang yang menjual keripik apel dan buah-buahan lainnya di sepanjang jalan. Namun, tahukah kamu bahwa Malang sejatinya juga merupakan salah satu wilayah penghasil tempe terbesar di Indonesia?
Bahkan, ada satu kampung yang secara khusus mendedikasikan diri sebagai wilayah penghasil keripik tempe.
Adalah Kampung Sanan, yang terletak di Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing. Kampung ini dikenal sebagai sentra industri tempe & keripik tempe. Tulisan bernada serupa terukir nyata pada gapura batu yang menyambut kamu ketika memasuki kampung ini. Tak tanggung-tanggung, warga Kampung Sanan mampu menghasilkan 30 ton tempe setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Produksi berlimpah in merupakan gabungan dari tiga RW, yaitu RW 14, RW 15, dan RW 16.
"Yang terdaftar di paguyuban saat ini ada 400 pengrajin. Di RW 15 ada 150an (pengrajin),” ujar Ivan Kuncoro (45), Ketua RW 15, saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com) di Kampung Sanan, Malang, pada Sabtu (14/10).
Tak diketahui pasti sejak kapan warga Sanan menjadikan tempe sebagai mata pencaharian utama. Namun yang pasti, hal ini sudah mendarah daging dan diwariskan turun temurun.
Kini, rata-rata warga Sanan mampu memproduksi 30 kuintal hingga 1,8 ton tempe per hari. Dengan produktivitas yang tinggi, sirkulasi dana di kampung Sanan mencapai Rp 1 miliar setiap harinya.
Produk tempe yang dihasilkan pun beragam. Mulai dari tempe mentah hingga yang berbentuk olahan. Seperti keripik tempe, brownies tempe, stik tempe, cokelat tempe, burger tempe, sate tempe, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Namun yang jadi primadona di kampung ini adalah keripik tempenya nan renyah. Tempe Sanan kini tak hanya beredar di Indonesia, namun juga mancanegara. “Orang bisa jual sendiri dengan mereknya masing-masing. Sekarang yang ngetren itu,” tutur Ivan yang sudah 25 tahun berbisnis tempe ini.
Di Malang sendiri, ada banyak toko oleh-oleh yang membeli tempe olahan Sanan untuk dilabeli dengan merek masing-masing. “Kita ada kirim sambel tempe ke Arab untuk jamaah haji. Kebetulan ada kenal katering di sana,” jelas Ivan. Selain itu, tempe sanan juga diekspor ke Inggris untuk diolah jadi produk tempe kalengan.
Menurut Ivan, seluruhnya tak lepas dari bantuan dan turut campur pemerintah. Awal 2017 lalu, kampung Sanan baru saja menerima bantuan dari Dinas Perindustrian Kota Malang berupa dana revitalisasi senilai Rp 1,9 miliar.
ADVERTISEMENT
Para pengrajin dibekali dengan mesin pemecah kedelai, mesin pemotong, alat packing, pelatihan standar mutu, dan lain-lain. Sarana infrastruktur kampung juga tak luput dari perbaikan, seperti pengaspalan jalan dan pemugaran gapura kampung.
Warga Sanan juga sudah melakukan swadaya untuk mempercantik tampilan kampung. Dinding rumah warga dicat warna-warni dan dihias dengan mural yang artistik.
Saat berjalan memasuki kampung, kamu akan merasakan atmosfer ceria yang begitu kuat menaungi kampung ini. Pemukiman warga RW 15 juga tampak bersih dan tertata.
Sukses tumbuh bersama Sanan sebagai kampung penghasil tempe terbesar Jawa Timur, Ivan memiliki harapan sederhana.
“Ya meningkatkan produksi, menambah daya tarik tersendiri. Kita akan membuat kampung paling unik, supaya mendongkrak wisatawan masuk kemari,” ungkap Ivan. “Yang kita kejar saat ini kampungnya, masih (terus) berbenah,” tutupnya.
ADVERTISEMENT