Mengenal Gula Kayu, Pemanis Alami yang Dapat Mencegah Diabetes

8 Agustus 2017 10:02 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemanis buatan.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemanis buatan. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Angka prevalensi penyakit diabetes yang semakin meningkat menunjukkan jika masyarakat Indonesia belum bisa membatasi diri mereka dalam mengkonsumsi gula. Padahal, jika kebiasaan ini tidak dihentikan, maka beragam penyakit tidak menular pun bisa saja diderita mereka yang gemar konsumsi gula berlebih.
ADVERTISEMENT
Contoh penyakit tidak menular yang mungkin bisa diderita adalah obesitas, diabetes, atau bahkan penyakit kardiovaskular yang bisa berujung pada kematian. Padahal WHO sendiri telah menerapkan peraturan untuk membatasi jumlah asupan gula per harinya.
Sejatinya secara alamiah setiap manusia yang baru lahir ke dunia sudah diperkenalkan dengan rasa manis yang didapatkan dari ASI sang ibu. Karena ASI mengandung laktosa dengan suguhan rasa manis yang disukai oleh para bayi.
Hal inilah yang menjadi alasan kenapa seseorang tak bisa terlepas dari rasa yang mampu membuat kerja otak menjadi lebih efektif itu.
Untuk menyiasati kebiasaan masyarakat yang gemar dengan konsumsi gula, banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukan. Salah satunya caranya adalah mengganti gula pasir dengan pemanis alami yang berasal dari tumbuhan.
Produk Gula Kayu (Foto:  Luthfa Nurridha/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Produk Gula Kayu (Foto: Luthfa Nurridha/kumparan)
Inovasi ini dilakukan oleh perusahaan asal Jepang yang menciptakan pemanis alami dengan sebutan gula kayu.
ADVERTISEMENT
Dr. Yoshihisa Asano, PhD, DPH,. Medical Scientist, Biochemist, Nutritionist, sekaligus pendiri dari perusahaan Noguchi Medical Research Institute, Tokyo menjelaskan perbedaan antara gula kayu dengan pemanis alami lainnya. "Gula kayu merupakan jenis gula baru yang berasal dari serat tumbuhan, yang diperoleh dari ekstrak kulit kelapa, batang bambu, bonggol jagung, dan tumbuhan lainnya," jelas Dr. Asano saat ditemui kumparan (kumparan.com) pada acara Seminar Media "Tepatkah Konsumsi Gula Anda?" di Akmani Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (7/8).
Dr. Yoshihisa Asano, PhD, DPH. (Foto: Luthfa Nurridha/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Yoshihisa Asano, PhD, DPH. (Foto: Luthfa Nurridha/kumparan)
Salah satu sifat dari gula kayu yaitu tidak diserap langsung oleh tubuh. Berdasarkan riset terdahulu, konsumsi gula kayu dapat menghambat kenaikan kadar gula dalam darah sehingga aman digunakan sebagai pemanis terutama bagi mereka yang menderita diabetes.
ADVERTISEMENT
"Yang membuat gula kayu berbeda, karena dapat meningkatkan jumlah bakteri baik (probiotik) dalam usus, yang berfungsi untuk menjaga sistem metabolisme, dan meningkatkan daya tahan tubuh," papar Dr. Asano.
Dr. Asano juga menambahkan jika gaya hidup sangat menentukan kesehatan seseorang di jangka panjang. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat demi mencegah berbagai penyakit yang bisa diakibatkan oleh asupan gula berlebih.
"Lifestyle makes all disease. Jadi pilihlah gaya hidup yang bisa menunjang kesehatan di jangka panjang," tutup Dr. Asano mengakhiri perbincangan.