Ketahui Proses Membuat Batik dan Cara Mewarnainya

27 Februari 2017 5:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Baju batik di Pasar Sentono (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Baju batik di Pasar Sentono (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Siapa tidak kenal batik? Sejak ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, nama batik semakin dikenal oleh masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Apa sih sebenarnya batik itu? Banyak orang masih salah mengartikan batik. Dari segi bahasa, kata “batik” berasal dari Bahasa Jawa “tik”yang berarti titik. Kata batik bisa diartikan sebagai pembuatan titik yang memang merujuk pada motif batik yang pada dasarnya terdiri dari garis dan titik.
Tetapi kata “batik” yang dipatenkan oleh UNESCO ternyata bukan motifnya, tetapi definisi batik yang merujuk para proses pembuatannya. Batik adalah teknik pewarnaan dengan perintang pewarna menggunakan lilin atau malam panas. Jadi, yang disebut batik sebenarnya adalah prosesnya dan bukan motifnya.
Siswa Rumah Batik menggambar pola (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Siswa Rumah Batik menggambar pola (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Untuk membuat batik diperlukan waktu yang relatif lama, tergantung dari tingkat kesulitan dan ukuran kain yang akan dibatik. Untuk batik tulis dengan ukuran standar (220 cm x 150 cm) dibutuhkan waktu sekitar dua hari hingga satu bulan lebih. Sedangkan untuk batik cap yang prosesnya lebih sederhana, bisa dilakukan dalam satu hari saja.
ADVERTISEMENT
Sebelum melewati proses pembatikan, pertama kita harus menggambar pola yang akan kita buat pada sebuah kertas pola. Kertas itulah yang akan menjadi patokan ketika kita ingin menggambar pola yang sama pada lebih dari satu kain. Setelah itu, pola yang sudah kita gambar kita jiplak dengan menggunakan kertas karbon pada kain.
Meniup canting sebelum digunakan (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Meniup canting sebelum digunakan (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Langkah kedua adalah proses pembatikan dengan menggunakan canting maupun cap. Lilin yang digunakan terbuat dari lilin pada sarang tawon atau lanceng yang dicampur dengan beberapa bahan seperti gondorukem (getah pohon pinus), damar mata kucing (getah pohon meranti) dan minyak hewan atau minyak kelapa. Lilin yang digunakan harus dalam keadaan panas agar bisa menembus serat kain.
Canting cap untuk membuat batik (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Canting cap untuk membuat batik (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Selanjutnya, jika malam sudah mongering dilakukan proses pewarnaan. Proses ini bisa dilakukan hingga puluhan kali tergantung intensitas dan jumlah varian warna yang akan digunakan. Semakin banyak dan semakin gelap warnanya, tentu prosesnya akan lebih panjang.
ADVERTISEMENT
Siswa Rumah Batik TBiG mencolet warna (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Siswa Rumah Batik TBiG mencolet warna (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Ada dua jenis cara mewarnai batik yaitu celup dan colet. Celup biasa digunakan untuk mewarnai bagian kain yang luas seperti background. Satu kali pencelupan, hanya bisa satu warna.  Sedangkan colet, digunakan untuk mewarnai bagian batik yang lebih detail dan membutuhkan banyak warna. Caranya mirip seperti melukis dengan kuas, hanya saja media yang diwarnai hanya bagian tertentu saja.
Proses terakhir adalah pelorotan atau peluruhan lilin dari kain. Kain akan direndam dalam air mendidih yang sudah dicampur dengan soda ash. Soda ash atau dikenal juga dengan soda api berfungsi untuk membantu proses peluruhan. Tapi hati-hati, jika terkena kulit bisa menyebabkan iritasi. Proses ini bisa berlangsung berkali-kali tergantung kebutuhan. Setelah dilorot, kain akan dibilas dengan air biasa dan di jemur hingga kering sebelum akhirnya bisa digunakan.
ADVERTISEMENT
Batik kreasi Rumah Batik TBiG (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Batik kreasi Rumah Batik TBiG (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Bagaimana? Panjang, ‘kan proses pembuatannya? Dengan prosesnya yang panjang, rumit dan butuh ketelitian serta ketelatenan yang tinggi, tidak heran kain batik bisa dibanderol dengan harga yang tinggi bahkan puluhan juta rupiah per helainya.